(Business Lounge – Global News) Goldman Sachs mengumumkan penunjukan Rishi Sunak, mantan Perdana Menteri Inggris, sebagai Senior Adviser—beroperasi secara paruh waktu sambil tetap menjabat sebagai anggota parlemen. Langkah ini menandai perpaduan unik antara politik tingkat tinggi dan dunia keuangan global.
Sunak meninggalkan kursi perdana menteri pada akhir 2023 usai menghadapi tekanan dalam memimpin pemerintahan. Kini, ia membawa pengalaman pemerintahan dan akses global ke dalam perannya di Goldman Sachs. Penunjukannya dipandang memudahkan akses bagi bank tersebut ke sektor publik dan memanfaatkan jaringan luas yang dimiliki Sunak, terutama dalam isu-isu geopolitik, kebijakan fiskal, dan perkembangan regulasi internasional.
Sebagai Senior Adviser, Sunak akan mendukung tim senior Goldman—terutama di divisi Investment Banking dan Government Relations. Sumber dari bank menyatakan bahwa perannya akan mencakup konsultasi strategis terkait kebijakan global, mendampingi klien korporasi besar yang membutuhkan wawasan dari sisi pemerintah, dan dialog dengan regulator utama di Inggris, Eropa, dan AS.
Goldman Sachs sendiri bukanlah yang pertama membawa tokoh politik sebagai penasehat. Tren tersebut sudah meluas di antara firma investasi global—memperkuat akses dan strategi mereka dalam menghadapi perubahan regulasi dan geopolitik. Penunjukan Sunak dianggap strategis karena bank berupaya meningkatkan bisnisnya, termasuk merger antar-negara, restrukturisasi korporat besar, dan transaksi lintas benua—semuanya berjalan di bawah bayang-bayang ketidakpastian politik dan ekonomi global.
Sementara itu, bagi Sunak, posisi ini memberikan keuntungan dalam dua jalur sekaligus: akses dunia swasta yang menciptakan peluang baru, dan kesinambungan karier politiknya. Ia diperkirakan tetap menjabat sebagai anggota parlemen, dan kehadirannya di sektor keuangan global bisa menjadi modal kuat untuk perjalanan politik mendatang—jak dalam diskursus potensinya kembali bersaing untuk jabatan perdana menteri di masa depan.
Reaksi publik di Inggris dan internasional beragam. Sebagian politisi dan pengamat mengkritik kemungkinan konflik kepentingan, memperingatkan agar peran bisnisnya tidak membayangi pelayanan publik. Namun, ada juga yang menilai langkah ini wajar dalam era di mana batas sektor publik dan swasta semakin fleksibel—apalagi dengan catatan Sunak yang cukup bersih dari skandal besar dan reputasi sebagai pembuat kebijakan tegas semasa menjabat.
Goldman bakal mengenakan pengawasan ketat dengan memisahkan tugas Sunak antara kegiatan politik dan bisnis agar kompatibel dengan standar tata kelola grup. Penyesuaian seperti aturan etika, firewall, dan regulasi internal dipastikan diterapkan untuk menjaga integritas dan menghindarkan konflik kepentingan.
Penunjukan ini dinilai sebagai bagian dari strategi yang lebih luas oleh Goldman untuk memperkuat divisi Government Relations dan Advisory mereka. Di tengah lingkungan geopolitik bergejolak—seperti ketegangan geopolitik Eropa, kebijakan ekspor teknologi global, hingga reformasi perpajakan internasional—bank besar semakin memerlukan figur dengan akses dan legitimasi lintas sektor sebagai jembatan antara bisnis dan negara.