Google

Google Bertaruh pada Energi Fusi Melalui Kesepakatan Pasokan Jangka Panjang

(Business Lounge – Technology) Google telah menandatangani kesepakatan strategis untuk membeli energi dari perusahaan rintisan nuklir yang tengah mengembangkan teknologi fusi, menandai langkah besar dalam upaya dekarbonisasi jangka panjang dan diversifikasi sumber energi oleh perusahaan teknologi. Perjanjian tersebut dilakukan dengan Commonwealth Fusion Systems, sebuah startup yang tengah berupaya mengkomersialisasikan tenaga fusi—sumber energi bersih dan berkelanjutan yang hingga kini masih dianggap sebagai teknologi masa depan.

Commonwealth Fusion Systems sendiri merupakan spin-off dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan telah menerima pendanaan dari sejumlah investor besar, termasuk perusahaan teknologi dan institusi energi global. Tujuannya adalah membangun reaktor fusi skala komersial pertama yang dapat memproduksi listrik dalam dekade ini. Jika berhasil, teknologi tersebut akan menjadi terobosan paling signifikan dalam sejarah energi modern.

Energi fusi bekerja dengan prinsip yang berbeda dari tenaga nuklir konvensional. Alih-alih membelah atom, teknologi ini menggabungkan inti atom ringan seperti hidrogen untuk melepaskan energi dalam jumlah besar, mirip dengan proses yang terjadi di matahari. Proses ini tidak menghasilkan limbah radioaktif jangka panjang dan jauh lebih aman karena tidak berisiko mengalami kegagalan reaktor yang eksplosif.

Google, dalam pernyataannya, menyebut kesepakatan ini sebagai bagian dari strategi mereka untuk mencapai target nol emisi karbon dalam operasional perusahaan secara global. Meskipun tenaga fusi masih dalam tahap pengembangan dan belum menghasilkan listrik komersial, perusahaan percaya bahwa dukungan jangka panjang dari sektor swasta dapat mempercepat komersialisasi teknologi tersebut.

Kesepakatan ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga mencakup rencana integrasi energi fusi ke dalam infrastruktur pusat data Google di masa depan. Dengan pertumbuhan eksponensial dalam penggunaan kecerdasan buatan dan pemrosesan cloud, permintaan energi Google terus meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, diversifikasi sumber energi bersih menjadi aspek vital dalam strategi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Analis energi melihat langkah ini sebagai sinyal kuat bahwa perusahaan teknologi besar siap mengambil risiko dalam mendukung teknologi masa depan yang berpotensi mengubah tatanan energi global. Meskipun realisasi energi fusi masih diperkirakan membutuhkan waktu beberapa tahun, partisipasi perusahaan seperti Google dapat mempercepat penggalangan dana, validasi teknis, dan pengembangan infrastruktur pendukung.

Reaktor pertama dari Commonwealth Fusion Systems, yang dinamai SPARC, dijadwalkan mulai diuji secara penuh dalam beberapa tahun mendatang. Target jangka panjangnya adalah membangun reaktor ARC yang mampu menghasilkan listrik dan terhubung ke jaringan publik sebelum tahun 2035. Jika tercapai, ini akan menjadi tonggak sejarah yang menandai dimulainya era energi fusi komersial.

Kesepakatan ini juga menggarisbawahi tren baru di mana perusahaan besar tidak lagi hanya menjadi konsumen energi, tetapi juga menjadi aktor aktif dalam pengembangan teknologi pembangkit generasi berikutnya. Dalam kasus ini, Google tidak hanya akan membeli energi dari reaktor fusi jika berhasil, tetapi juga ikut dalam tahap perencanaan dan integrasi sistem teknologinya, termasuk manajemen data dan optimasi efisiensi operasional.

Sementara itu, tantangan tetap ada. Teknologi fusi menghadapi hambatan teknis besar, termasuk kendali suhu plasma yang ekstrem dan stabilitas magnetik yang diperlukan agar reaksi tetap berlangsung. Namun, kemajuan dalam material superkonduktor dan simulasi fisika dengan kecerdasan buatan telah mempercepat proses yang sebelumnya diperkirakan baru mungkin terjadi beberapa dekade lagi.

Bagi Google, kesepakatan ini bukan sekadar pembelian energi masa depan, tetapi juga pernyataan bahwa inovasi harus digerakkan oleh visi jangka panjang, bahkan ketika hasilnya belum bisa dipastikan. Ini juga menunjukkan bagaimana sektor swasta dapat memainkan peran kunci dalam membiayai dan mewujudkan transisi global menuju energi bersih yang tidak bergantung pada sumber daya fosil.

Jika teknologi fusi terbukti sukses dan layak secara ekonomi, maka Google akan berada di garis depan transisi energi, bukan hanya sebagai pengguna awal, tetapi juga sebagai katalis bagi perubahan sistemik dalam penyediaan energi dunia. Dan ketika perusahaan teknologi bertaruh pada masa depan energi, dampaknya bisa melampaui bisnis mereka sendiri—menjadi pemicu akselerasi perubahan di seluruh industri.