(Business Lounge – Technology) Abridge, sebuah startup yang mengembangkan aplikasi kecerdasan buatan untuk membantu dokter mencatat percakapan dengan pasien, kini menjadi salah satu perusahaan rintisan termahal di sektor teknologi kesehatan. Perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka telah berhasil meraih pendanaan sebesar 300 juta dolar AS dalam putaran yang dipimpin oleh Andreessen Horowitz. Valuasi Abridge pun melonjak menjadi 5,3 miliar dolar AS, hampir dua kali lipat dari angka sebelumnya pada awal tahun.
Didirikan pada tahun 2018 oleh Dr. Shiv Rao, seorang dokter jantung, Abridge mengembangkan teknologi ambient-listening—sistem pendengar pasif berbasis AI yang mampu merekam, memahami, dan menyarikan percakapan antara dokter dan pasien. Teknologi ini dirancang untuk mempermudah proses dokumentasi medis dengan mentranskripsikan isi percakapan secara otomatis dan menyinkronkannya langsung ke sistem catatan kesehatan elektronik atau EHR.
Solusi yang ditawarkan Abridge menjawab salah satu masalah utama dalam dunia medis saat ini: beban administratif yang tinggi. Dokter dan perawat menghabiskan banyak waktu untuk menulis laporan atau mencatat detail konsultasi pasien, sering kali di luar jam kerja. Aplikasi ini memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada pasien, tanpa terganggu oleh tugas dokumentasi yang memakan waktu.
Menurut perusahaan, saat ini Abridge digunakan di lebih dari 150 jaringan kesehatan di seluruh Amerika Serikat. Beberapa di antaranya adalah institusi besar seperti Yale New Haven Health dan Inova Health. Rata-rata, sekitar 60 hingga 70 persen dokter dan perawat di rumah sakit yang telah menerapkan Abridge menggunakannya secara aktif dalam keseharian mereka. Hingga pertengahan 2025, teknologi ini telah mendokumentasikan lebih dari 50 juta percakapan medis.
Pendanaan terbaru ini akan digunakan untuk memperluas pengembangan teknologi, meningkatkan akurasi sistem AI dalam mengenali istilah medis, dan memperdalam integrasi dengan berbagai platform EHR. Perusahaan juga berencana untuk memperluas tim teknik, memperkuat infrastruktur komputasi, serta mengejar kemitraan baru di bidang manajemen tagihan medis otomatis.
Walaupun persaingan di bidang ini makin ketat—dengan kehadiran perusahaan besar seperti Nuance (bagian dari Microsoft), Ambience Healthcare, dan Suki AI—Abridge tetap berada di garis depan berkat pendekatannya yang fokus pada integrasi menyeluruh dalam alur kerja rumah sakit dan pengalaman klinis nyata.
CEO Shiv Rao menyatakan bahwa Abridge tidak bertujuan menggantikan peran manusia dalam praktik kedokteran, melainkan menjadi co-pilot yang mempercepat proses kerja dan mengurangi beban mental dokter. Menurutnya, teknologi seharusnya bekerja diam-diam di latar belakang, mencatat apa yang terjadi, dan membantu tanpa mengganggu. Karena itu, teknologi mereka tidak hanya dirancang untuk akurasi, tetapi juga kenyamanan dan keterandalan dalam lingkungan tekanan tinggi seperti rumah sakit.
Salah satu fitur andalan Abridge adalah kemampuannya mengidentifikasi dan menyarikan bagian penting dalam percakapan medis, seperti diagnosis, rekomendasi pengobatan, atau rencana tindak lanjut. Dalam waktu dekat, perusahaan juga akan meluncurkan fitur yang secara otomatis mengelompokkan data medis ke dalam format tagihan dan dokumentasi yang diperlukan untuk proses administratif rumah sakit dan asuransi.
Pendanaan baru ini datang pada saat pasar health-tech sedang mengalami percepatan. Menurut Crunchbase, sektor teknologi kesehatan telah menarik lebih dari 7,5 miliar dolar AS dana ventura sepanjang tahun 2024, dan tren ini diperkirakan akan berlanjut pada 2025. Kebutuhan untuk mengotomatisasi proses medis—mulai dari pencatatan hingga billing—menjadi alasan utama meningkatnya minat investor di bidang ini.
Dalam laporan keuangan internal yang dilaporkan The Information, Abridge disebut telah mencapai pendapatan kontrak tahunan sebesar 117 juta dolar AS, angka yang menunjukkan adopsi teknologi mereka mulai berkontribusi signifikan terhadap neraca keuangan. Dengan potensi pasar yang besar dan posisi teknologi yang matang, perusahaan ini tampaknya siap memperluas cakupan layanannya ke rumah sakit skala menengah dan kecil di luar jaringan besar.
Namun, pertumbuhan cepat ini juga membawa tantangan. Perusahaan harus memastikan bahwa data pasien tetap aman, memenuhi standar privasi seperti HIPAA, dan tidak menimbulkan kekhawatiran etis di kalangan tenaga kesehatan. Dalam wawancara terpisah, pimpinan Inova Health menegaskan bahwa peran Abridge sebatas mendukung, bukan menggantikan penilaian klinis manusia. Sistem hanya menyarankan kata kunci dan struktur catatan, sementara keputusan akhir tetap berada di tangan profesional medis.
Ke depan, Abridge menargetkan untuk menjangkau lebih dari 300 institusi layanan kesehatan di AS dan memperluas jangkauan internasional, dengan perhatian khusus pada pasar berbahasa Inggris seperti Kanada, Inggris, dan Australia. Mereka juga mulai menjajaki kemungkinan pengembangan versi multilingual untuk kebutuhan rumah sakit dengan populasi pasien beragam.
Dengan lonjakan valuasi dan dana besar di tangan, Abridge sedang memosisikan diri sebagai pemimpin dalam kategori baru yang tengah berkembang pesat—AI klinis yang mendengarkan, mencatat, dan memahami, tanpa menggantikan sentuhan manusia. Jika mereka berhasil menjaga kepercayaan tenaga medis, menyempurnakan teknologi, dan menavigasi tekanan regulasi, maka masa depan pencatatan medis mungkin akan benar-benar berubah, mulai dari mendengarkan hingga menyembuhkan.