(Business Lounge – Medicine) Di tengah maraknya penggunaan obat penurun berat badan seperti Wegovy, Zepbound, dan Mounjaro, muncul kekhawatiran bahwa obat-obatan tersebut dapat mengurangi kebutuhan layanan dialisis. Namun CEO Fresenius Medical Care, Helen Giza, memberikan pandangan berbeda. Ia menyatakan bahwa dampak obat-obatan ini terhadap bisnis perusahaan justru berpotensi “netral hingga positif”, menentang anggapan banyak investor yang menilai bahwa terapi tersebut akan menggerus pasar pasien gagal ginjal.
Fresenius adalah salah satu penyedia layanan dialisis terbesar di dunia, dengan puluhan ribu pasien penyakit ginjal kronis stadium akhir yang menjalani perawatan rutin. Dalam wawancaranya, Giza menjelaskan bahwa meskipun terapi GLP-1 seperti semaglutide (Wegovy) dan tirzepatide (Zepbound) terbukti memperlambat progresi penyakit ginjal, manfaat jangka panjangnya juga berarti pasien bisa hidup lebih lama dan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan demikian, alih-alih mengurangi jumlah pasien dialisis secara drastis, efek dari pengobatan ini dapat menunda waktu pasien membutuhkan dialisis sambil tetap memungkinkan mereka mencapai tahap akhir dari penyakitnya.
Salah satu argumen utama Giza adalah bahwa obat-obatan GLP-1 tidak akan berdampak langsung terhadap bisnis dalam waktu dekat. Saat ini, lebih dari 95% pasien dialisis Fresenius di AS belum menggunakan terapi ini. Bahkan di antara mereka yang mencoba, sebagian besar menghentikan penggunaannya dalam waktu satu tahun karena efek samping gastrointestinal atau karena mahalnya biaya pengobatan. Dengan latar belakang ini, perusahaan memproyeksikan bahwa penetrasi obat ini akan meningkat secara perlahan, dan dampaknya terhadap jumlah pasien baru akan terlihat dalam kurun waktu satu dekade, bukan dalam waktu satu atau dua tahun.
Giza juga menjelaskan bahwa perusahaan tidak sepenuhnya mengandalkan pertumbuhan jumlah pasien baru untuk mempertahankan kinerja keuangannya. Fresenius kini tengah menjalankan program transformasi yang menargetkan peningkatan margin operasional antara 10% hingga 14% pada 2025. Strategi ini mencakup efisiensi operasional, digitalisasi proses klinis, dan konsolidasi fasilitas untuk meningkatkan profitabilitas, bahkan jika volume pasien tidak tumbuh signifikan.
Sementara itu, di Amerika Serikat—pasar utama Fresenius—jumlah pasien dialisis belum kembali ke tingkat pra-pandemi. Giza menyebut bahwa pemulihan ini masih berlangsung, tetapi tetap lambat karena adanya backlog dalam diagnosis dan rujukan pasien akibat terganggunya sistem kesehatan selama pandemi COVID-19. Dalam konteks ini, keberadaan obat GLP-1 justru bisa membantu memperpanjang masa hidup pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium awal, sehingga memperbesar kemungkinan mereka untuk mencapai tahap dialisis di masa depan.
Pandangan Giza juga didukung oleh beberapa analis dan pakar medis. Mereka menilai bahwa efek pengobatan GLP-1 terhadap kebutuhan dialisis bersifat kompleks. Di satu sisi, memang ada potensi pengurangan progresi penyakit ginjal pada pasien obesitas atau diabetes tipe 2. Namun di sisi lain, keberhasilan terapi ini dalam mengontrol komplikasi metabolik dan kardiovaskular dapat meningkatkan angka harapan hidup—yang secara tidak langsung memperluas jendela waktu pasien menjadi kandidat dialisis.
Terlepas dari pandangan yang relatif optimis ini, pasar keuangan tetap menunjukkan kehati-hatian. Seiring meningkatnya popularitas terapi GLP-1, investor mulai mempertimbangkan skenario di mana volume pasien dialisis bisa menurun secara struktural dalam jangka panjang. Saham Fresenius Medical Care sendiri mengalami fluktuasi sejak awal tahun 2024, mencerminkan ketidakpastian atas dampak inovasi medis baru terhadap model bisnis yang telah lama mapan.
Namun dalam wawancara eksklusif tersebut, Giza menekankan bahwa perusahaan sedang menyiapkan diri menghadapi transformasi industri kesehatan yang lebih luas. Ia menyambut baik kemajuan dalam terapi obesitas dan diabetes sebagai kabar baik bagi kesehatan publik, dan melihat peluang jangka panjang bagi Fresenius untuk tetap relevan, termasuk dengan potensi memperluas layanan ke populasi pasien pradiniagnostik atau stadium awal penyakit ginjal.
Fresenius juga terus memperluas integrasi teknologi digital dalam sistem pengelolaan pasien, dengan menggunakan algoritma untuk prediksi risiko, manajemen cairan, dan pemantauan mandiri di rumah. Strategi ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan kualitas layanan bahkan dengan tekanan biaya dan kemungkinan penurunan volume di masa mendatang. Selain itu, perusahaan mulai menjajaki model kolaborasi dengan penyedia terapi GLP-1 untuk mengedukasi pasien dan dokter terkait jalur perawatan komprehensif bagi penderita obesitas dan gangguan metabolik.
Kesimpulannya, meskipun muncul kekhawatiran bahwa revolusi terapi penurunan berat badan bisa mengancam industri layanan kesehatan kronis seperti dialisis, Fresenius Medical Care justru memandang perubahan ini sebagai kesempatan. Dengan strategi yang adaptif, efisiensi operasional yang diperketat, serta fokus pada inovasi layanan, perusahaan yakin mampu tetap kompetitif dan bahkan memperoleh manfaat dari lanskap medis yang berubah dengan cepat. Dalam perspektif jangka panjang, dampak terapi GLP-1 terhadap bisnis dialisis bukan sekadar pengurangan pasien, tetapi penataan ulang pendekatan perawatan yang lebih holistik, preventif, dan terintegrasi.