Google

Akhir “Traffic” Google Datang Lebih Cepat dari Perkiraan?

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Aliran lalu lintas (traffic) dari Google tengah menurun drastis. Alat kecerdasan buatan (AI) yang diterbitkannya justru memangkas lalu lintas (traffic) penerbit konten. Jika konten terus menyusut, mesin pencari tercanggih sekalipun nantinya dapat kehabisan jawaban.

Generative AI tengah merombak dinamika yang dahulu menjadi fondasi bisnis penerbitan digital. Sejak pertengahan 2000-an, perekonomian internet bergantung pada tautan (link). Penerbit membuat konten yang dioptimasi demi mesin pencari, kemudian Google, pada gilirannya, memberikan lalu lintas kepada situs-situs tersebut. Hal inilah yang turut mendorong lonjakan pembaca, bukan hanya dari pengunjung setia, tapi juga dari pengunjung acak yang kemudian diharapkan menjadi pembaca reguler.

Akan tetapi, sekarang, Google tengah meluncurkan AI Overviews dan AI Mode — sebuah langkah yang bersaing langsung dengan ChatGPT — dengan memberikan jawaban instan atas pertanyaan yang diajukan. Hal ini memangkas kebutuhan pengguna untuk mencari dan membuka tautan, meskipun pada saat yang sama Google masih menggunakan konten dari penerbit untuk menyusun jawaban tersebut.

Penurunan Traffic yang Mengancam Keberlangsungan Penerbit

Dampak dari pergeseran ini terasa luas. Lalu lintas, klik, dan pembaca turun secara signifikan. HuffPost, The Washington Post, dan Business Insider, misalnya, kehilangan lebih dari 50% lalu lintasnya hanya dalam 3 tahun, berdasarkan data Similarweb. Hal ini kemudian diikuti gelombang PHK. Business Insider baru saja memangkas 21% karyawannya, dan Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat 1 dari 10 editor dan jurnalis kehilangan pekerjaan — sebuah tren yang terjadi seiring turunnya lalu lintas dari Google.

Sebagai respons, penerbit mencari cara lain demi bertahan, misalnya dengan lebih bergantung pada buletin (newsletter) dan acara (event) demi menjaga hubungan langsung dengan pembaca. Langkah ini sebenarnya bukan hal baru, tapi tengah terjadi percepatan akibat gelombang teknologi.

“Kita harus menemukan strategi baru,” ujar Nicholas Thompson, CEO The Atlantic, kepada Wall Street Journal. The Atlantic tengah bersiap apabila nantinya lalu lintas dari mesin pencari turun sampai titik nol.

Ancaman Bagi Penerbit, Tapi Juga Bagi Google?

Ini menjadi pertanyaannya: jika penerbit mati, apa yang terjadi pada Google?

Apakah media dapat bertahan hidup hanya dari buletin dan konferensi masih menjadi perdebatan. Tapi yang jelas, Google tengah menikmati biaya yang rendah — menggunakan konten dari penerbit tanpa menanggung biaya pembuatan — dan pada saat yang sama menjadi raksasa teknologi. Hal inilah yang membuat Google unggul dan terus mendominasi. Sejak IPO pada 2004, nilai perusahaannya naik sekitar 7.000% — dari sekitar 20 miliar dolar AS menjadi lebih dari 2 triliun dolar AS.

Tapi, jika penerbit mati, Google nantinya juga kesulitan menemukan konten berkualitas yang dapat diberikan kepada penggunanya. Jika lalu lintas terus turun, penerbit dapat memilih untuk menyembunyikan konten di balik paywall atau melarang perayapan (crawling) secara luas. Beberapa penerbit memang tengah mempertimbangkan langkah tersebut. Hal ini bukan lagi pergeseran lalu lintas biasa, tapi sebuah reorganisasi mendalam dari ekosistem internet. Dalam proses perbedaannya, mesin pencari justru dapat kehilangan fondasi yang membuatnya berguna.