(Business Lounge – Global News) Langkah besar diambil oleh Groupe BPCE, salah satu lembaga keuangan terbesar asal Prancis, ketika mengumumkan rencana akuisisi penuh atas Novo Banco, lembaga perbankan Portugal yang selama ini dikendalikan oleh perusahaan investasi asal AS, Lone Star Funds. Nilai akuisisi ini mencapai 7,4 miliar dolar AS dan dianggap sebagai salah satu transaksi lintas negara paling signifikan dalam sektor perbankan Eropa tahun ini. Seperti diberitakan oleh Financial Times dan Bloomberg, akuisisi ini tidak hanya menandai ekspansi geografis Groupe BPCE, tetapi juga menggambarkan dinamika baru dalam lanskap perbankan Eropa, yang tengah berbenah setelah lebih dari satu dekade berada dalam bayang-bayang krisis keuangan.
Novo Banco dibentuk setelah krisis finansial Portugal pada 2014 sebagai bagian dari penyelamatan Banco Espírito Santo. Sejak itu, bank ini menjalani proses pemulihan panjang yang melibatkan suntikan dana publik dan kemudian pelepasan saham mayoritas ke Lone Star pada 2017. Lone Star mengakuisisi 75% saham Novo Banco dalam sebuah kesepakatan yang mensyaratkan injeksi modal sebesar 1 miliar euro, sementara pemerintah Portugal mempertahankan 25% kepemilikan. Meski sempat mengalami kerugian signifikan pada tahun-tahun awal pasca akuisisi, Novo Banco akhirnya kembali mencatat laba, dan dalam dua tahun terakhir berhasil mencetak pertumbuhan berkelanjutan serta membukukan pendapatan bersih yang stabil. Berdasarkan laporan terakhir, Novo Banco mengelola aset sekitar 45 miliar euro dan memiliki basis pelanggan kuat di Portugal.
Menurut laporan Reuters, kesepakatan antara BPCE dan Lone Star akan menjadikan BPCE pemilik penuh atas Novo Banco, dengan dana yang akan digunakan juga untuk melunasi komitmen keuangan yang masih tersisa kepada negara Portugal. Otoritas Portugal menyambut baik akuisisi ini karena dianggap akan memberikan stabilitas jangka panjang dan menandai berakhirnya fase privatisasi kritis pasca krisis. Menteri Keuangan Portugal menyatakan bahwa penjualan ini dilakukan dalam kerangka tata kelola dan transparansi yang ketat, dan dinilai positif oleh pasar. Langkah ini juga membuka peluang bagi BPCE untuk mengembangkan sinergi layanan keuangan di kawasan Iberia yang selama ini menjadi area ekspansi strategis banyak bank Eropa.
Groupe BPCE, yang memiliki merek-merek seperti Banque Populaire dan Caisse d’Epargne, serta unit manajemen aset Natixis, telah lama menunjukkan ketertarikannya pada ekspansi regional di Eropa Barat. Keputusan untuk mengakuisisi Novo Banco sejalan dengan strategi BPCE untuk memperkuat kehadirannya di pasar yang dianggap stabil dan memiliki potensi pertumbuhan digital serta kebutuhan layanan finansial terintegrasi yang tinggi. Dalam pernyataannya, CEO BPCE, Nicolas Namias, menyatakan bahwa pembelian ini tidak hanya menambah volume bisnis, tetapi juga memperluas jangkauan layanan BPCE di sektor korporasi dan ritel di Portugal. Dengan pertumbuhan ekonomi Portugal yang relatif stabil dan sektor properti yang kembali bergairah, BPCE melihat akuisisi ini sebagai langkah proaktif untuk mengamankan portofolio regional.
Seperti dicatat dalam analisis The Wall Street Journal, akuisisi Novo Banco menjadi bagian dari tren yang lebih luas dalam industri perbankan Eropa, di mana lembaga keuangan besar melakukan konsolidasi untuk memperkuat posisi pasar mereka dalam menghadapi tantangan suku bunga tinggi, digitalisasi, dan meningkatnya persaingan dari entitas fintech. Kesepakatan ini juga menandai bangkitnya kembali aktivitas merger dan akuisisi lintas negara di Eropa yang sempat lesu selama pandemi. Investor melihat langkah BPCE ini sebagai tanda optimisme terhadap stabilitas ekonomi makro di kawasan Eropa, meski tantangan eksternal seperti ketegangan geopolitik dan risiko utang korporasi global masih membayangi.
Di sisi lain, beberapa analis menggarisbawahi bahwa akuisisi ini juga mencerminkan strategi jangka panjang untuk meningkatkan efisiensi dan skala operasi perbankan. BPCE diharapkan mampu menyerap Novo Banco ke dalam sistemnya tanpa gangguan berarti, mengingat pengalaman sebelumnya dalam mengintegrasikan bank-bank regional di Prancis. Tantangan terbesar akan datang dari harmonisasi budaya organisasi dan penyelarasan sistem IT serta kepatuhan terhadap regulasi lokal dan Eropa. Namun demikian, jika proses integrasi berjalan mulus, maka BPCE berpotensi menjadikan Portugal sebagai pusat regional baru untuk ekspansi lebih lanjut di Semenanjung Iberia dan negara-negara berbahasa Portugis lainnya.
Pengaruh dari kesepakatan ini terhadap sektor perbankan global, termasuk Indonesia, mungkin tidak langsung terasa dalam waktu dekat. Namun, sebagaimana disampaikan oleh beberapa pengamat pasar di Nikkei Asia, tren konsolidasi perbankan Eropa seperti yang dilakukan BPCE bisa menjadi sinyal bagi lembaga keuangan di Asia Tenggara untuk memperkuat posisi mereka sebelum gelombang ekspansi lintas kawasan menyentuh Asia. Bank-bank besar di Indonesia, seperti BCA, BRI, dan Mandiri, selama ini juga telah memperkuat kapabilitas digital dan memperluas jaringan regional. Akuisisi seperti ini memberi gambaran bahwa institusi keuangan dengan fondasi modal kuat akan memiliki keunggulan dalam mengambil peluang pertumbuhan melalui akuisisi strategis, termasuk di pasar negara berkembang.
Kebijakan OJK dan Bank Indonesia yang mendorong penguatan permodalan dan tata kelola perbankan di Indonesia dinilai sebagai langkah tepat untuk menjaga daya saing perbankan nasional. Apalagi, dalam konteks Asean Banking Integration Framework, terbuka kemungkinan terjadinya ekspansi oleh bank-bank asing ke pasar Indonesia, atau sebaliknya. Jika tren akuisisi lintas negara seperti BPCE–Novo Banco semakin marak, maka Indonesia perlu bersiap menghadapi dinamika baru yang tidak hanya bersifat keuangan, tetapi juga menyangkut adaptasi teknologi, manajemen risiko, dan pengelolaan SDM.
Dalam jangka panjang, akuisisi ini dapat menjadi contoh sukses integrasi perbankan lintas negara yang memperhatikan kepentingan berbagai pemangku kepentingan—investor, regulator, nasabah, dan masyarakat. Di tengah tekanan ekonomi global dan peningkatan kompleksitas bisnis, kolaborasi regional dan internasional menjadi kunci keberlanjutan industri perbankan. Kesepakatan antara BPCE dan Lone Star untuk melepas Novo Banco bisa menjadi preseden penting bagi kebijakan perbankan masa depan di Eropa dan dunia. Jika strategi pasca-akuisisi dijalankan dengan baik, BPCE dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam lanskap keuangan Eropa dan menciptakan model yang patut dicermati oleh sektor perbankan Indonesia yang tengah bersiap menyongsong era baru integrasi finansial global.