Kimberly-Clark
The Kimberly-Clark Corporation world headquarters at 351 Phelps Drive in Irving, Texas.

Kimberly-Clark Lepas Bisnis Tisu Global ke Suzano

(Business Lounge – Global News) Langkah besar diambil oleh Kimberly-Clark, produsen barang konsumen asal Amerika Serikat yang terkenal dengan merek-merek seperti Kleenex, Scott, dan Huggies. Perusahaan ini mengumumkan telah menandatangani kesepakatan untuk menjual mayoritas saham dari unit bisnis tisu internasionalnya kepada Suzano, raksasa pulp asal Brasil. Kesepakatan ini menjadi titik balik penting dalam strategi global Kimberly-Clark, yang kini berupaya merampingkan portofolio produknya dan memperkuat kinerja keuangan melalui fokus pada bisnis dengan margin yang lebih tinggi.

Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh The Wall Street Journal, Kimberly-Clark menyebutkan bahwa pihaknya akan menjual 51 persen saham di unit tisu internasionalnya kepada Suzano dengan nilai kesepakatan mencapai sekitar 3,4 miliar dolar AS, termasuk utang. Transaksi ini akan dilakukan dalam bentuk pembayaran tunai sekitar 1,7 miliar dolar AS oleh Suzano, dengan sisa kepemilikan sebesar 49 persen tetap berada di tangan Kimberly-Clark. Selain itu, terdapat opsi bagi Suzano untuk membeli sisa saham tersebut di masa depan.

Seperti dilaporkan oleh Reuters, unit bisnis yang dilepas mencakup operasi di lebih dari selusin negara, terutama di Eropa, Amerika Latin, Asia, dan Timur Tengah. Dalam lingkup perjanjian, Kimberly-Clark juga akan melisensikan sejumlah merek ternamanya, termasuk Kleenex, Andrex, Scott, Viva, dan WypAll kepada entitas baru hasil joint venture dengan Suzano. Operasi ini mencakup 22 fasilitas produksi dan sekitar 9.000 karyawan.

Menurut laporan dari Bloomberg, bisnis tisu internasional Kimberly-Clark menghasilkan pendapatan sekitar 3,3 miliar dolar AS pada 2023, dengan EBITDA mendekati 500 juta dolar AS. Penjualan unit ini dipandang sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk mengalihkan fokus ke pasar Amerika Utara dan produk-produk dengan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi, seperti produk bayi, perawatan wanita, dan produk medis.

CEO Kimberly-Clark, Mike Hsu, mengatakan kepada Financial Times bahwa kesepakatan ini memungkinkan perusahaan untuk “mempercepat transformasi menjadi organisasi yang lebih ramping dan tangkas”, sambil tetap mempertahankan eksistensi mereknya di pasar-pasar internasional melalui kemitraan strategis. Hsu juga menekankan bahwa dana yang diperoleh dari transaksi ini akan digunakan untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan, mendukung pembelian kembali saham, serta mendanai investasi baru dalam inovasi dan kapabilitas operasional di wilayah inti.

Dari perspektif Suzano, kesepakatan ini merupakan bagian dari strategi ekspansi global untuk memperluas kehadirannya dalam rantai pasok tisu yang bernilai tambah tinggi. Seperti dicatat oleh Nikkei Asia, Suzano selama ini lebih dikenal sebagai pemasok pulp skala besar, termasuk bahan baku utama bagi produsen kertas dan tisu dunia. Dengan mengambil alih kontrol atas rantai hilir, Suzano dapat meningkatkan margin keuntungan dan mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas.

Chairman dan CEO Suzano, Walter Schalka, mengatakan bahwa akuisisi ini “mengubah posisi strategis perusahaan secara global” dengan menambah portofolio produk yang langsung menyasar konsumen akhir. Ia juga mencatat bahwa kombinasi kekuatan logistik dan jaringan distribusi Kimberly-Clark dengan sumber daya bahan baku Suzano menciptakan sinergi operasional yang signifikan.

Namun, langkah ini juga bukan tanpa tantangan. Beberapa analis menilai bahwa memasuki bisnis barang konsumen akhir secara langsung memerlukan adaptasi budaya bisnis yang signifikan, mengingat perbedaan mendasar antara model bisnis hulu yang selama ini dijalankan Suzano dan tantangan pemasaran ritel yang akan dihadapi di wilayah-wilayah internasional.

Menurut Moody’s Investors Service, walau akuisisi ini secara strategis masuk akal, Suzano perlu memastikan integrasi yang efektif untuk menghindari tekanan pada margin dan pengembalian investasi dalam jangka menengah. Sementara itu, investor Kimberly-Clark menyambut positif keputusan penjualan ini karena dipandang sebagai upaya menyederhanakan struktur korporasi dan fokus pada pasar-pasar inti dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.

Sebagai bagian dari restrukturisasi yang lebih luas, Kimberly-Clark juga telah mengumumkan bahwa pihaknya akan meninjau kembali portofolio merek di seluruh dunia dan mempertimbangkan kemungkinan pelepasan lebih lanjut atas lini produk yang kurang strategis. Perusahaan menargetkan untuk meningkatkan efisiensi operasi secara keseluruhan dan memangkas beban biaya tetap agar dapat lebih lincah merespons dinamika permintaan konsumen global.

Dalam wawancaranya dengan CNBC, Mike Hsu menambahkan bahwa pasar produk tisu telah mengalami tekanan dari perubahan perilaku konsumen sejak pandemi COVID-19. Meskipun permintaan produk higienitas tetap tinggi, munculnya merek-merek lokal dan tekanan harga di beberapa pasar internasional membuat bisnis tisu menjadi semakin kompetitif. Dengan kemitraan ini, Kimberly-Clark berharap dapat mempertahankan keberadaan merek-mereknya di pasar internasional tanpa harus menanggung seluruh beban operasional secara langsung.

Dari sudut pandang industri, kesepakatan antara Kimberly-Clark dan Suzano mencerminkan tren yang lebih luas di mana perusahaan multinasional memilih untuk memperkuat posisi di pasar utama sembari menjalin kolaborasi strategis untuk tetap hadir di pasar sekunder. Di tengah tekanan biaya global dan ketidakpastian geopolitik, pendekatan ini dinilai lebih adaptif terhadap risiko.

Analis industri dari Morgan Stanley menyebutkan bahwa struktur transaksi ini — yaitu penjualan mayoritas namun dengan lisensi merek dan kepemilikan minoritas yang dipertahankan — merupakan cara cerdas untuk tetap mempertahankan pengaruh di pasar-pasar luar negeri tanpa memikul seluruh risiko operasional. Kimberly-Clark akan tetap mendapatkan royalti dari penggunaan merek, sementara Suzano dapat menggunakan jaringan distribusi yang sudah mapan untuk menembus pasar baru.

Sementara itu, di Brasil, kesepakatan ini disambut hangat oleh para pemangku kepentingan industri. Pemerintah federal menyatakan bahwa akuisisi ini memperkuat posisi negara sebagai pemain penting dalam industri pulp dan produk turunan, sekaligus membuka peluang ekspor bernilai tambah. Dalam jangka panjang, hal ini dipandang dapat mendukung penguatan sektor manufaktur nasional serta menciptakan lapangan kerja baru.

Tidak menutup kemungkinan bahwa kesepakatan ini akan menjadi model bagi perusahaan lain di industri yang sama, yang berupaya menyeimbangkan antara skala global dan efisiensi operasional. Dalam era pasca-pandemi di mana perusahaan dituntut untuk lebih gesit dan terfokus, aliansi seperti antara Kimberly-Clark dan Suzano dapat menjadi jawaban atas tantangan globalisasi yang makin kompleks.

Dengan transaksi yang dijadwalkan rampung pada pertengahan 2026, semua pihak kini menantikan hasil akhir dari kemitraan ini. Apakah kolaborasi antara dua raksasa ini dapat menciptakan sinergi nyata dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham akan sangat tergantung pada eksekusi strategis dalam beberapa tahun ke depan. Namun satu hal yang jelas: lanskap industri produk tisu global telah berubah secara signifikan.