(Business Lounge – Global News) Paramount Global telah mengambil langkah besar dalam memperbarui struktur kepemimpinan perusahaan dengan mencalonkan tiga anggota dewan baru menjelang Rapat Umum Pemegang Saham yang dijadwalkan pada 2 Juli 2025. Perombakan ini terjadi di tengah tekanan internal dan eksternal yang signifikan, termasuk upaya penyelesaian gugatan hukum senilai miliaran dolar yang diajukan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap CBS News, salah satu unit utama Paramount. Di saat yang sama, perusahaan tengah berupaya menyelesaikan proses merger penting dengan Skydance Media.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, Paramount mencalonkan Mary Boies, Charles Ryan, dan Roanne Sragow Licht sebagai tiga calon direktur baru yang akan memperkuat posisi dewan direksi perusahaan. Ketiga sosok ini membawa latar belakang yang berbeda namun strategis. Mary Boies adalah seorang pengacara kawakan dan juga istri dari pengacara kenamaan David Boies, yang terkenal dalam berbagai kasus besar di Amerika Serikat. Charles Ryan adalah tokoh di dunia modal ventura dengan rekam jejak panjang di Silicon Valley. Sementara Roanne Sragow Licht adalah mantan hakim di Massachusetts yang dikenal luas dalam bidang hukum dan regulasi.
Langkah penunjukan anggota dewan baru ini terjadi ketika perusahaan menghadapi masa kritis dalam sejarahnya. Dalam laporan yang dikutip dari Reuters, Paramount sedang dalam tahap akhir negosiasi merger dengan Skydance Media, senilai sekitar $8 miliar. Kesepakatan ini diyakini sebagai langkah penting untuk memperkuat posisi Paramount di tengah lanskap industri hiburan global yang terus berubah dengan cepat akibat transformasi digital dan persaingan konten yang semakin ketat.
Namun, agenda strategis tersebut tidak berlangsung tanpa tantangan. Dalam laporan lanjutan yang dipublikasikan oleh The Wall Street Journal, disebutkan bahwa Paramount kini berada dalam pusaran kontroversi hukum menyusul gugatan Donald Trump terhadap CBS News. Gugatan tersebut menyangkut tuduhan bahwa program “60 Minutes” secara sengaja menyunting wawancara dengan Wakil Presiden Kamala Harris secara menyesatkan, menciptakan narasi yang merugikan citra Trump.
Paramount telah menawarkan penyelesaian senilai $15 juta dalam upaya untuk mengakhiri gugatan tersebut secara damai. Namun, Trump dan tim hukumnya menolak tawaran itu dan mengajukan tuntutan baru senilai lebih dari $25 juta, ditambah permintaan maaf publik. Dalam gugatan tersebut, Trump juga menuntut tindakan disipliner terhadap produser dan editor yang terlibat dalam penyiaran tersebut. Permintaan maaf publik diyakini menjadi titik tersulit dalam negosiasi, karena dapat menimbulkan dampak reputasi yang signifikan bagi CBS News.
Dalam laporan dari Politico, dua legislator negara bagian California juga turut menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap potensi pelanggaran etika perusahaan apabila penyelesaian diberikan kepada Trump. Mereka meminta agar mantan eksekutif CBS bersaksi dalam dengar pendapat legislatif untuk menjelaskan rincian negosiasi dan motif di baliknya. Isu ini, menurut para analis, bukan hanya soal uang atau pencitraan politik, tetapi lebih dalam menyangkut prinsip independensi jurnalistik serta posisi hukum media dalam menghadapi tekanan politik.
Selain gugatan hukum, Paramount juga sedang menavigasi tantangan bisnis struktural yang lebih luas. Menurut laporan Bloomberg, perusahaan telah mengalami penurunan signifikan dalam pangsa pemirsa tradisional dan pertumbuhan pelanggan streaming yang stagnan. Dengan lanskap media yang kini didominasi oleh layanan seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime Video, Paramount harus menemukan cara baru untuk tetap relevan dan kompetitif, baik dari sisi konten maupun distribusi.
Merger dengan Skydance Media menjadi tumpuan harapan untuk revitalisasi. Skydance, yang dikenal sebagai rumah produksi film-film box office seperti “Top Gun: Maverick” dan “Mission: Impossible”, diyakini akan menyuntikkan energi baru dan kepemimpinan kreatif ke dalam tubuh Paramount. Namun, proses merger ini tidak bisa berjalan mulus tanpa menyelesaikan konflik hukum yang sedang berlangsung.
Dalam laporan dari CNBC, disebutkan bahwa Komisi Komunikasi Federal (FCC) juga mulai meninjau proses merger Paramount-Skydance dengan cermat, terutama karena tekanan dari kelompok advokasi media dan anggota parlemen yang menyoroti kemungkinan pengaruh politik terhadap konten berita. Investigasi ini bisa memperlambat atau bahkan menggagalkan rencana konsolidasi jika ditemukan pelanggaran atau praktik yang dianggap tidak transparan.
Shari Redstone, pemilik saham mayoritas Paramount dan ketua dewan direksi, diyakini berada di pusat semua manuver ini. Sebagai pewaris kerajaan media keluarga Redstone, ia memiliki tantangan besar untuk menyeimbangkan tuntutan pemegang saham, tekanan politik, dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan ekosistem digital baru. Dalam wawancara terdahulu yang dikutip oleh Financial Times, Redstone menyebut bahwa ia “berkomitmen untuk memastikan Paramount tetap menjadi perusahaan media global yang relevan dan bertanggung jawab.”
Kepemimpinan baru yang diusulkan juga mencerminkan perubahan arah perusahaan menuju tata kelola yang lebih beragam dan profesional. Penambahan sosok seperti Mary Boies dan Roanne Sragow Licht, yang memiliki rekam jejak panjang dalam bidang hukum dan etika, menunjukkan bahwa Paramount ingin memperkuat kepercayaan publik terhadap integritas perusahaan, terutama di masa-masa penuh tekanan seperti saat ini.
Sementara itu, pemegang saham juga menaruh harapan besar terhadap Rapat Umum Pemegang Saham yang akan datang. Dalam laporan dari Barron’s, sejumlah investor institusional menyatakan bahwa mereka ingin melihat komitmen nyata dari dewan terhadap pertumbuhan jangka panjang dan bukan hanya solusi jangka pendek seperti merger atau restrukturisasi keuangan. Beberapa analis bahkan menyarankan agar Paramount mempertimbangkan untuk melepaskan unit-unit bisnis yang tidak memberikan nilai strategis lagi, demi meningkatkan efisiensi dan fokus pada inti bisnisnya.
Tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa seluruh dinamika ini adalah ujian bagi demokrasi perusahaan publik itu sendiri. Dalam era di mana tekanan politik, opini publik, dan dinamika pasar tumpang tindih dengan sangat cepat, bagaimana perusahaan seperti Paramount merespons akan menjadi studi kasus penting bagi industri media global.
Jika perusahaan berhasil menavigasi semua ini—mengamankan merger, menyelesaikan gugatan, dan memperkuat dewan dengan kepemimpinan baru—maka Paramount bisa keluar dari krisis ini dengan posisi yang lebih solid dan fleksibel menghadapi masa depan. Namun, jika langkah-langkah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin perusahaan akan terus terpuruk di tengah tekanan yang tak kunjung usai.
Dalam dunia media yang semakin kompetitif dan teregulasi ketat, keputusan-keputusan yang diambil oleh Paramount dalam beberapa minggu ke depan akan memiliki implikasi jangka panjang, baik bagi pemegang saham maupun industri secara keseluruhan. Semua mata kini tertuju pada Rapat Umum Pemegang Saham yang akan datang, dan bagaimana dewan baru akan membuktikan kapasitasnya di tengah sorotan dunia.

