Macy’s Inc.

Macy’s Ubah Strategi Hadapi Tarif

(Business Lounge – Global News) Macy’s, salah satu jaringan department store terbesar di Amerika Serikat, menghadapi tantangan serius akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan AS dalam beberapa tahun terakhir. Dampak langsung dari perang dagang global, terutama dengan China, memaksa perusahaan ini untuk mengambil langkah-langkah strategis guna menjaga profitabilitas dan keberlanjutan bisnisnya di tengah dinamika pasar yang terus berubah. Dalam menghadapi tekanan tersebut, Macy’s mengumumkan rencana kenaikan harga pada beberapa produk sekaligus melakukan perubahan signifikan dalam rantai pasokannya sebagai upaya untuk meredam efek negatif dari tarif yang semakin membebani biaya operasional.

Menurut laporan terbaru yang dikutip dari Reuters dan Bloomberg, CEO Macy’s, Tony Spring, mengungkapkan bahwa perusahaan akan menerapkan kebijakan kenaikan harga yang selektif, hanya pada produk-produk yang dianggap masih memiliki daya tarik dan nilai tambah bagi konsumen. Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalisir risiko kehilangan pelanggan yang sensitif terhadap harga di tengah kondisi ekonomi yang sedang moderat. Sekitar 20% produk yang dijual Macy’s berasal dari China, sehingga ketergantungan pada pemasok di negara tersebut menjadi titik krusial dalam strategi penyesuaian rantai pasok.

Macy’s secara aktif mulai mengurangi pesanan dan kerjasama dengan pemasok dari China yang dianggap kurang menguntungkan dan mulai mengalihkan sumber produksinya ke negara lain yang menawarkan biaya lebih kompetitif serta risiko tarif yang lebih rendah. Proses negosiasi ulang kontrak dengan pemasok juga sedang berjalan untuk mendapatkan harga yang lebih efisien. Strategi ini diharapkan tidak hanya mengurangi dampak tarif impor, tetapi juga memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi kompetisi ketat di industri ritel.

Meski sudah melakukan berbagai penyesuaian, Macy’s terpaksa menurunkan proyeksi laba tahunan. Perusahaan kini memperkirakan laba per saham yang disesuaikan berada di kisaran $1,60 hingga $2,00, turun dari perkiraan sebelumnya yang mencapai $2,05 hingga $2,25. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan biaya akibat tarif, pelemahan belanja konsumen yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi, serta persaingan yang semakin sengit di pasar ritel fisik maupun digital. Namun demikian, Macy’s tetap optimistis dapat mempertahankan pendapatan tahunan di rentang $21 miliar hingga $21,4 miliar, meskipun angka ini sedikit menurun dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar $22,29 miliar.

Menurut analis pasar yang diwawancarai oleh The Wall Street Journal, keputusan Macy’s untuk menaikkan harga sebagian produk dan merestrukturisasi rantai pasok mencerminkan upaya perusahaan untuk tetap adaptif dalam menghadapi kondisi eksternal yang sulit. “Ini bukan hanya tentang menaikkan harga, tetapi bagaimana mereka menjaga nilai bagi konsumen dan pada saat yang sama menekan biaya produksi,” ungkap seorang analis ritel terkemuka. Pendekatan yang seimbang ini dinilai krusial untuk mempertahankan loyalitas pelanggan sekaligus mengamankan margin keuntungan.

Selain itu, Macy’s juga tengah memperkuat kanal penjualan digitalnya untuk menyesuaikan dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengarah ke belanja online. Investasi dalam teknologi e-commerce dan layanan pelanggan digital menjadi bagian penting dari strategi perusahaan guna mengimbangi tekanan dari penurunan kunjungan ke toko fisik akibat faktor ekonomi dan perubahan gaya hidup. Menurut laporan dari CNBC, transformasi digital ini juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mempercepat siklus penjualan.

Langkah-langkah yang diambil Macy’s tersebut muncul di tengah ketidakpastian lanjutan terkait kebijakan perdagangan internasional dan situasi ekonomi global. Perang dagang antara AS dan China telah memicu tarif impor yang signifikan pada berbagai produk konsumen, termasuk barang-barang yang menjadi tulang punggung Macy’s. Tarif ini tidak hanya meningkatkan biaya pembelian barang, tetapi juga memberikan tekanan pada rantai pasokan yang sudah terdampak oleh pandemi dan gangguan logistik global.

Selain menghadapi tantangan dari kebijakan tarif, Macy’s juga harus menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen yang kini lebih berhati-hati dalam berbelanja. Data dari Nielsen menunjukkan adanya perlambatan dalam pengeluaran konsumen ritel di AS yang sebagian dipicu oleh inflasi dan kekhawatiran ekonomi. Hal ini mendorong Macy’s untuk memfokuskan penawaran produknya pada segmen yang lebih sensitif terhadap nilai dan kualitas.

Dalam perspektif jangka panjang, Macy’s berkomitmen untuk terus melakukan transformasi bisnis agar dapat tetap relevan di pasar yang sangat kompetitif. Pendekatan berkelanjutan yang menggabungkan efisiensi rantai pasok, inovasi produk, serta penguatan kanal digital diyakini akan menjadi kunci bagi pertumbuhan yang stabil di masa depan. Sebagaimana diungkapkan oleh CEO Tony Spring, “Kita harus terus beradaptasi dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga keunggulan kompetitif kita.”

Menurut Financial Times, industri ritel secara global tengah mengalami perubahan paradigma yang signifikan akibat kombinasi antara tekanan geopolitik, perubahan teknologi, dan ekspektasi konsumen yang terus berkembang. Macy’s sebagai salah satu pemain utama di pasar AS tidak terkecuali dari tren ini. Keputusan perusahaan untuk mengambil langkah-langkah strategis guna menanggulangi dampak tarif sekaligus mengoptimalkan rantai pasok menunjukkan bahwa mereka memahami pentingnya fleksibilitas dan ketangguhan bisnis dalam menghadapi tantangan.

Seiring dengan penyesuaian harga dan perbaikan rantai pasok, Macy’s juga tengah mengevaluasi portofolio produknya untuk memastikan fokus pada kategori dengan potensi pertumbuhan tinggi dan profitabilitas yang baik. Hal ini penting mengingat perubahan preferensi konsumen yang semakin mengarah pada produk yang lebih berkelanjutan dan bermerek kuat. Laporan dari Bloomberg mengindikasikan bahwa segmentasi produk dan penyesuaian strategi pemasaran akan menjadi pilar utama dalam mempertahankan daya tarik merek Macy’s di pasar.

Meski menghadapi tekanan berat, Macy’s tetap optimistis dapat mengatasi tantangan tersebut melalui sinergi internal dan inovasi berkelanjutan. Perusahaan berencana untuk memperkuat kerja sama dengan pemasok yang mendukung keberlanjutan serta mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam rantai pasok. Pendekatan ini juga diharapkan mampu mengurangi risiko terkait gangguan pasokan dan fluktuasi biaya di masa depan.

Dalam konteks ekonomi makro, keputusan Macy’s untuk menaikkan harga sebagian produk merupakan respon terhadap tekanan inflasi yang mempengaruhi seluruh rantai nilai. Kenaikan tarif impor bukan satu-satunya faktor, tetapi juga kenaikan biaya tenaga kerja dan bahan baku yang turut mendorong biaya produksi. Dengan demikian, kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan perusahaan merupakan langkah strategis untuk menjaga kesehatan finansial tanpa mengorbankan pengalaman pelanggan.

Para pengamat industri juga menyoroti bahwa adaptasi Macy’s terhadap tantangan tarif dan perubahan perilaku konsumen mencerminkan dinamika pasar ritel modern yang menuntut inovasi dan fleksibilitas tinggi. Perusahaan-perusahaan ritel harus mampu bertransformasi secara cepat dan berkelanjutan agar tetap kompetitif di tengah persaingan global. Macy’s yang telah berdiri selama lebih dari 150 tahun menunjukkan komitmen kuat untuk terus berevolusi sesuai kebutuhan pasar.