SpaceX

Starship Space X Melaju Menuju Misi Mars

(Business Lounge – Technology) SpaceX kembali meluncurkan roket Starship dalam uji penerbangan yang digelar pada akhir Mei 2025, sebagai bagian dari ambisi jangka panjang Elon Musk untuk membawa manusia ke Mars. Peluncuran kesembilan ini dilakukan dari fasilitas SpaceX di Starbase, Boca Chica, Texas, dan meskipun pesawat luar angkasa eksperimental ini mengalami kerusakan saat reentry, para insinyur perusahaan menilai misi tersebut tetap menyumbang kemajuan besar dalam pengembangan kendaraan peluncuran super berat.

Starship, yang menjadi tulang punggung visi kolonisasi Mars oleh Elon Musk, lepas landas dengan sukses dari landasan peluncuran, mencapai tahap pemisahan dengan booster Super Heavy, dan melanjutkan penerbangan orbitnya. Namun, beberapa menit setelahnya, roket mengalami masalah teknis: pintu muatan gagal terbuka dan menyebabkan kendala pelepasan kargo simulasi. Tak lama kemudian, kebocoran propelan di tahap atas menyebabkan kegagalan sistem kendali orientasi, membuat pesawat kehilangan stabilitas saat memasuki kembali atmosfer dan akhirnya hancur di atas Samudra Hindia.

Meski begitu, SpaceX menyatakan bahwa peluncuran ini merupakan salah satu uji paling sukses dalam sejarah pendek Starship. Dalam laporan yang dimuat oleh The Washington Post, perusahaan menyebut seluruh proses pemisahan roket dan tahap pembakaran berjalan sesuai rencana. Elon Musk bahkan menyampaikan di platform X (dulu Twitter) bahwa “data dari penerbangan ini akan sangat penting untuk penerbangan berikutnya, dan kita lebih dekat ke target”.

Starship bukan sekadar proyek teknologi, melainkan bagian dari ambisi Musk untuk menjadikan manusia sebagai spesies multiplanet. Sejak uji terbang pertama pada tahun 2020 yang berakhir dengan ledakan di landasan, SpaceX telah menghadapi serangkaian kegagalan yang justru menjadi landasan pengembangan. Roket setinggi 123 meter ini dirancang agar seluruh komponennya dapat digunakan kembali—berbeda dengan roket konvensional—dengan tujuan menekan biaya peluncuran secara drastis.

Menurut laporan dari Barron’s, peluncuran kali ini semakin memperkuat kesiapan teknis SpaceX untuk misi Mars. Meskipun jadwal awal untuk mengirim muatan tanpa awak ke Mars pada tahun 2024 mundur, Musk tetap optimistis bahwa misi pertama bisa dilakukan pada 2026, saat posisi orbit Bumi dan Mars memungkinkan peluncuran efisien. Uji ini juga memberi data penting untuk pengembangan sistem kontrol ulang orbit dan pelindung termal, dua elemen krusial jika Starship ingin kembali dari permukaan Mars.

Namun, misi Mars bukan satu-satunya agenda. NASA juga telah memilih versi modifikasi Starship sebagai pendarat bagi misi Artemis III yang direncanakan membawa astronot ke Bulan dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Wall Street Journal, program ini didukung pendanaan miliaran dolar dari NASA dan diharapkan mempercepat integrasi teknologi Starship ke dalam program antariksa nasional AS.

Dukungan pemerintah juga didorong oleh kesuksesan komersial SpaceX dalam layanan peluncuran satelit dan misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Sistem roket Falcon 9 mereka telah melampaui 300 peluncuran, dan Starlink—konstelasi internet berbasis satelit milik SpaceX—menjadi sumber pendapatan utama yang menopang proyek ambisius seperti Starship. Namun, Starship adalah taruhan besar: biayanya sudah melampaui $5 miliar sejak dikembangkan dan masih jauh dari komersialisasi.

Meskipun mengalami kehancuran di atmosfer, Starship kali ini mampu menjalankan manuver orbit dan kembali masuk ke atmosfer secara terkendali—sebuah pencapaian teknis yang belum pernah terjadi dalam uji sebelumnya. Beberapa analis mengatakan bahwa keberhasilan parsial ini merupakan validasi awal desain aerodinamis dan sistem pelindung panas yang lebih baik.

Kendati demikian, tantangan besar masih menanti. Uji mesin, pelepasan muatan, sistem navigasi otomatis, hingga proses pengisian bahan bakar di luar angkasa, semuanya masih dalam tahap pengembangan. Di Mars, keterbatasan atmosfer dan medan gravitasi berbeda akan memerlukan sistem baru untuk pendaratan dan lepas landas. Musk pernah menyebut bahwa “membangun kota mandiri di Mars akan membutuhkan ribuan peluncuran dan dekade kerja”.

Regulator juga memiliki peran besar dalam masa depan Starship. Setelah dua ledakan awal yang menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar Starbase, FAA (Federal Aviation Administration) memperketat pengawasan terhadap izin peluncuran berikutnya. Namun dalam peluncuran kali ini, FAA menyebut bahwa SpaceX telah memenuhi semua syarat keselamatan dan prosedur mitigasi dampak lingkungan.

Dalam lanskap industri antariksa yang semakin kompetitif, perusahaan seperti Blue Origin, Relativity Space, hingga startup asing dari China dan India, juga mengembangkan kendaraan peluncuran generasi baru. Namun hingga saat ini, tidak ada yang menandingi skala dan ambisi program Starship. Dalam wawancara baru-baru ini dengan CNBC, salah satu pejabat senior NASA menyebut Starship sebagai “pengubah permainan sejati”.

Dengan keberhasilan parsial dalam uji kesembilan ini, perhatian kini tertuju pada uji kesepuluh yang direncanakan beberapa bulan mendatang. SpaceX dikabarkan akan menguji sistem pendaratan ulang booster di platform laut, serta mengintegrasikan sistem pemuatan bahan bakar di orbit.

Elon Musk tak pernah menjanjikan perjalanan mudah. Ia mengakui bahwa roket akan meledak, sistem akan gagal, dan teknologi akan terus disempurnakan. Namun seperti kata-katanya yang terkenal: “Jika sesuatu cukup penting, Anda melakukannya meskipun peluang keberhasilannya kecil.” Dan dengan Starship, SpaceX tampaknya telah siap mengubah peluang itu menjadi kenyataan.