(Business Lounge – Global News) Airbnb membukukan pendapatan kuartalan yang solid, namun bayangan perlambatan mulai membayangi bisnis penyewaan jangka pendek global ini. Untuk kuartal pertama 2025, Airbnb mencatat pendapatan sebesar $2,27 miliar, naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan laba bersih mencapai $154 juta. Angka tersebut mengungguli ekspektasi analis yang memproyeksikan pendapatan sebesar $2,25 miliar dan laba bersih sekitar $146 juta. Namun, laporan ini disertai peringatan dari manajemen tentang melambatnya pertumbuhan pemesanan yang diperkirakan akan terjadi pada kuartal kedua.
Perusahaan memproyeksikan pendapatan antara $2,99 miliar hingga $3,05 miliar untuk kuartal berikutnya, sedikit lebih rendah dari estimasi analis yang berada di kisaran $3,04 miliar. Salah satu alasan utama dari kehati-hatian tersebut adalah permintaan domestik Amerika Serikat yang mulai menunjukkan gejala pelemahan. Wilayah ini merupakan pasar terbesar bagi Airbnb, menyumbang sekitar 30% dari total malam menginap (nights stayed) secara global. Dalam keterangannya, manajemen Airbnb menyebutkan bahwa ketidakpastian ekonomi, inflasi, dan dampak dari kebijakan perdagangan global menjadi penghambat niat masyarakat AS untuk melakukan perjalanan dan menyewa properti.
Di sisi lain, pasar Amerika Latin justru menjadi titik terang dalam laporan keuangan ini. Wilayah tersebut mengalami pertumbuhan pemesanan tercepat dibandingkan kawasan lain, mengindikasikan adanya peluang baru bagi ekspansi Airbnb di luar pasar tradisionalnya. Pertumbuhan di negara-negara seperti Meksiko dan Brasil memberikan bantalan terhadap pelemahan di pasar AS dan Eropa Barat.
Airbnb juga menyampaikan bahwa meskipun jumlah malam menginap meningkat secara tahunan, tarif harian rata-rata (average daily rate) justru mengalami sedikit penurunan. Penurunan tarif ini merefleksikan tekanan harga akibat persaingan ketat dan keharusan untuk mempertahankan volume pemesanan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Kondisi tersebut berdampak pada margin operasional, khususnya margin EBITDA yang diperkirakan sedikit turun pada kuartal kedua.
Perusahaan mengungkapkan rencana investasi besar-besaran yang dapat mempengaruhi struktur biaya jangka pendek. Airbnb berencana mengalokasikan dana sebesar $200 juta hingga $250 juta untuk peluncuran dan pengembangan bisnis baru selama 2025. Meskipun belum memberikan rincian lebih lanjut, manajemen menjanjikan akan mengumumkan inisiatif ini secara lebih lengkap pada pertengahan Mei mendatang. Salah satu inisiatif yang sudah diperkenalkan adalah “Airbnb Icons”, sebuah kategori baru yang bertujuan menawarkan pengalaman unik bagi para pelancong, melampaui sekadar tempat tinggal.
Langkah ekspansi tersebut mencerminkan strategi Airbnb untuk mencari pertumbuhan baru di luar model bisnis intinya. Pasar penginapan jangka pendek semakin matang, dan pertumbuhan organik dari sisi jumlah pengguna cenderung melambat. Oleh karena itu, diversifikasi produk dan perluasan geografis dianggap sebagai langkah penting untuk mempertahankan posisi sebagai pemimpin industri.
Namun, para investor masih memberikan respons yang relatif positif terhadap laporan ini. Saham Airbnb (ABNB) diperdagangkan naik 2,16% menjadi $124,01 setelah pengumuman laporan keuangan. Volume perdagangan intraday tercatat mencapai 9,4 juta saham, dengan harga tertinggi hari itu $125,50 dan terendah $116,25. Reaksi pasar mencerminkan optimisme bahwa Airbnb masih memiliki ruang untuk tumbuh meskipun menghadapi angin sakal di beberapa wilayah.
Analis dari MarketWatch dan Reuters mencatat bahwa sinyal kehati-hatian Airbnb merupakan cerminan dari tren yang lebih luas di sektor perjalanan dan pariwisata. Kelelahan pasca-pandemi, harga tiket pesawat yang tinggi, serta perlambatan ekonomi di negara-negara maju menekan minat perjalanan. Di sisi lain, negara-negara berkembang menunjukkan minat yang tinggi terhadap platform penyewaan digital, didukung oleh pertumbuhan kelas menengah dan adopsi teknologi yang cepat.
Meskipun tantangan eksternal terus meningkat, Airbnb menegaskan komitmennya untuk menjaga efisiensi operasional. Biaya tetap berhasil ditekan, dan rasio pengeluaran terhadap pendapatan tetap stabil meskipun adanya peningkatan belanja pemasaran dan pengembangan produk. Strategi jangka menengah perusahaan mengandalkan pertumbuhan non-linear dari lini bisnis baru dan penguatan posisi di pasar-pasar dengan penetrasi rendah.
Kondisi ekonomi global yang rapuh, disertai ketegangan geopolitik dan perubahan iklim kebijakan moneter di berbagai negara, membuat pelaku industri seperti Airbnb harus semakin adaptif. Dalam suasana seperti ini, keberhasilan dalam membaca arah pasar dan melakukan diferensiasi produk menjadi penentu utama untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
Airbnb juga disebut akan meningkatkan investasinya dalam teknologi untuk mendukung keandalan platform dan meningkatkan kenyamanan pengguna. Perusahaan berencana memperluas infrastruktur sistem rekomendasi dan keamanan transaksi, termasuk integrasi AI untuk menyaring ulasan dan preferensi pelanggan dengan lebih canggih. Hal ini dinilai krusial untuk mempertahankan loyalitas pengguna, terutama di tengah persaingan dengan platform sejenis dan hotel konvensional yang mulai merespons perubahan perilaku wisatawan digital.
Secara keseluruhan, laporan keuangan Airbnb untuk kuartal pertama 2025 menampilkan gambaran ganda: performa solid di masa kini, tetapi tantangan nyata untuk mempertahankan momentum ke depan. Perusahaan telah menyiapkan strategi antisipatif melalui ekspansi regional, peluncuran produk baru, dan efisiensi biaya. Namun, keberhasilan implementasi dari strategi tersebut akan sangat menentukan apakah Airbnb mampu tetap relevan di tengah dinamika pasar yang semakin kompleks.