(Business Lounge – Global News) BNP Paribas, salah satu bank terbesar di Eropa, mengumumkan penurunan proyeksi keuntungan dari investasinya dalam unit manajemen investasi milik AXA, yakni AXA IM Prime, menyusul panduan terbaru dari otoritas pengawas. Keputusan ini mencerminkan penyesuaian ekspektasi bank terhadap imbal hasil investasi setelah mempertimbangkan regulasi yang semakin ketat dan dinamika pasar keuangan yang berubah.
Dalam laporan yang disampaikan kepada investor dan dikutip oleh Financial Times serta Bloomberg, BNP Paribas menyatakan bahwa Return on Invested Capital (ROIC) dari akuisisi tersebut kini diperkirakan hanya akan berada di atas 14% dalam tiga tahun setelah transaksi rampung. Ini merupakan revisi turun dari proyeksi awal yang mencapai 18%.
Langkah penyesuaian ini datang setelah bank menerima arahan baru dari regulator keuangan yang mendorong penerapan persyaratan modal lebih konservatif terhadap akuisisi di sektor manajemen aset alternatif. Sumber internal bank kepada Reuters menyebut bahwa diskusi dengan Autorité de Contrôle Prudentiel et de Résolution (ACPR), regulator keuangan Prancis, berperan dalam peninjauan kembali ekspektasi finansial proyek tersebut.
Akuisisi AXA IM Prime oleh BNP Paribas diumumkan pada awal 2024 sebagai bagian dari strategi ekspansi bank di sektor private assets dan alternative investment, yang semakin populer di tengah suku bunga tinggi dan volatilitas pasar obligasi. Dengan mengakuisisi unit ini, BNP berharap memperkuat bisnis manajemen kekayaan dan membuka akses lebih luas ke investor institusional yang mengincar kelas aset non-tradisional seperti infrastruktur, real estat, dan private equity.
AXA IM Prime sendiri merupakan divisi dalam AXA Investment Managers yang memiliki spesialisasi dalam investasi alternatif dan telah mengelola dana sekitar €32 miliar sebelum transaksi diumumkan. Kerja sama ini awalnya dipandang sebagai langkah strategis untuk memperluas basis klien BNP dan meningkatkan pendapatan berulang dari komisi pengelolaan aset.
Namun, realita regulasi yang lebih kompleks ternyata menjadi tantangan. Dalam penjelasan tertulisnya, BNP menyebut bahwa meskipun ekspektasi keuntungan berkurang, akuisisi tetap memberikan nilai strategis yang signifikan karena membuka jalur pertumbuhan jangka panjang di segmen yang dinilai resilien. Bank juga menekankan bahwa ROIC di atas 14% masih berada di atas target minimum internal dan tetap mencerminkan alokasi modal yang menguntungkan.
Para analis menanggapi penurunan ini dengan hati-hati. Dalam catatan riset yang dikutip oleh WSJ, analis dari Jefferies menyebut bahwa meskipun penyesuaian proyeksi merupakan sinyal kehati-hatian, hal itu tidak mengubah tesis fundamental atas strategi jangka panjang BNP Paribas di sektor manajemen aset. Mereka juga menyebut bahwa tekanan dari regulator saat ini menjadi hal yang lazim dialami pelaku industri yang beralih ke model berbasis fee, terutama dalam konteks pengawasan ketat pasca-krisis Credit Suisse.
Penyesuaian ini juga mencerminkan meningkatnya tekanan terhadap bank-bank besar untuk mematuhi kerangka modal yang lebih ketat ketika melakukan ekspansi di luar perbankan tradisional. Dengan meningkatnya eksposur ke aset tidak likuid seperti private equity, regulator menginginkan transparansi dan mitigasi risiko yang lebih besar—terutama untuk menjaga kestabilan sistemik.
Dari perspektif pasar, saham BNP Paribas tercatat sedikit melemah dalam perdagangan awal setelah pengumuman tersebut, namun tidak menunjukkan gejolak besar. Investor tampaknya telah mengantisipasi potensi tantangan regulasi dalam transaksi ini sejak awal. Sebaliknya, fokus investor kini lebih tertuju pada bagaimana bank akan mengeksekusi integrasi AXA IM Prime serta menjaga pertumbuhan fee income secara berkelanjutan.
Dalam wawancara dengan Les Echos, CFO BNP Paribas menyatakan bahwa bank tetap percaya diri terhadap nilai jangka panjang dari akuisisi ini. Ia menegaskan bahwa penyesuaian ROIC lebih mencerminkan kehati-hatian metodologis daripada kegagalan strategi, dan bahwa sinergi komersial dengan jaringan klien yang luas tetap menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan.
Aksi korporasi seperti ini menunjukkan dinamika sektor keuangan Eropa yang sedang mencari pertumbuhan di luar margin bunga bersih yang menurun. Dengan minat investor institusional terhadap investasi alternatif yang terus tumbuh, manajemen aset tetap menjadi area fokus strategis, meskipun persyaratan modal dan tata kelola semakin rumit.