(Business Lounge – Automotive) General Motors (GM) mengumumkan akan menghentikan sementara produksi kendaraan listrik (EV) di pabriknya yang berlokasi di Ingersoll, Ontario, serta melakukan pemutusan hubungan kerja sementara terhadap sekitar 500 pekerja. Langkah ini, seperti diberitakan oleh Reuters dan The Wall Street Journal, menjadi cerminan terbaru dari tekanan yang dihadapi produsen mobil dalam menavigasi transisi menuju kendaraan listrik di tengah permintaan pasar yang berfluktuasi dan tantangan rantai pasok yang terus berlangsung.
Menurut juru bicara GM Kanada, penghentian produksi akan dimulai pada 14 April, dan para pekerja direncanakan akan kembali pada bulan Mei dengan jadwal produksi yang lebih terbatas. Pabrik yang dikenal sebagai CAMI Assembly ini merupakan pusat produksi utama untuk BrightDrop Zevo 600, sebuah van listrik yang dirancang untuk logistik dan pengiriman jarak dekat.
Langkah ini menambah daftar panjang penyesuaian strategi dari perusahaan otomotif besar dalam beberapa bulan terakhir, seiring dengan realitas bahwa pertumbuhan pasar kendaraan listrik tidak secepat yang sebelumnya diperkirakan. Data penjualan industri menunjukkan perlambatan permintaan konsumen di Amerika Utara, khususnya pada sektor armada komersial dan kendaraan niaga listrik, yang selama ini menjadi target utama BrightDrop.
Dalam laporan Bloomberg, beberapa analis menyatakan bahwa keputusan GM ini bukan hanya disebabkan oleh lemahnya permintaan, tetapi juga karena kebutuhan untuk mengelola inventaris dan efisiensi biaya secara lebih hati-hati. Meningkatnya biaya bahan baku, ketegangan geopolitik yang memengaruhi pasokan logam penting seperti litium dan nikel, serta persaingan harga dari produsen EV asal Tiongkok turut memperumit lanskap industri ini.
Pabrik CAMI sempat menjadi simbol dari komitmen GM terhadap elektrifikasi. Perusahaan menginvestasikan lebih dari $800 juta untuk mengubah fasilitas tersebut dari pabrik mobil konvensional menjadi jalur perakitan EV. Produksi Zevo 600 dimulai pada akhir 2022, dan sejak itu GM menargetkan volume tahunan hingga 50.000 unit. Namun hingga kini, realisasi dari target tersebut masih jauh dari harapan, terutama karena penyesuaian strategi dari para pelanggan armada besar seperti FedEx dan Merchants Fleet, yang lebih berhati-hati dalam ekspansi kendaraan listrik mereka.
Dalam pernyataannya yang dikutip oleh The Globe and Mail, GM menyatakan bahwa “perubahan jadwal produksi adalah bagian dari manajemen permintaan dan perencanaan produksi yang fleksibel.” Namun bagi para pekerja, keputusan ini tetap menjadi pukulan berat. Serikat pekerja Unifor yang mewakili tenaga kerja di pabrik tersebut menyatakan keprihatinannya atas ketidakpastian jangka pendek dan mendesak GM untuk memberikan kejelasan dan dukungan transisi bagi para pekerja yang terdampak.
Penangguhan produksi ini juga menunjukkan tantangan lebih besar yang dihadapi oleh industri kendaraan listrik di Kanada. Meski pemerintah federal dan provinsi Ontario telah menawarkan berbagai insentif fiskal dan subsidi produksi, daya saing pabrik Kanada tetap tertekan oleh biaya energi dan logistik yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara bagian AS atau pusat produksi di Meksiko. Dalam kondisi seperti ini, pabrik CAMI menjadi titik uji nyata atas kelayakan jangka panjang produksi EV di wilayah tersebut.
Langkah GM juga mencerminkan perubahan nada dalam retorika industri secara keseluruhan. Setelah bertahun-tahun mendengungkan ambisi “semua-listrik”, banyak produsen mobil kini mengambil posisi lebih hati-hati. Ford, misalnya, baru-baru ini menunda perluasan pabrik baterai EV-nya di Michigan. Stellantis juga menyatakan akan meninjau ulang proyek-proyek EV-nya secara global. GM sendiri telah memperlambat peluncuran beberapa model EV, termasuk Cadillac Escalade IQ dan versi listrik dari Chevy Silverado.
Namun demikian, GM menyatakan komitmennya terhadap strategi jangka panjang elektrifikasi tetap utuh. Dalam laporan keuangan terakhir, perusahaan menegaskan bahwa investasi di teknologi Ultium — platform baterai dan motor listrik modular milik GM — tetap menjadi prioritas utama. GM juga tengah menjajaki kemitraan tambahan di sektor baterai solid-state dan teknologi pengisian cepat.
Meski keputusan di CAMI bersifat sementara, implikasi ekonominya dirasakan langsung oleh komunitas lokal. Kota Ingersoll, yang sangat bergantung pada pabrik ini sebagai sumber pekerjaan utama, menghadapi ketidakpastian yang nyata. Pemerintah lokal telah meminta bantuan provinsi Ontario dan pemerintah federal Kanada untuk mendukung program jaring pengaman ekonomi bagi para pekerja.
Secara lebih luas, perkembangan ini menjadi pengingat bahwa transisi menuju kendaraan listrik bukanlah lintasan mulus tanpa hambatan. Di tengah tekanan geopolitik, ketatnya rantai pasok global, fluktuasi harga energi, dan pergeseran preferensi konsumen, para produsen mobil harus mampu beradaptasi dengan cepat dan realistis. Dalam konteks ini, langkah GM di Ontario adalah strategi korektif yang mungkin akan banyak diikuti oleh perusahaan lain dalam waktu dekat.