(Business Lounge – Global News) BP, raksasa energi asal Inggris, mengumumkan bahwa mereka memperkirakan penurunan dalam produksi hulu (upstream) pada kuartal pertama tahun ini. Pernyataan tersebut muncul di tengah proses perombakan strategi yang tengah dilakukan perusahaan, seiring tekanan dari investor agar BP memperjelas arah pertumbuhan jangka panjangnya dan secara bersamaan menurunkan utang bersih. Menurut laporan internal yang disampaikan menjelang pengumuman hasil kuartalan, BP mengatakan bahwa penurunan produksi sebagian besar disebabkan oleh penghentian sementara operasi di beberapa fasilitas dan penyesuaian musiman.
Laporan dari Reuters dan Bloomberg menyebutkan bahwa BP masih fokus pada pergeseran portofolionya dari proyek energi fosil yang intensif karbon menuju proyek-proyek rendah emisi, tanpa mengorbankan aliran kas dari sektor hulu yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan. Namun, dengan adanya tekanan harga dan fluktuasi permintaan global, manajemen BP kini berhati-hati dalam mengalokasikan modal ke proyek hulu baru.
Dalam pernyataan terbarunya, BP mencatat bahwa penurunan produksi hulu terutama terjadi di wilayah-wilayah seperti Laut Utara dan beberapa aset di Timur Tengah yang sedang menjalani pemeliharaan. Meski demikian, unit gas dan energi rendah karbon BP tetap menunjukkan kinerja stabil, dan akan menjadi penopang utama dalam laporan pendapatan mendatang.
Menurut analis di Goldman Sachs, penurunan ini masih dalam rentang wajar, dan sebagian besar pasar sudah mengantisipasi dampaknya. Namun, para investor tetap waspada terhadap bagaimana BP akan menjaga keseimbangan antara membayar dividen, membiayai transisi energi, dan mengelola utang. Sejak akhir tahun lalu, BP memang berjanji untuk terus menurunkan utang bersih ke level di bawah $20 miliar, sebuah target ambisius yang hanya dapat dicapai melalui efisiensi operasi dan penjualan aset non-strategis.
Beberapa pihak menyebut langkah BP sebagai bagian dari “reset strategis”, yang dimulai sejak mundurnya Bernard Looney dari posisi CEO pada 2023 dan digantikan oleh Murray Auchincloss. Di bawah kepemimpinan baru ini, BP menyatakan akan tetap berkomitmen terhadap transformasi energi bersih, namun tidak akan meninggalkan proyek-proyek minyak dan gas yang masih menghasilkan keuntungan jangka pendek.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Auchincloss menegaskan bahwa “BP harus menjaga disiplin finansial, tetap mendukung transisi energi global, sambil tidak mengabaikan pemegang saham yang menginginkan pengembalian yang kompetitif.” Ia juga menekankan bahwa fokus BP ke depan adalah mempertahankan arus kas yang kuat dari aset minyak dan gas saat ini, sembari memperluas investasi pada proyek hidrogen, bioenergi, dan tenaga angin lepas pantai.
Bersamaan dengan proyeksi penurunan produksi hulu, BP juga menyatakan bahwa aktivitas pengilangan (refining) pada kuartal pertama sedikit menurun dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama karena kondisi pasar bahan bakar yang melemah di Eropa dan biaya pemeliharaan fasilitas yang meningkat. Sementara itu, margin pemrosesan minyak (refining margins) menunjukkan penurunan moderat akibat fluktuasi harga minyak mentah global.
Meskipun demikian, beberapa analis tetap optimistis terhadap kinerja jangka menengah BP. Morgan Stanley menyebut bahwa strategi kombinasi antara mempertahankan aset hulu berkualitas tinggi dan mengembangkan bisnis energi rendah karbon bisa menjadi “jalan tengah” yang realistis di tengah dinamika geopolitik dan tuntutan dekarbonisasi. Namun, perusahaan tetap dihadapkan pada tantangan ekspektasi pasar yang tinggi dan kebutuhan untuk menjelaskan arah transformasinya dengan lebih konkret.
BP dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal pertama pada awal Mei. Para investor dan analis akan mencermati secara detail performa operasional, arus kas bebas (free cash flow), dan perkembangan strategi jangka panjang perusahaan.