(Business Lounge – Global News) Fast Retailing, perusahaan induk dari merek fesyen global Uniqlo, menaikkan proyeksi laba tahunannya setelah mencatat pertumbuhan pendapatan dua digit di paruh pertama tahun fiskal. Kinerja kuat ini terutama didorong oleh permintaan yang terus meningkat di berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, Amerika Utara, dan kawasan Eropa, yang berhasil mengimbangi tantangan domestik dan tekanan biaya produksi global.
Dalam laporan keuangannya yang dirilis Kamis waktu Tokyo, Fast Retailing mengumumkan bahwa pendapatan untuk semester pertama naik sebesar 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laporan tersebut, yang dikutip oleh Bloomberg, menyoroti keberhasilan strategi ekspansi internasional perusahaan serta efektivitas rantai pasok yang kini semakin terintegrasi secara digital. Perusahaan kini memperkirakan laba operasi tahunan akan mencapai ¥450 miliar, naik dari estimasi sebelumnya sebesar ¥430 miliar.
Lonjakan pendapatan ini sebagian besar didorong oleh performa kuat Uniqlo di luar Jepang, yang terus menjadi tulang punggung pertumbuhan Fast Retailing. Menurut Financial Times, Uniqlo mencatat peningkatan penjualan yang signifikan di China daratan, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat, dengan pertumbuhan dua digit yang konsisten dari tahun ke tahun. Kinerja ini menjadi bukti bahwa merek Uniqlo semakin diterima secara global, berkat kombinasi desain minimalis, harga terjangkau, dan inovasi tekstil seperti teknologi Heattech dan AIRism yang tetap relevan dengan tren konsumen modern.
Sementara itu, penjualan domestik di Jepang tumbuh lebih moderat, dengan pertumbuhan hanya 3 persen, mencerminkan kondisi ekonomi dalam negeri yang stagnan serta meningkatnya persaingan dari merek-merek lokal dan internasional lainnya. Namun, Fast Retailing tetap mempertahankan profitabilitasnya di pasar Jepang dengan mengoptimalkan operasional toko dan mengurangi diskon musiman yang selama ini menekan margin. Nikkei Asia melaporkan bahwa perusahaan juga meningkatkan investasi pada sistem logistik dan digitalisasi toko sebagai bagian dari transformasi ritel berbasis data.
CEO Fast Retailing, Tadashi Yanai, dalam konferensi pers mengatakan bahwa perusahaan akan terus menempatkan pertumbuhan global sebagai prioritas utama. Ia menegaskan bahwa pasar seperti India, Vietnam, dan Meksiko memiliki potensi besar dan akan menjadi fokus ekspansi dalam dua tahun ke depan. “Kami ingin menjadi perusahaan garmen nomor satu di dunia, bukan hanya dalam ukuran, tetapi juga dalam kontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan,” ujarnya sebagaimana dikutip oleh Reuters.
Strategi diversifikasi regional Fast Retailing dianggap oleh para analis sebagai salah satu kekuatan terbesarnya di tengah ketidakpastian global. Dalam sebuah analisis oleh The Wall Street Journal, disebutkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menyeimbangkan pertumbuhan antara pasar maju dan berkembang memungkinkan mereka untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu wilayah. Hal ini terbukti saat ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi menghantam pasar China, namun permintaan di Asia Tenggara dan Amerika justru mengalami akselerasi.
Selain pertumbuhan pendapatan, Fast Retailing juga berhasil menjaga margin laba yang sehat. Menurut laporan keuangannya, laba operasi untuk periode enam bulan pertama naik 17 persen, mencapai ¥257 miliar. Peningkatan ini mencerminkan efisiensi dalam rantai pasokan dan kontrol biaya produksi yang ketat. CNBC mencatat bahwa strategi produksi dekat dengan pasar konsumsi, seperti memindahkan sebagian besar pabrik dari China ke Vietnam dan Bangladesh, telah membantu perusahaan menghindari gangguan rantai pasok yang selama ini membayangi industri fesyen global.
Perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari penguatan yen Jepang terhadap beberapa mata uang utama, yang menurunkan biaya bahan baku dan logistik. Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa ke depan, tekanan inflasi dan ketidakpastian geopolitik bisa kembali membebani profitabilitas. Meski demikian, investor tampak optimistis. Saham Fast Retailing melonjak lebih dari 5 persen di bursa Tokyo setelah laporan keuangan diumumkan, mencerminkan keyakinan pasar terhadap prospek jangka menengah perusahaan.
Fast Retailing juga terus memperkuat posisi Uniqlo sebagai merek global yang berorientasi keberlanjutan. Perusahaan memperluas inisiatif daur ulang, mengurangi penggunaan plastik, dan berinvestasi pada bahan-bahan ramah lingkungan. Dalam pernyataannya kepada The Guardian, perusahaan menyebut bahwa hingga tahun 2030, seluruh lini produksi Uniqlo ditargetkan menggunakan energi terbarukan dan mendaur ulang setidaknya 50 persen bahan tekstilnya.
Keberhasilan paruh pertama ini tidak hanya menjadi bukti dari kekuatan fundamental Fast Retailing, tetapi juga mencerminkan keberhasilan transformasi bisnis ritel yang berani dan terstruktur. Di saat banyak peritel global bergulat dengan krisis biaya hidup dan perubahan pola belanja konsumen, Uniqlo justru memperlihatkan kemampuan adaptasi yang cepat dan visi strategis jangka panjang. Dengan peta ekspansi yang luas dan strategi digitalisasi yang kuat, Fast Retailing tampaknya siap menghadapi tantangan sisa tahun fiskal dengan optimisme.