Para Maskapai Mulai Bersaing Membawa Fast Food ke Langit, Bagaimana Maskapai di Indonesia?

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Persaingan di industri penerbangan tidak hanya soal harga tiket atau kenyamanan kabin—sekarang, maskapai berlomba-lomba untuk menghadirkan pengalaman kuliner terbaik di udara. Delta, American, dan beberapa maskapai lainnya kini bersaing ketat untuk membawa makanan cepat saji ke dalam pesawat. Namun, mewujudkan menu fast food yang tetap lezat dan berkualitas di ketinggian bukanlah tantangan yang mudah.

Burger dan Kentang Goreng: Ikon Fast Food yang Sulit Ditaklukkan di Udara

Delta menjadi salah satu pelopor dalam tren ini dengan menghadirkan burger Shake Shack bagi penumpang kelas satu, sebuah gebrakan yang menetapkan standar baru dalam pengalaman makan di pesawat. Tidak mau ketinggalan, American Airlines meluncurkan program uji coba awal tahun ini dengan menyajikan mini burger dan kentang goreng sebagai bagian dari menu mereka.

Namun, meskipun burger relatif lebih mudah diadaptasi ke dalam penerbangan, kentang goreng menjadi tantangan besar bagi maskapai. Menjaga kerenyahan kentang goreng dalam penerbangan adalah tugas yang sulit, karena makanan ini tidak bisa digoreng segar di udara dan cenderung kehilangan teksturnya saat dipanaskan ulang. Meskipun beberapa maskapai seperti Alaska Airlines dan United Airlines telah mencoba menyajikan kentang goreng, belum ada yang berhasil menyajikannya secara konsisten dalam menu penerbangan reguler mereka.

American Airlines, bagaimanapun, berambisi untuk menjadi maskapai pertama yang menaklukkan tantangan ini. Mereka kini tengah bereksperimen dengan wadah khusus yang dirancang untuk menjaga kerenyahan kentang goreng lebih lama, bahkan setelah proses pemanasan ulang.

Teknologi Baru untuk Menjaga Kerenyahan Kentang Goreng di Udara

Sheri Whiteley, Manajer Senior Pengembangan dan Layanan Makanan di American Airlines, mengungkapkan kepada Bloomberg bahwa maskapai ini telah mengembangkan wadah kardus inovatif yang dilapisi lilin di bagian dalam dan memiliki ventilasi udara. Desain ini memungkinkan kentang goreng mempertahankan teksturnya meskipun mengalami proses pemanasan ulang sebelum disajikan kepada penumpang.

Selain teknologi wadah, pemilihan bahan baku juga memainkan peran penting. American Airlines memilih jenis kentang dengan kadar pati lebih tinggi, yang dapat membantu menjaga kerenyahan lebih lama. Selain itu, mereka menggunakan potongan crinkle-cut, yang menurut penelitian mereka lebih tahan terhadap kelembapan dibandingkan potongan lurus biasa.

Meskipun strategi ini masih dalam tahap uji coba, jika berhasil, American Airlines bisa menjadi maskapai pertama yang secara konsisten menyajikan kentang goreng renyah dalam penerbangan mereka—sebuah pencapaian besar dalam industri makanan penerbangan.

Delta dan Ambisinya dengan Avocado Toast

Sementara American Airlines sibuk dengan inovasi kentang goreng, Delta memiliki ambisi kuliner yang berbeda. Maskapai ini tengah berupaya menghadirkan avocado toast sebagai bagian dari menu mereka.

Menurut Ash Dhokte, Wakil Presiden Layanan Onboard Delta, hidangan ini menjadi target berikutnya dalam upaya mereka menghadirkan pengalaman bersantap yang lebih berkelas di udara. Avocado toast mungkin terdengar sederhana, tetapi menyajikannya di dalam pesawat bukanlah hal yang mudah. Tantangan utama adalah menjaga kesegaran alpukat dan memastikan tekstur rotinya tetap renyah, sesuatu yang sulit dicapai dalam lingkungan kabin bertekanan tinggi dengan tingkat kelembapan rendah.

Belum banyak informasi mengenai bagaimana Delta akan mengatasi tantangan ini, tetapi jika berhasil, maskapai ini akan menjadi yang pertama menyajikan hidangan brunch populer ini di udara.

Persaingan Fast Food di Langit Kian Ketat

Makanan cepat saji dalam penerbangan sebenarnya bukan hal baru. Beberapa maskapai telah bereksperimen dengan berbagai menu dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tren ini kini semakin kompetitif, dengan maskapai berlomba-lomba untuk menghadirkan pengalaman bersantap yang lebih premium, praktis, dan tentunya lezat.

United Airlines dan Alaska Airlines pun tidak ingin tertinggal dalam perlombaan ini. Mereka telah memperkenalkan berbagai menu pencuci mulut, seperti banana pudding dan es krim, sebagai upaya mereka dalam menghadirkan pengalaman kuliner yang lebih menarik bagi para penumpang.

Bagi maskapai, tantangan utama dalam menyajikan makanan cepat saji di pesawat bukan hanya soal rasa, tetapi juga logistik, keamanan pangan, dan efisiensi. Mereka harus memastikan makanan tetap berkualitas meskipun disiapkan jauh sebelum penerbangan, disimpan dalam kondisi khusus, dan dipanaskan ulang sebelum disajikan.

Dengan semakin banyak maskapai yang ikut dalam persaingan ini, masa depan industri penerbangan mungkin tidak hanya ditentukan oleh kecepatan dan kenyamanan, tetapi juga oleh inovasi kuliner di udara. Dan dalam perlombaan ini, kentang goreng yang renyah mungkin menjadi faktor penentu maskapai mana yang akan memenangkan hati para penumpang.

Maskapai penerbangan Indonesia juga mulai meningkatkan pengalaman kuliner bagi penumpangnya, meskipun tren fast food di udara seperti yang terjadi di AS belum sepenuhnya diadopsi.

Tren Makanan di Maskapai Indonesia

Maskapai nasional seperti Garuda Indonesia, Lion Air, dan Batik Air lebih berfokus pada menu khas Nusantara dan hidangan yang lebih sesuai dengan selera lokal. Beberapa hal yang menjadi ciri khas layanan makanan di maskapai Indonesia meliputi:

  1. Menu Bernuansa Lokal
  • Garuda Indonesia terkenal dengan menu khas Indonesia seperti nasi goreng, sate ayam, rendang, dan gudeg yang disajikan di kelas bisnis dan ekonomi dalam penerbangan jarak jauh.
  • Batik Air dan Lion Air juga menawarkan makanan ringan khas Indonesia seperti lemper, roti, dan nasi kotak dalam penerbangan tertentu.
  • Citilink sempat bekerja sama dengan restoran lokal untuk menghadirkan makanan khas seperti ayam geprek.2. Kualitas & Penyajian
  • Garuda Indonesia sebagai maskapai full-service berusaha menjaga kualitas makanan dengan standar yang lebih tinggi dibandingkan maskapai berbiaya rendah (LCC) seperti Lion Air dan Citilink, yang sering kali menjual makanan secara terpisah.
  • Makanan biasanya disiapkan oleh Aerofood ACS, anak perusahaan Garuda yang menangani katering penerbangan.

3. Belum Ada Fast Food di Udara

  • Tidak seperti Delta dan American Airlines yang mulai bereksperimen dengan burger dan kentang goreng, maskapai Indonesia belum banyak bereksperimen dengan fast food di pesawat.
  • Tantangan seperti menjaga kerenyahan makanan yang digoreng dan memastikan kualitas rasa dalam penerbangan mungkin menjadi alasan belum banyaknya maskapai yang mengadopsi konsep ini.

4. Upaya Inovasi Menu

  • Garuda Indonesia pernah bekerja sama dengan restoran ternama untuk menghadirkan pengalaman makan di udara yang lebih premium.
  • Beberapa maskapai LCC seperti AirAsia juga pernah menghadirkan menu inovatif dengan hidangan khas Asia Tenggara, seperti nasi lemak dan ayam teriyaki.

Mungkinkah Fast Food Masuk ke Maskapai Indonesia?

Jika tren fast food di pesawat semakin populer secara global, bukan tidak mungkin maskapai Indonesia mulai mengadopsinya. Tantangan utama adalah bagaimana memastikan makanan cepat saji tetap enak, terutama yang berbasis gorengan seperti kentang goreng dan ayam goreng.

Potensi Fast Food di Penerbangan Indonesia:
✔ Bekerja sama dengan merek fast food lokal seperti KFC atau McDonald’s untuk menyajikan menu tertentu.
✔ Menawarkan burger atau makanan cepat saji yang lebih mudah dipertahankan kualitasnya, seperti sandwich atau wrap.
✔ Eksperimen dengan teknologi kemasan khusus untuk menjaga kerenyahan makanan.

Jika ada maskapai di Indonesia yang berani bereksperimen dengan fast food, Garuda Indonesia dan Citilink mungkin yang paling berpeluang, mengingat layanan premium Garuda dan inovasi Citilink dalam menawarkan berbagai pilihan makanan.

Bagaimana menurut Anda, apakah fast food di maskapai Indonesia akan jadi tren di masa depan?