(Business Lounge – Global News) Ben Cohen, salah satu pendiri Ben & Jerry’s, telah meluncurkan upaya untuk membeli kembali merek es krim yang ia dirikan bersama Jerry Greenfield pada tahun 1978. Langkah ini dipandang sebagai upaya jangka panjang yang penuh tantangan, mengingat merek tersebut saat ini dimiliki oleh konglomerat raksasa Unilever. Meski begitu, Cohen tetap optimis bahwa kepemilikan independen akan membawa Ben & Jerry’s kembali ke akarnya sebagai perusahaan yang mengutamakan nilai sosial.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Cohen menyatakan bahwa di bawah kepemilikan Unilever, Ben & Jerry’s telah kehilangan sebagian dari nilai-nilai yang awalnya menjadi inti dari perusahaan tersebut. Dia percaya bahwa merek ini harus kembali ke tangan pendirinya agar dapat beroperasi dengan lebih mandiri dan tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip sosial yang menjadi ciri khasnya. Cohen menegaskan bahwa pendekatan bisnis yang didasarkan pada keadilan sosial, lingkungan, dan komunitas lebih penting daripada sekadar mengejar keuntungan.
Sejak diakuisisi oleh Unilever pada tahun 2000, Ben & Jerry’s memang tetap mempertahankan identitasnya sebagai merek yang vokal dalam berbagai isu sosial, mulai dari perubahan iklim hingga keadilan sosial. Namun, beberapa perbedaan pendapat antara manajemen Ben & Jerry’s dan Unilever telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait kebijakan bisnis dan keputusan ekspansi ke pasar tertentu. Para analis mencatat bahwa perbedaan ini semakin mencolok ketika Unilever lebih berfokus pada strategi komersial, sementara Ben & Jerry’s ingin tetap mempertahankan pendekatan aktivisnya.
Seperti dilaporkan oleh Bloomberg, salah satu contoh utama dari ketegangan ini terjadi pada tahun 2021 ketika Ben & Jerry’s memutuskan untuk menghentikan penjualan produknya di wilayah pendudukan Palestina, sebuah langkah yang memicu reaksi keras dan bahkan gugatan hukum dari Unilever. Keputusan tersebut memperlihatkan bagaimana nilai-nilai yang dianut oleh pendiri Ben & Jerry’s terkadang berbenturan dengan strategi bisnis induk perusahaannya. Insiden ini menunjukkan bagaimana merek yang memiliki orientasi sosial kuat dapat mengalami gesekan dengan pemiliknya yang lebih mengutamakan pertimbangan bisnis global.
Cohen dan Greenfield, meskipun tidak lagi terlibat dalam operasional harian perusahaan, masih memiliki suara dalam arah kebijakan melalui dewan independen yang dibentuk sebagai bagian dari kesepakatan akuisisi dengan Unilever. Namun, Cohen kini ingin mengambil langkah lebih jauh dengan mencoba membeli kembali merek yang telah berkembang menjadi salah satu nama terbesar di industri es krim global ini. Bagi Cohen, mengendalikan merek ini secara langsung akan memungkinkan Ben & Jerry’s untuk lebih bebas dalam menentukan kebijakan sosial dan bisnisnya.
Menurut The Guardian, Unilever belum memberikan tanggapan resmi terhadap upaya Cohen. Namun, para analis memperkirakan bahwa kemungkinan perusahaan bersedia menjual Ben & Jerry’s sangat kecil, mengingat merek ini tetap menjadi salah satu aset paling berharga dalam portofolio Unilever. Terlebih lagi, Unilever telah berupaya mengoptimalkan operasional merek tersebut agar tetap relevan dalam persaingan industri makanan global yang semakin ketat.
Upaya Cohen ini juga menghadapi tantangan finansial yang signifikan. Unilever membeli Ben & Jerry’s lebih dari dua dekade lalu dalam kesepakatan bernilai $326 juta, dan saat ini nilai merek tersebut diperkirakan jauh lebih tinggi. Meskipun Cohen memiliki semangat untuk merebut kembali kendali atas perusahaan yang ia bangun, tantangan logistik dan ekonomi membuat inisiatif ini tampak sebagai perjuangan yang sulit. Para analis memperkirakan bahwa harga yang harus dibayar untuk mengambil alih Ben & Jerry’s bisa mencapai miliaran dolar, mengingat pertumbuhan merek ini sejak akuisisi oleh Unilever.
Seperti dikutip oleh Financial Times, beberapa pakar industri melihat langkah ini sebagai pernyataan simbolis daripada rencana bisnis yang realistis. Namun, bagi Cohen dan para pendukungnya, inisiatif ini adalah bagian dari upaya untuk memastikan bahwa Ben & Jerry’s tetap menjadi merek yang berorientasi pada nilai-nilai sosial dan bukan hanya pada profit semata. Mereka percaya bahwa dengan struktur kepemilikan yang lebih independen, Ben & Jerry’s dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih selaras dengan visi sosialnya tanpa tekanan dari pemegang saham besar.
Para pengamat industri juga menyoroti bahwa langkah Cohen ini dapat memberikan dampak lebih luas terhadap industri makanan dan minuman global. Jika upayanya berhasil, hal ini bisa menjadi contoh bagi merek lain yang ingin menjaga integritas nilai-nilai sosial mereka meskipun di tengah tekanan pasar. Selain itu, keberhasilan Cohen juga dapat menginspirasi gerakan serupa di sektor lain, di mana pendiri bisnis ingin merebut kembali kendali atas perusahaan mereka demi mempertahankan visi awalnya.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, masih belum jelas bagaimana upaya ini akan berkembang ke depannya. Namun, langkah Cohen ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk mempertahankan identitas merek dalam dunia bisnis modern tetap menjadi isu yang relevan, terutama bagi perusahaan yang dibangun di atas prinsip-prinsip yang kuat. Apa pun hasil akhirnya, upaya Cohen ini telah membuka diskusi tentang bagaimana merek-merek dengan komitmen sosial kuat dapat bertahan dalam struktur bisnis yang lebih besar dan sering kali berorientasi pada keuntungan semata.