Melancong ke Jepang? Tidak Lagi Perlu Tes Covid-19

(Business Lounge Journal – News)

Selama ini Jepang dikenal sebagai negara yang telah mempertahankan beberapa tindakan perbatasan pandemi yang paling ketat di antara negara-negara lainnya ekonomi maju lainnya, yaitu negara-negara G-7: Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

Sebenarnya aturan dari pemerintah Jepang mengharuskan para turis asing untuk menunjukkan tes COVID-19 negatif yang diambil dalam waktu 72 jam (3 hari) dari keberangkatan (pra-keberangkatan). Namun kini Jepang mengubah kebijakan dengan tujuan mempermudah dan meningkatkan minat para turis asing berkunjung ke Jepang. Pariwisata selama ini adalah salah satu penguat ekonomi Jepang dan menurun drastis pada tahun 2020 hingga kini karena pandemi.

Diumumkan pemerintah Jepang bahwa per 7 September Jepang akan mengesampingkan tes COVID-19 pra-keberangkatan untuk turis asing, dengan catatan para turis sudah divaksinasi tiga kali sebelum memasuki negara itu. Namun, batasan harian pada pendatang akan tetap berlaku, demikian Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pada hari Rabu, 23 Agustus 2022. “Mulai 7 September, kami tidak akan lagi meminta orang yang telah divaksinasi tiga kali untuk menunjukkan bukti bahwa mereka tidak terinfeksi,”. Kishida berbicara kepada para wartawan di kediaman resminya secara online. Kishida sendiri pada saat memberikan pengumuman itu sedang dalam proses pemulihan dari COVID-19.

Sebenarnya Jepang pada bulan Juni 2022 kemarin telah membuka diri untuk turis asing untuk pertama kalinya selama dua tahun pandemi sejak 2020. Tetapi persyaratan yang mereka ajukan untuk visa, tetap berpegang pada panduan, paket wisata yang ketat terhadap COVID-19. Hal ini telah membuat jumlah pengunjung yg masuk ke Jepang tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Kelompok bisnis domestik dan asing telah mendesak dilakukan relaksasi yang lebih besar dari kontrol perbatasan Jepang, dengan mengatakan tindakan tersebut berisiko menimbulkan penderitaan ekonomi lebih lanjut.

Kishida juga telah mengatakan pada bulan Mei bahwa dia ingin membawa langkah-langkah baru di perbatasan Jepang yang lebih sejalan dengan negara-negara G-7 lainnya.

Ketika pada bulan Juni, Jepang membuka diri untuk turis untuk pertama kalinya dalam dua tahun, tetapi persyaratan yang mereka ajukan untuk visa dan protokol kesehatan yang tetap berpegang pada panduan, paket wisata telah membuat jumlah pengunjung masuk yang sebenarnya tetap kecil.

Menaikkan batas Harian Turis Asing

Media lokal melaporkan bahwa pada Selasa, 22 Agustus 2022 Jepang dapat menaikkan batas harian pada turis asing yang datang dari 20.000 menjadi 50.000. Walaupun demikian, tidak ada keputusan yang dibuat, demikian tutur Kishida.

“Kami akan terus melonggarkan langkah-langkah ini secara bertahap,” katanya. “Kami berharap untuk segera mengumumkan sesuatu berdasarkan pengaturan karantina dan situasi dengan infeksi.”

Pelonggaran perbatasan terjadi ketika Jepang menangani gelombang infeksi ketujuh, didorong oleh varian BA.4 dan BA.5 yang menular, yang telah memaksa perusahaan untuk menghentikan jalur produksi dan mendorong kematian akibat COVID-19 ke rekor tertinggi yaitu sebanyak 343 orang pada hari Selasa lalu.

Bagaimanapun, Perdana Menteri Fumio Kishida mendorong strategi hidup di tengah pandemi COVID-19 untuk mengatasi lonjakan kasus positif tanpa memaksakan pembatasan pada bisnis atau mobilitas, namun tetap memfokuskan sumber daya medis pada pasien lanjut usia dan berisiko tinggi.