(Business Lounge Journal – News and Insight)
Biasanya ketika kita mau mencari informasi mengenai sesuatu hal di dunia maya, maka segera kita akan tanya ‘Mbah Google’, alias kita akan mencari melalui Google. Segera kita akan mengetikkan kata kunci untuk memperoleh informasi yang kita inginkan. Google memang sudah dikenal lama sebagai mesin pencari atau search engine terbesar di dunia. Namun, ternyata hal ini berbeda dengan generasi Z. Kelompok usia muda ini ternyata lebih memilih Tiktok dan Instagram sebagai sumber informasi mereka dibandingkan dengan mencarinya melalui Google.
Adapun Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai tahun 2012, artinya saat ini usia mereka ada dikisaran usia 10 sampai 25 tahun. Mereka lahir di tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat, ketika internet sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari pada sebagian besar penduduk bumi ini. Mereka tidak pernah hidup tanpa internet dan smartphone. Karenanya cara berpikir, cara mereka berkomunikasi, dan juga cara mereka menggunakan internet juga pastinya sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, termasuk dengan generasi milenial.
Memang perkembangan Tiktok sebagai aplikasi video beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan, hingga bisa menjadi ancaman bagi Youtube, patform video buatan Google. Namun ternyata bukan hanya mengancam Youtube sebagai media sosial, ternyata Tiktok juga diandalkan para generasi muda zaman sekarang dalam mencari informasi tentang sesuatu hal. Dengan demikian Tiktok juga menjadi ancaman bagi sistem pencarian dan navigasi Google Search dan juga Google Maps.
Hal ini sampaikan oleh Prabhakar Raghavan selaku Senior Vice Presiden Google dalam sebuah diskusi Fortune’s Brainstorm Tech di Aspen, Colorado, Amerika Serikat. Raghavan adalah Wakil Senior Presiden Google yang menjalankan Knowledge dan Information organization. Raghavan mengatakan dari penelitian yang Google lakukan, sebesar 40% anak muda ketika mereka mencari tempat untuk makan siang atau membeli produk akan membuka TikTok atau Instagram, bukan membuka Google Maps atau Google Search. Adapun penelitian ini adalah melalui metode survei di pengguna Amerika Serikat, yang berusia 18-24 tahun, yang masuk ke usia generasi Z.
Raghavan juga mengatakan bahwa queri atau pertanyaan yang dimasukkan pengguna muda sangat berbeda dibandingkan yang biasa didapatkan Google. Hal ini menunjukkan bahwa para pengguna muda ini memiliki pola pikir dan harapan yang berbeda dibandingkan dengan para pengguna biasa yang ditemukan Google.
Karena itu Raghavan juga menyampaikan bahwa Google pada saat ini akan terus berusaha untuk mempelajari kebiasaan pengguna baru internet. Para generasi muda ini mempunyai rasa ingin tahu yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Pengguna baru ini tidak lagi mencari sesuatu dengan menggunakan kata-kata kunci (keyword), tetapi mereka mencari temuan-temuan baru melalui konten yang mereka terima. Mereka lebih senang melihat informasi melalui suara dan visual dan memasukkan keywords berupa suara, dibandingkan dengan mengetikkan kata kunci dan mendapatkan link. Para pengguna muda ini juga mempunyai kecenderungan melakukan pencarian berdasarkan tren yang sedang terjadi. Dalam hal ini, media sosial menjadi referensi karena sering menyajikan informasi yang paling cepat, karena langsung di-upload oleh para penggunanya secara real time.
Nah, nampaknya temuan berharga ini membuat Google mau tidak mau harus putar otak untuk menyesuaikan diri dengan para pengguna muda. Google diketahui sedang bernegosaisasi dengan ByteDance dan Meta untuk mengindeks video TikTok dan Reel Instagram dalam pencarian.