Varian Delta COVID-19 Cepat Menyebar?

(Business Lounge Journal – News)

Berita akhir-akhir ini di seluruh dunia menyatakan bahwa varian Delta COVID-19 telah terdeteksi di 74 negara. Varian Delta ini pertama kali diidentifikasi di India dan memang sejak pertama kali diidentifikasi ada kekuatiran dapat terjadi penyebaran yang cepat, khususnya pada negara-negara miskin yang banyak mengabaikan protokol kesehatan. Para ilmuwan mengkuatirkan bahwa virus itu akan menjadi jenis yang dominan di seluruh dunia dan menyebabkan gejala yang lebih serius. Lapisan protein pada bagian luar virus SARS-COV2 ini membuatnya lebih mudah menular karena lebih kuat menempel pada bagian tubuh manusia. Prof. Nidom dari PNF (Professor Nidom Foundation) juga mengatakan sekarang virus-virus itu sudah canggih, sudah “PhD” semua (sudah pintar semua). COVID-19 ini adalah virus yang pintar, cerdik karena ada suatu bagian dari struktur protein di tubuh virus yang bisa menolak. Misal Redemsivir yang fungsinya untuk mengganti nukleotida virus untuk mengkamuflase agar virus tidak melakukan replikasi. Di dalam tubuh virus COVID-19, ada yang namanya NSP 13 yang bisa melakukan penghilangan apa yang menurut virus bukan bagiannya.

Saat ini varian Delta telah dikonfirmasi ditemukan di Cina, Amerika Serikat, Inggris, Afrika, Skandinavia, dan negara-negara lingkar Pasifik, bahkan juga ada di Indonesia. Sementara otoritas kesehatan di seluruh dunia mengumpulkan dan berbagi data tentang penyebaran varian baru serta menduga bahwa penyebarannya lebih luas daripada data yang berhasil dikumpulkan.

Ilmuwan menyatakan bahwa varian Delta terbukti merusak dan mampu menghindari kontrol perbatasan yang ketat dan tindakan karantina. Di Guangzhou-Cina, dilaporkan oleh pejabat kesehatan setempat bahwa 12% pasien menjadi sakit parah atau kritis dalam tiga hingga empat hari sejak timbulnya gejala – hingga empat kali lebih tinggi daripada wabah sebelumnya – dan individu yang sakit menginfeksi lebih banyak orang. Ilmuwan India memberikan informasi bahwa gejala yang timbul antara lain adalah sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran dan nyeri sendi.

Di Inggris di mana varian Delta telah menjadi dominan, juga menemukan bahwa strain tersebut lebih resisten terhadap vaksin, khususnya vaksin dosis tunggal. Varian Delta menyumbangkan 90% dari total kasus baru yang terjadi Inggris padahal 43% penduduk Inggris sudah divaksin.

Di tengah kesulitan dalam mencegah penyebaran varian secara global, berbagai negara mencoba pendekatan yang berbeda untuk mencoba mengendalikan penyebarannya. Prof Nidom juga mengatakan bahwa tidak perlu kuatir karena dengan cara sederhana sebenarnya bisa terhindar dari COVID-19, yaitu pakai masker yang ketat dan disiplin tinggi agar melindungi agar virus tidak masuk dalam hidung dan mulut. Virus mati di udara. Jadi filosofi sederhananya adalah tutup semua pintu masuk ke dalam tubuh kita supaya dia tidak melakukan replikasi.

Mari gencarkan lagi melakukan 5 M dan hindari untuk sementara waktu ini makan bersama dengan orang yang tidak serumah dengan kita.

 

2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x