(Business Lounge Journal – General Management)
Salah satu yang ditekankan oleh Presiden RI terpilih Joko Widodo pada pidato visinya pada Minggu, 14 Juli 2019 lalu adalah bagaimana saat ini kita hidup dalam lingkungan global yang sangat penuh perubahan, penuh kecepatan sehingga pola pikir pun harus diubah dan berani meninggalkan cara-cara yang lama, pola pikir yang tidak lagi efektif dan tidak efisien. Begitu juga dengan reformasi birokrasi yang akan dilakukan sehingga dipastikan pelayanan pun akan semakin cepat. Joko Widodo memastikan tidak ada lagi pola kerja yang linear, kerja rutinitas, kerja monoton, dan tidak ada lagi kerja di zona yang nyaman. Sebaliknya haruslah dibangun nilai kerja cepat beradaptasi yang akan membangun Indonesia yang adaptif, produktif, kompetitif, dan inovatif. Ada sebuah budaya yang sedang dibangun, yaitu sebuah kecepatan untuk beradaptasi.
Sebenarnya apa yang dikatakan Presiden terpilih Jokowi ini adalah sebuah realita yang tidak perlu diperdebatkan lagi kenyataannya. Ada banyak contoh nama yang menjadi usang oleh karena tidak mau berubah. Katakan saja Kodak, Nokia, dan Blackberry. Ini adalah sebagian contoh kecil. Menolak untuk berubah berarti memilih untuk tidak bergerak maju, maka mau tidak mau akan dipaksa untuk keluar dari pasar atau bahkan mungkin terhapus oleh organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan yang terus melakukan inovasi untuk bergerak maju kedepan.
Di saat teknologi berkembang dengan pesat dan tidak dapat dielakkan, perubahan pun akan terjadi dengan begitu cepat. Belum lagi bicara tentang penggunaan internet, media sosial dan teknologi seluler yang akhir-akhir ini benar-benar kita rasakan dampaknya. Mereka yang mau berubah akan dengan mudah beradaptasi, dan mereka yang dapat beradaptasi adalah mereka yang akan bertahan.
Lebih Dalam dengan Change Management
Coba kita mendalami change management yang banyak ditawarkan untuk sebuah lembaga dapat beradaptasi. Melihat pengertian change management secara sederhana seperti yang dikatakan John P Kotter, yaitu sebuah pendekatan untuk mengubah individu, tim, dan organisasi kepada kondisi masa depan yang diinginkan. Begitu juga dengan Karen Coffman dan Katie Lutes (2007) yang juga mengatakan bahwa change management merupakan sebuah pendekatan terstruktur untuk membantu organisasi dan orang-orang untuk transisi secara perlahan tapi pasti dari keadaan sekarang menuju ke keadaan yang diinginkan.
Pada intinya ada sebuah proses yang sistematis untuk melakukan hal-hal yang berbeda untuk menuju arah yang lebih baik. Tepat seperti yang Jokowi katakan, tidak ada lagi pola kerja yang linear, kerja rutinitas, kerja monoton, dan tidak ada lagi kerja di zona yang nyaman.
Semua perubahan yang terjadi haruslah dapat diantisipasi.
Kotter: Delapan Langkah Model Perubahan
John P Kotter adalah seorang peneliti dan pengajar Amerika yang telah membuat sebuah riset untuk membuktikan bahwa upaya besar untuk melakukan perubahan sayangnya tidak selalu memiliki hasil yang diinginkan. Dia menemukan bahwa hanya ada 30% peluang keberhasilan dalam perubahan organisasi. Itulah sebabnya ia memperkenalkan “Kotter’s 8 Step Change Model” untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk berubah dan meningkatkan peluang keberhasilannya. Dengan mengikuti langkah ini, diharapkan organisasi dapat menghindari kegagalan dan menjadi mahir dalam menerapkan perubahan. Akibatnya, organisasi tidak lagi perlu menyesuaikan perubahan dan mereka akan meningkatkan peluang keberhasilan mereka.
- Create a sense of urgency – menciptakan sebuah atmosir pentingnya sebuah perubahan. Berbagai cara dilakukan dengan membangun sebuah bentuk komunikasi yang berani sehingga setiap orang merasa penting untuk bertindak dengan segera kepada sebuah perubahan.
- Build a guiding coalition – membangun sebuah tim yang memberikan panduan. Sudah tentu dibutukan mereka yang secara sukarela dan memiliki visi yang sama yang mau bersusah payah untuk memberikan bimbingan, berkordinasi, dan terlibat aktif dalam membangun komunikasi.
- Form a strategic vision and initiatives – membentuk visi dan inisiatif yang strategis. Berikan penjelasan bagaimana masa depan akan menjadi berbeda dari masa lalu dan bagaimana Anda dapat membuat masa depan itu menjadi kenyataan melalui inisiatif yang sesuai dengan visi.
- Enlist a volunteer army – mintalah kesediaan para sukarelawan. Perubahan skala besar hanya dapat terjadi ketika sejumlah besar orang berkumpul untuk menjalankan peluang bersama. Mereka harus terlibat dan mendesak untuk mendorong terjadinya perubahan dan bergerak ke arah yang sama.
- Enable action by removing barriers – bertindak dengan meniadakan hambatan. Menghapus hambatan seperti proses dan hierarki yang tidak efisien akan memberikan kebebasan yang diperlukan untuk bekerja lintas bidang dan menghasilkan dampak nyata.
- Generate Short-term wins – menghasilkan keberhasilan jangka pendek. Identifikasi apa yang menjadi keberhasilan dan komunikasikan itu sesering mungkin. Hal ini akan membangkirkan sebuah semangat untuk terus berubah.
- Sustain acceleration – mempertahankan akselerasi. Tingkatkan upaya lebih keras setelah keberhasilan yang pertama. Kredibilitas Anda akan meningkatkan sistem, struktur, dan kebijakan memulai perubahan demi perubahan sampai visi menjadi kenyataan.
- Institute change – perubahan institusi. Artikulasikan hubungan antara perilaku yang baru dan kesuksesan organisasi. Pastikan hal itu terus berlanjut sampai cukup kuat untuk menggantikan kebiasaan yang lama.
Demikian delapan langkat yang dapat kita pelajari dalam sebuah perubahan yang akan kita capai.
Ruth Berliana/VMN/BL/Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group