(Business Lounge Journal – Global News) Pada bulan Januari 2015, pendiri Xiaomi Corp Lei Juni mengumumkan kepada stafnya dalam sebuah surat terbuka bahwa pembuat smartphone Tiongkok ini adalah startup teknologi paling berharga di dunia saat ini.
“Kami akan ada dalam perjalanan ke gugusan bintang, ke tempat-tempat di mana orang lain tidak bermimpi,” demikian dituliskan seperti dilansir oleh WSJ.
Xiaomi telah menjadikan target yang cukup tinggi dan bagi perusahaan itu, ini sangat menantang. Pada tahun lalu, Xiaomi tidak berhasil mencapai target penjualannya yang mencapai 80 juta penjualan smartphone, demikian seperti dilansir oleh WSJ. Hal ini menjadi salah satu pertanyaan bagi para investor. Xiaomi memang sedang mengalami tantangan yang sebelumnya telah dirasakan oleh banyak startups lainnya. Itulah sebabnya diperlukan kehati-hatian oleh para startup bilamana akan melakukan ekspansi, demikian dituliskan WSJ.
Tahun 2014 adalah tahun kegemilangan bagi Xiaomi yang telah menembak ke puncak pasar smartphone Tiongkok dan mendulang tiga kali lipat penjualan hingga mencapai 61 juta smartphone, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh strategi Lei yang membuat kelompok fans Xiaomi dan melakukan penjualan langsung ke kelompok-kelompok tersebut. Dengan mencoba meniru hardware iPhone namun dengan harga yang minim, Xiaomi melempar produknya. Dengan margin tipis, Xiaomi menjual layanan kepada penggunanya. Xiaomi berhasil. Pernah dalam hitungan menit, Xiaomi menjual habis smartphone-nya dalam batch yang terbatas melalui penjualan online.
Tetapi Xiaomi harus menerima keadaan yang ada pada tahun 2015 dan kelihatannya harus memiliki strategi yang berbeda. Perlambatan pasar smartphone Tiongkok telah meletakkan melemahkan Xiaomi. Apalagi ketika salah satu rivalnya seperti Huawei Technologies Co yang memiliki keuangan dan teknologi yang lebih, meluncurkan smartphone high-end dan mendahului Xiaomi yang berada di puncak sebagai pembuat handset Tiongkok pada kuartal ketiga 2015.
Pada tahun lalu, Huawei berhasil menjual lebih dari 100 juta perangkat mobile tahun lalu. Ini telah menjadi sebuah tantangan pemasaran di luar Tiongkok bagi Apple Inc dan Samsung Electronics Co, dua pembuat smartphone terbesar dunia. Huawei telah mengembangkan teknologi dan membangun citranya selama puluhan tahun, hal ini membuat Xiaomi mengalami kesulitan untuk menyainginya di Tiongkok. Apalagi teknologi chip Xiaomi dianggap masih kurang high-end.
“Persaingan di pasar smartphone Tiongkok telah menjadi sangat intensif sangat tahun ini,” ujar juru bicara Xiaomi seperti dilansir oleh WSJ. Namun Xiaomi masih terus bersikap optimis.
Melambatnya pertumbuhan penjualan Xiaomi di Tiongkok juga diikuti melambatnya penjualan di luar Tiongkok dengan persentase smartphone dijual di luar Tiongkok dalam sembilan bulan pertama 2015 naik menjadi 8%, dibandingkan dengan 7% pada tahun kalender 2014 atau hanya meningkat 1%, demikian dilansir WSJ.
Xiaomi juga berupaya memperluasnya jangkauanya ke India namun hal ini menjadikan sebuah rintangan baru bagi perusahaan. Yaitu ketika Pengadilan Tinggi Delhi India pada bulan Desember 2014 memerintahkan Xiaomi untuk menghentikan penjualan semua smartphone yang tidak menggunakan chip Qualcomm ke India karena gugatan paten yang diajukan oleh Ericsson Swedia. Setahun kemudian, Xiaomi tetap tidak bisa menjual model-model populer yang menggunakan chip buatan pembuat chip Taiwan MediaTek Inc.
Xiaomi mengatakan menjual 3 juta smartphone di India dari Juli 2014 sampai Agustus 2015, dan 1 juta smartphone ada pada kuartal ketiga. Rata-rata pertumbuhan kuartal demi kuartal adalah 45%, demikian dilansir oleh WSJ.
Kurangnya basis pelanggan yang terdiversifikasi adalah tantangan lain untuk Xiaomi yaitu bagaimana pengguna Xiaomi di Tiongkok adalah terutama laki-laki berusia 18 sampai 30 tahun. Selain itu Xiaomi yang fokus pada harga rendah telah berdampak kurangbaik pada citrannya sendiri.
Harga smartphone rata Xiaomi turun menjadi USD 122 di kuartal ketiga dari USD 160 pada tahun sebelumnya, meskipun sektor smartphone Tiongkok bergerak kelas atas, menurut IDC. Harga rata-rata smartphone di Tiongkok naik menjadi USD 240 dari USD 202. Huawei naik menjadi USD 209 dari USD 201. Model terlaris Xiaomi tahun lalu adalah yang termurah, USD 76 Redmi 2A, demikian menurut IDC seperti dilansir oleh WSJ.
Namun demikian pendukung Xiaomi mengatakan prospek masih cerah bagi Xiaomi, karena saat ini perusahaan bergeser untuk membangun ekosistem produk rumah pintar. Perusahaan telah menginvestasikan dalam 56 startups sejauh ini, mulai dari pembuat skuter Segway ikon sampai produsen pembersih udara.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Business Lounge Journal