(Business Lounge – Global News) Masalah polusi udara, hingga hari ini menjadi masalah yang kritikal, sebab sangat penting untuk mendapatkan jalan keluar. Ada beberapa cara bagaimana mengukur tingkat polusi udara di sebuah tempat, salah satunya dengan menggunakan Air Quality Index (AQI). Bentuk mengukuran yang digunakan oleh instansi pemerintah ini bentuknya berupa angka yang menyatakan kadar pencemaran udara.
Semakin meningkatnya AQI maka akan semakin meningkat juga persentase jumlah penduduk yang dapat mengalami efek samping yang berdampak kepada kesehatan. Namun tidak semua negara menggunakan AQI untuk mengukur kualitas udaranya, misalnya saja Kanada menggunakan Air Quality Health Index, Malaysia menggunakan Air Pollution Index, sedangkan Singapura menggunakan Pollutant Standards Index.
Nilai indeks kualitas udara biasanya dikelompokkan ke dalam rentang. Setiap rentang diberi keterangan, kode warna, dan standar kesehatan masyarakat.
Berikut adalah rentang AQI, level polusi udara, dan implikasi kesehatannya.
Dampak yang Anda Rasakan di Setiap Level Polusi Udara
Dari tabel di atas maka AQI di bawah 51 merupakan udara yang sehat tidak terkena polusi. Langit pun akan nampak begitu cerah. Namun ketika AQI memasuki range 51 – 100 maka mereka yang memiliki kesensitifan baik dalam kesehatan, dalam pernafasan harus membatasi aktivitasnya di luar rumah. Sebab ketika Anda berada di luar ruangan, dapat membuat mata Anda mulai berair.
Apalagi ketika AQI memasuki rentang 101 – 200, maka mereka yang memiliki masalah pernafasan dan jantung juga harus mengurangi aktivitasnya di luar rumah. Anda akan mencium bau yang ‘khas’ di udara, sehingga orang akan sering bersin. Bahkan Anda dapat merasakan sepeti ‘logam’ pada mulut Anda. Bangunan-bangunan tinggi seperti dilingkupi kabut.
Sedangkan pada AQI 201 – 300, tingkat polusi udara sangat tidak sehat dan mengkuatirkan. Maka mereka yang sehat sekali pun dapat mengalami dampak terganggunya kesehatan mereka. Untuk situasi seperti ini, maka adalah lebih baik untuk memilih beraktifitas di dalam ruangan. Anda akan merasakan tenggorokan Anda berdahak. Sinar matahari tampak meredup terhalang kabut bahkan seperti bola lampu 30 watt, demikian dituliskan WSJ.
Lalu bagaimana jika AQI melebihi 300? Ini kondisi yang sangat Berbahaya. Anda akan merasakan polusi udara walaupun Anda berada di ruangan tertutup. Daya tahan sebagian besar orang akan menurun. Banyak penyakit yang ditimbulkan oleh karena iritasi serta gejala-gejala lain yang menimbulkan penyakit lainnya.
AQI dapat meningkat karena peningkatan emisi udara (misalnya, selama jam sibuk lalu lintas atau ketika ada kebakaran hutan) atau dari kurangnya pengenceran polutan udara. Udara stagnan, sering disebabkan oleh anticyclone, suhu inversi, atau kecepatan angin rendah memungkinkan polusi udara tetap di daerah setempat, yang menyebabkan konsentrasi tinggi polusi, reaksi kimia antara kontaminan udara dan kondisi berkabut.
AQI Tiongkok dari Waktu ke Waktu
Ministry of Environmental Protection (MEP) milik Tiongkok bertanggung jawab untuk mengukur tingkat polusi udara di sana. Per 1 Januari 2013 MEP yang memonitor tingkat polusi sehari-hari mengatakan level polusi di Tiongkok pada kota-kota utama berada di level 163. Hal ini berarti, udara di Tiongkok cukup tercemar,
Bagaimana dengan hari ini?
Menurut aqicn.org, sebuah website yang mengukur AQI secara realtime, beberapa kota di Tiongkok memiliki AQI yang memiliki level cukup tercemar. Misalnya, Beijing dengan AQI 160 (Unhealthy), Guangzhou dengan AQI 107 (Unhealthy for sensitive groups), atau di Suzhou dengan AQI 104 (Unhealthy for sensitive groups). Namun untuk Shanghai, Chengdu, dan Nanjing, tingkat polusi udara masih dalam range 51-100.
Bagaimana dengan Indonesia?
Untuk Jakarta, Jambi, Medan, Banjarbaru masih ada pada range 51-100. Tetapi untuk Pekanbaru saat ini, tingkat polusi mencapai 415 atau berbahaya. Begitu juga dengan Palangkaraya yang mencapai 542. Hal ini memang disebabkan adanya kabut asap oleh karena kebakaran hutan.
Ada baiknya untuk mengetahui kadar polusi udara di tempat-tempat lain di seluruh dunia sehingga Anda dapat memutuskan bilamana Anda akan bepergian ke sana.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana