(Business Lounge – Business Insight) Nokia bersepakat untuk membeli Alcatel-Lucent SA senilai US$ 16,6 miliar (setara dengan Rp 206,8 triliun) dengan tujuan menjadi supplier terbesar dalam jaringan telepon seluler dunia.
Akuisisi terbesar Nokia ini juga diperkirakan akan melebihi Ericsson AB dan Huawei Technologies Co dalam sektor infrakstruktur nirkabel. CEO Nokia, Rajeev Suri akan menjalankan perusahaan yang baru saja bertambah besar ini dengan mengambil posisi strategis di Tiongkok yang memiliki jumlah pelanggan telepon seluler mencapai 1,3 miliar serta meneken kontrak dengan dua penyedia jasa jaringan seluler yakni Verizon Communications Inc. dan AT&T Inc.
Munculnya Berbagai Spekulasi
Para pemain pada bisnis smartphone pun mulai menebak apa sebenarnya tujuan Nokia membeli Alcatel-Lucent. Apakah Nokia ingin kembali berjaya pada bisnis smartphone? Tentu saja. Tetapi berbagai spekulasi lainnya juga muncul sehubungan dengan santernya berita bahwa Alcatel-Lucent sedang membangun jaringan 5G yang belum dimiliki oleh perusahaan mana pun. Bila memang Alcatel telah mengantongi paten penting dalam ruang 5G, maka hal ini jelas berdampak bagi Nokia.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa akuisisi Nokia hanya hendak mengekspansi skala usahanya guna berkompetisi dengan Huawei dan Ericsson.
Akuisisi Nokia
Pemegang saham Alcatel-Lucent akan menerima sebesar 0,55 persen dari nilai saham Nokia yang mereka miliki. Dalam kesepakatan tersebut, nilai saham Alcatel-Lucent bernilai 4,12 euro (setara dengan Rp 15.344) per lembarnya, 8 persen lebih rendah dari harga penutupan terakhir. Nilai sahamnya jatuh 9 persen menjadi 4,07 euro (setara dengan Rp 14.660) di Paris setelah sebelumnya melejit 16 persen pada Selasa ( 14/4) lalu. Harga saham Nokia meningkat 2,8 persen di Helsinki.
Nokia yang berbasis di Espoo, Finlandia juga melakukan evaluasi strategis terhadap bisnis aplikasi HERE maps-nya. Penawaran harga rencananya akan dilaksanakan dengan Nokia membuka harga penawaran sebesar 2 miliar euro (setara dengan Rp 27,41 triliun) dan cukup menjadi perhatian perusahaan dan usaha swasta lainnya.
Nilai Akuisisi Nokia
Akuisisi ini juga membuat Nokia menambah produknya dalam mengelola lalu lintas internet sehingga daya tawarnya kepada provider seluler meningkat seiring dengan bertambahnya arus data yang meningkat pula karena popularitas Netflix dan pelayanan video dan musik lainnya yang menggunakan data dalam jumlah banyak.
Akuisisi ini akan menjadi yang terbesar dalam industri telekomunikasi sejak tahun 1999 ketika Lucent Technologis Inc. mengakuisisi Ascend Communications Inc. senilai US$ 21 miliar (setara dengan Rp 269,34 triliun).
Tenaga Keja Nokia
Nokia dan Alcatel bila digabungkan akan memiliki jumlah karyawan lebih dari 110.000 orang. Suri, orang yang menjabat Kepala Unit Jaringan Nokia pada 2009 dan menjabat CEO pada tahun lalu, telah memperbaiki bisnisnya dengan memangkas 25.000 pekerjanya dalam tiga tahun terakhir dan berfokus pada kontrak yang menjanjikan dalam jangka panjang.
Di sisi lain, pemerintah Prancis menaruh perhatian khusus terhadap nasib 7000 karyawan Alcatel yang bekerja di negara tersebut. Dalam minggu ini, Suri akan berada di Paris untuk mendiskusikan hal tersebut dan berencana akan bertemu dengan Presiden Perancis, Francois Hollande.
Menteri Perkonomian Emmanuel Macron menyatakan bahwa pemerintah akan memantau terus akuisisi tersebut yang memiliki konsekuensi terhadap pekerjanya dan memastikan akuisisi tersebut menjadikan perusahaan menjadi lebih unggul.
Akuisisi tersebut diperkirakan akan selesai pada semester pertama tahun 2016 dan diharapkan terjadi pemangkasan terhadap beban bunga yang ditanggung perusahaan sebesar 200 juta euro (setara dengan Rp 2,74 triliun). Kedua perusahaan tersebut memiliki data hasil penjualan pada tahun lalu sebesar 26 miliar euro (setara dengan Rp 357,36 triliun).
Sebelumnya Alcatel rugi miliaran dolar dalam beberapa tahun terakhir sejak merger-nya dengan Lucent pada tahun 2006 lalu. Sedangkan Ericsson saat ini adalah produsen peralatan jaringan nirkabel terbesar di dunia, yang memiliki pangsa pasar sebesar 25,7%, Huawei 23,2%, Nokia 15,8% dan Alcatel 11,4%.
Seno Kuncoro/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana

