(Business Lounge – Business Insight) Royal Dutch Shell telah mendapatkan kesepakatan untuk membeli perusahaan eksplorasi minyak dan gas BG Group yang bernilai bisnis sebesar £47 miliar (sekitar 906 triliun rupiah). Kedua perusahaan telah bersepakat dalam penawaran tunai dan saham sehingga investor mendapatkan harga saham BG Group. Kesepakatan ini pun dapat menjadi yang terbesar pada tahun ini dan menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan sebesar lebih dari £200 miliar (setara dengan 3,856 triliun rupiah).
Di Inggris Raya, perusahaan migas telah kehabisan cara untuk membuat strategi baru dalam menghadapi anjloknya harga minyak dalam beberapa tahun terkahir ini. Harga LNG yang relatif di atas harga minyak mentah sehingga mendorong Shell untuk memperbesar kapitalisasi pasarnya dengan membeli BG Group dengan tujuan merebut pasar LNG (gas alam) yang tengah berkembang pesat.
Royal Dutch Shell yang bersepakat untuk membeli BG Group merupakan langkah besar bagi indsutri migas semenjak anjloknya harga minyak. Tujuan ini dilakukannya agar Shell dapat berkonsentrasi terhadap berkembang pesatnya bisnis LNG (liquefied natural gas). Hal tersebut juga membuat Shell menjadi pemain besar dalam pengeboran lepas pantai di Brazil.
Selain itu, Shell juga mengambil peluang dalam kesepakatan tersebut sebab BG Group mengalami gangguan dalam kondisi keuangannya yang terlihat dari sahamnya yang anjlok sekitar 30% dari Mei tahun lalu.
BG Group adalah perusahaan energi terbesar ketiga di Inggris yang didirikan pada tahun 1997 ketika British Gas terpecah menjadi dua perusahaan yaitu BG Group dan Centrica. BG Group berfokus pada eksplorasi dan produksi sedangkan Centrica bertanggung jawab dalam bisnis ritel Inggris dari perusahaan terdahulunya, British Gas. Saat ini BG Group mempekerjakan 5200 pegawainya di 24 negara. Saat ini kapitalisasi pasar BG Group sebesar US$ 224 miliar (setara dengan Rp 2.894,98 triliun rupiah).
Shell menyatakan bahwa pemegang saham BG Group akan mendapatkan dividen yang lebih besar seperti yang diniatkan Shell untuk membayar pemegang saham BG Group sebesar US$ 1,88 per saham (sekitar 24,440 rupiah) biasa pada tahun ini. Jumlah tersebut hanya mempunyai selisih sebesar US$ 0,14 (14 sen) pada dividen yang akan diterima pemegang saham BG Group pada tahun ini.
Raksasa minyak tersebut juga berencana untuk melakukan pembelian kembali terhadap sahamnya pada 2017 dengan nilai sekitar US$ 25 miliar. Shell juga mengakomodir pemegang saham BG Group dengan “mix and match facility” sehingga mereka dapat menentukan jumlah kas dan lembar saham Shell yang baru.
Shell dan BG Group berharap dapat menghemat US$ 2,5 miliar secara tahunan setelah kesepakatan dilakukan. Namun pimpinan eksekutif Shell, Ben van Beurden tetap berkomitmen pada minyak Lau Utara dan berencana untuk berinvestasi senilai £4 miliar antara 2016 dan 2018. Shell juga menyatakan bahwa kesepakatan tersebut dapat meningkatkan 25% cadangan minyak dan gas dan 20% pada kapasitas produksinya, khususnya pasar gas alami cair (liquid natural gas/LNG) Australia dan eksplorasi minyak lepas pantai di Brazil. Kesepakatan muncul di saat waktu yang tidak menentu bagi perusahaan minyak dan gas. Selama enam bulan terakhir, harga minyak anjlok 50% dan diperkirakan eksplorasi minyak di Laut Utara akan terhambat sehingga dapat mengancam sektor migas.
Sebulan yang lalu, Kanselir Inggris, George Osborne, menurunkan pajak korporasi tambahan terhadap perusahaan minyak yang beroperasi di Lau Utara. BG Group juga menyatakan bahwa nilai aset minyak dan gasnya sebesar £6 miliar (setara dengan US$ 9 miliar) yang disebabkan oleh anjloknya harga minyak. Senada dengan itu, Shell juga mengumumkan akan mengurangi porsi belanjanya selama tiga tahun mendatang pada Januari.
Seno Kuncoro/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana