Lima Pergeseran Nilai Kepemimpinan

(Business Lounge – Lead & Follow) Minggu ini, Maret 2015 World Economic Forum mengumumkan Young Global Leaders class of 2015, sebuah kelas yang diikuti pemimpin dengan usia rata-rata usia dibawah 40 tahun, yang diikuti oleh 187 orang yang merupakan pemimpin di negaranya. Termasuk di dalam kelas ini adalah pengusaha teknologi Afghanistan Roya Mahboob, Ashish Goyal kelahiran Mumbai, yang kehilangan penglihatannya pada usia 22, tetapi menjadi orang buta pertama yang mendapatkan Wharton MBA dan perdagangan di Wall Street.

Dari dunia politik Smriti Irani, anggota termuda dari kabinet India; Safak Pavey, wanita cacat pertama yang terpilih ke parlemen Turki; dan walikota perempuan termuda dari Jepang, Naomi Koshi. Para pemimpin dari masyarakat sipil termasuk Mamadou Toure, yang mengepalai kelompok advokasi Afrika 2.0.

Dari dunia bisnis, kelas tahun 2015 ini termasuk  wakil presiden Xiaomi Hugo Barra,  CEO Kickstarter Yancey Strickler yang berusia 35 tahun, pengusaha software Selandia Baru Victoria Ransom -yang perusahaannya- Wildfire dibeli oleh Google untuk 350.000.000 dolar Amerika – dan Elizabeth Holmes, yang putus universitas menemukan perusahaan analisis darah Theranos, yang kini memiliki valuasi sekitar 9 miliar dolar Amerika.

Setiap tahun World Economic Forum mengundang para pemimpin ini bergabung dalam Young Global Leaders (YGL) community. Anggota YGL saat ini dan sebelumnya berasal dari para pemimpin pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang tergabung pada Fortune 500 , pemenang hadiah nobel atau penghargaan lainnya, mereka semua menjadi duta besar PBB dan Social Entrepreneurs.

YGL memikirkan apa yang akan terjadi pada masa depan, khususnya pada tahun 2015, mereka merumuskan lima kunci perubahan yang akan terjadi pada kepemimpinan :

Radical Transparency
Saat ini teknologi dan kecepatan komunikasi telah meningkat dengan pesat. Masing-masing dari kita adalah terlihat sangat transparan dan sulit ditutupi lagi. Pemimpin di dunia saat ini menyadari bahwa semua yang mereka katakan, lakukan, dan berbagi bisa dibuat publik. Para pemimpin otentik akan bersinar di era ini dan mendorong karyawan mereka dan organisasi untuk hidup dan bekerja dengan transparan, memiliki pikiran yang terbuka. Hal ini sangat penting dalam pemerintahan. Seperti dicontohkan oleh anggota YGL Stela Mocan, Direktur Eksekutif Moldova e-Government Centre, yang menggunakan data yang terbuka dan berbagai alat digital untuk mendorong orang untuk berpartisipasi dalam politik.

The Power of Giving
Adam Grant, Wharton Professor of Management and Psychology sebagai anggota YGL, memberikan saran ini kepada pemimpin masa depan, bahwa pemimpin saat ini harus banyak memberi kepada komunitas.

Tri-sector Leaders
Tantangan saat ini sangatlah kompleks, saling berhubungan masalah yang satu dengan yang lain dan memerlukan kerjasama tiga domain yang penting yaitu pemerintah, pengusaha dan masyarakat sipil, termasuk juga memperhitungkan kerangka lintas budaya. Para anggota YGL terdiri dari tiga sektor ini dan juga lintas budaya yang menghasilkan pemikirkan comprehensive untuk menjawab masalah-masalah dunia.

Beyond the bottom line
Persoalan yang dihadapi pemimpin adalah bukan saja masalah perusahaan, namun termasuk yang utama adalah masalah sosial. Memecahkan masalah sosial berarti kesuksesan pemimpin menurut banyak anggota YGL yang akhirnya membangun pemimpin sebagai social entrepreneurs.

Constructive Conflict
Konflik bisa menghancurkan masyarakat, ketika menjadikan konflik lebih konstruktif maka hal ini menjadi sumber empati dan jalan keluar untuk tantangan yang ada. YGL meminta pemimpin memiliki sikap seperti ini di masa yang akan datang.

Pergeseran kepemimpinan ini mengubah cara kerja, namun menurut YGL akan menjadi dasar untuk 30 tahun kemudian ketika sangat banyak perubahan bisa terjadi. Karena itu constructive, inclusive, diverse and transparent menciptakan masa depan yang baik menurut YGL.

Fadjar Ari DewantoFadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x