(Business Lounge – Business Insight) Disney pernah mengeruk keuntungan ketika merilis cerita dongeng Cinderella. Cerita itu pun begitu mencuat bahkan hingga hari ini dapat dipastikan, semua anak-anak tahu dongeng tentang seorang wanita yang berubah nasib dengan bantuan sang ibu peri. Dongeng memang tinggal dongeng, tetapi dongeng dapat memberikan kenyataan bagi Disney ketika Walt Disney Pictures mengembalikan dirinya lagi sebagai rumah untuk versi live-action dari dongeng klasik yang dibuat terkenal oleh saudara yang lain, Walt Disney Animation Studios.
Hal ini memberikan terobosan baru setelah sebelumnya Walt Disney Pictures selalu berada di bawah bayang-bayang Pixar Animation Studios dan Marvel Entertainment yang keduanya masih ada pada grup yang sama.
Seperti dilansir oleh WSJ, Production President Sean Bailey menjelaskan bahwa ia merasa dongeng merupakan ranah yang dapat dimanfaatkannya untuk menarik banyak penontong terutama perempuan. “Cinderella”, yang akan dimulai pada Jumat (13/3) akan mengikuti versi klasik animasi tahun 1950. Survei pra-rilis telah menunjukkan bahwa sebagian besar penonton perempuan tidak akan melewatkan kesempatan tersebut dan diperkirakan Disney dapat memperoleh pemasukan sekitar $ 70 juta (sekitar 910 miliar) pada hari itu. Sedangkan biaya pembuatan film ini mencapai sekitar $ 100 juta (sekitar 1,3 triliun).
Memang menarik untuk menyaksikan kembali wanita cantik dengan pakaian-pakaian panjang nan indah namun dalam versi yang lebih menarik dari versi kartun. Sehingga dapat dipertimbangkan bagaimana mendaur ulang sebuah tokoh yang pernah begitu berjaya pada masa lalu dibandingkan bila harus memunculkan tokoh baru yang belum dapat ditebak apakah akan menjadi populer di kemudian hari.
Tidak hanya Cinderella, Disney pun telah berencana untuk merilis ‘The Jungle Book’ pada tahun depan serta “Alice in Wonderland: Through the Looking Glass” dan “Beauty and the Beast” pada tahun 2017.
Sejarah box-office Walt Disney Pictures telah menjelaskan strateginya ini. Hal yang sama dilakukannya ketika perusahaan merilis versi live Alice in Wonderland untuk pertama kali pada tahun 2005 dan meraup lebih dari $ 500 juta di seluruh dunia. Begitu juga ketika Disney merilis “Maleficent” dan “Sleeping Beauty” dengan meraup masing-masing $ 1,03 miliar dan $ 812 juta di seluruh dunia.
Seperti Pixar dan Disney Animation, yang secara teratur mengalahkan para pesaing dalam jumlah penonton yang memenuhi gedung bioskop, Bailey bertaruh bahwa perpaduan kualitas yang tinggi dan kekuatan brand perusahaan induk akan memberikan keunggulan.
Disney telah mempersiapkan semuanya dengan begitu sempurna, mulai dari melibatkan desainer kostum yang harus mempersiapkan gaun klasik Cinderella yang berwarna biru sama dengan versi animasinya hingga gaun-gaun lainnya yang akan dikenakan para pemain ketika memerankan adegan pesta dansa sang pangeran.
Jejang Disney ini kelihatannya akan diikuti para pesaingnya, seperti Time Warner Inc ‘s Warner Bros yang akan merilis “Pan” pada musim panas ini dan juga merilis “Jungle Book” pada tahun 2017 . Sedangkan Comcast Corp ‘s Universal mengembangkan “The Little Mermaid”. Disney dan Sony Pictures Entertainment juga telah memiliki versi live-action dari “Robin Hood”.
Tidak ada salahnya mengulang kesuksesan yang pernah terjadi dalam versi yang berbeda bukan?
uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana