(Business Lounge – Entrepreneurial News) Kopi, adalah salah satu komoditas terbesar yang dimiliki oleh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, hampir setiap pulau memiliki jenis biji kopinya sendiri. Daerah seperti Gayo di Aceh, Malabar di Jawa Barat, Kintamani di Bali, dan Wamena di Papua adalah sedikit dari banyak contoh daerah di Indonesia yang dipenuhi petani biji kopi. Tidak heran jika Indonesia terletak pada peringkat keempat dalam perihal ekspor kopi. Negara-negara seperti Jepang, Tiongkok, Swedia, dan negara-negara Eropa lainnya adalah tujuan utama ekspor komoditas ini, dan anda bisa saksikan sendiri di pelabuhan bongkar muat bagaimana berton-ton kopi Indonesia dikemas dan siap dikirimkan melalui kapal. Sangat banyak. Sangat diminati.
Namun sayang, rupanya kita menempati peringkat yang rendah didalam konsumsi kopi. Menurut data ICO, Indonesia bahkan hanya mengkonsumsi setengah dari jumlah konsumsi Jepang. Jauh lebih rendah bahkan sangat rendah dibandingkan dengan Finlandia, Swedia, dan Belanda yang memegang peringkat teratas. Rata-rata orang Swedia mengkonsumsi empat cangkir kopi sehari, minimal !
“Ya namanya juga ekspat (red-expatriat), culture-nya memang beda,” ujar Fauzan sambil menuang air panas melalui ceret berbentuk seperti leher angsa ke saringan V60.
Anda yang pernah mengunjungi atau tinggal di Melbourne atau Sydney akan dengan mudah menemukan kesamaan antara Goni Coffee Shop dengan kedai-kedai kopi serupa di Melbourne atau Sydney. Terletak di Jalan Kemang Selatan 1 no 20, Coffee Shop yang didirikan oleh Fauzan dan partnernya, Agam, memiliki pengunjung rata-rata ekspatriat yang tinggal atau bekerja di sekitar jalan yang paling padat dipenuhi WNA di Jakarta ini.
“Ya, dulu memang lama belajar di Sydney, pernah jadi barista juga disana,” lanjutnya lagi, matanya tidak pernah terlepas dari timer kecil di dekatnya.
Menurut pengalamannya selama di Sydney, ukuran yang kecil memberikan kemudahan bagi pengunjung yang mau takeaway. Dengan konsumsi yang juga lebih besar daripada Indonesia, kios yang kecil memudahkan orang Australia untuk mengambil pesanan mereka dengan cepat. Selain itu, juga akan memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan barista.
“Orang Sydney itu, mereka suka takeaway cepat, tapi tetap mau ngobrol. Disinipun juga begitu, kalau sempat, pasti saya ajak ngobrol,” ujarnya seraya tertawa senang.
Kesan yang pertama kali businesslounge.co, Vibiz Media Network dapatkan dari Fauzan adalah keramah-tamahannya. Tempatnya yang kecil memungkinkan setiap pengunjung yang datang untuk secara spontan saling berkenalan. Fauzan juga dengan lihai mampu mengikat setiap pengunjung yang datang di dalam satu conversation, walaupun tangannya tetap lihai memainkan mesin kopi. Dalam satu kejadian, semua pengunjung tertawa bersamaan, setelah berkenalan dan mengobrol selama lima belas menit. Salah satu pengunjungnya bahkan seorang ekspatriat dari Inggris yang baru saja pertama kali datang ke Goni.
“Sampai sekarang ini masih mingle semuanya, hopefully it works,” ujarnya sambil memberikan secangkir kopi Sunda Malabar hasil seduhannya. Aromanya, benar-benar merasuk.
“Tempat kopi itu kan memang sebenernya buat orang ngobrol-ngobrol. Tapi yang sering orang lupa, kualitas kopinya juga harus nomor satu,” ujarnya lagi.
Soal kualitas, pemilihan biji kopi di Goni sangat diperhatikan dengan serius oleh Fauzan dan Agam. Tidak hanya sekedar kopi, namun specialty coffee. Fauzan bercerita bagaimana ia juga punya spesifikasi khusus yang selalu ia minta ke roaster kopi nya.
Demi cintanya terhadap specialty coffee, Fauzan yang sepulang dari Sydney bekerja sebagai kontraktor, meninggalkan semua pekerjaan lamanya demi Goni Coffee Shop dan sepertinya ini adalah pilihan yang tepat.
“Iyalah, mumpung ada kesempatan langsung saya ambil, ‘gak mau lama-lama,” ujarnya sambil tertawa.
Business Analysis : Goni Coffee memiliki pengunjung yang niche. Hal seperti Specialty Coffee memiliki target market khusus, ditambah lagi dengan suasana kedainya yang sangat Western-cultured, Fauzan harus menemukan wilayah yang cocok untuk bisnisnya. Pilihannya untuk membuka di Kemang, kami nilai tepat.
Jika anda ingin membuka usaha yang anda tahu bahwa pengunjungnya adalah niche market, usahakan untuk mencari lokasi yang tepat. Karena walaupun tempat anda “eksklusif”, pengunjung utama anda harus yang paling mudah mengaksesnya.
Michael Judah/VMN/BL