(Business Lounge – News & Insight) Sampai hari ini penyebab jatuhnya AirAsia belum juga terungkap dan sangat disadari bahwa untuk mengungkap semuanya ini maka si kotak hitam (black box) harus segera ditemukan. Itulah sebabnya berbagai pihak mulai dikerahkan untuk mencari keberadaan si kotak hitam.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
Hari ini, Jumat (2/1) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai dilibatkan dalam pencarian kotak hitam AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Sejak kemarin (1/1), tim KNKT telah bersiap di Pangkalan Bun untuk segera melakukan tugasnya. Memang hingga hari ini bagian tubuh pesawat AirAsia QZ8501 belum diketahui pasti keberadaannya walaupun berbagai serpihan juga 9 jenazah telah ditemukan dan operasi pencarian besar-besaran telah dilancarkan oleh tim gabungan. Namun diperkirakan, badan pesawat tersebut berada di dasar laut yang kedalamannya berkisar 25-30 meter tersebut.
Untuk mengemban tugasnya, KNKT membutuhkan alat pendeteksi yang disebut pinger locator untuk mendeteksi keberadan kotak hitam. Alat yang berupa aquatic hydrophone supersensitif ini akan ditarik dari belakang kapal untuk menangkap sinyal kotak hitam. Usai sinyal ditangkap, alat itu akan langsung mengirimnya ke server yang berada di atas kapal. Untuk itu KNKT pun meminjam 1 set pinger locator dari Inggris dan 2 set dari Singapura untuk mempercepat pencarian kotak hitam.
Tetapi sangat disayangkan walaupun semua pinger locator yang dibutuhkan telah tersedia, namun peralatan canggih tersebut belum dapat digunakan oleh karena belum tersedianya kapal untuk menarik alat yang berbentuk segi tiga dan berwarna kuning muda tersebut. Masih dibutuhkan kapal khusus untuk menarik pinger locator.
Kapal Canggih BPPT
Basarnas juga melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki kapal berkemampuan mendeteksi sinyal kotak hitam di dalam air. Selain itu Kapal BPPT ini juga sanggup mendeteksi logam dan memberikan gambaran 3 dimensi di bawah air. Saat ini kapal yang bernama Baruna Jaya I ini sudah berada di lokasi dan sudah mulai beroperasi.
Baruna Jaya I yang memiliki peralatan multi eco sounder untuk melakukan operasi visual dan sanggup memancarkan sinyal elektronik di dasar laut sedalam hingga 2.500 meter akan menyisir kawasan Selat Karimata terutama pada area I yang diduga menjadi tempat jatuhnya AirAsia QZ8501.
47 Penyelam Pasukan Elite TNI AL
Sejumlah penyelam pasukan elit telah diberangkatkan ke KRI Banda Aceh untuk ikut bergabung melakukan evakuasi. Memang harus diakui bahwa cuaca ekstrim telah menjadi kendala dalam proses pencarian dan evakuasi pesawat, maka diputuskan penyelam dari Tim elit TNI AL untuk diberangkatkan ke KRI Banda Aceh yang berada di perairan Teluk Kumai, Jumat (2/1/2015).
Para penyelam menggunakan ukuran Tug boat yang dapat dikatakan terbilang kecil, ditambah perlangkapan alat selam yang beratnya mencapai 2,5 Kuintal. Tetapi untuk menembus cuaca ekstrim, tugboat merupakan satu-satunya solusi untuk dapat mengirimkan penyelam ke KRI Banda Aceh sehingga dapat berlayar ke titik lokasi serpihan. Sebelumnya KRI Banda Aceh tidak mengijinkan dua kapal Basarnas untuk mengantar para penyelam oleh karena angin kencang dan gelombang setinggi empat meter.
Bureau d’Enquêtes et d’Analyses (BEA)
BEA yang adalah sebuah badan penyidik kecelakaan Perancis (BEA) beserta dengan perlengkapannya akan bergabung mulai Jumat (2/1) untuk mencari kotak hitam. Tim ini menurunkan tim spesialisnya untuk mencari kotak hitam dan segera bergabung di area jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. BEA bertugas untuk membantu melakukan investigasi semua kecelakaan pesawat terbang yang melibatkan pesawat Airbus, yang perusahaan pembuatnya berbasis di Prancis.
Kotak Hitam
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara