(Business Lounge – News & Insight) Inggris memang memberikan tunjangan bagi para imigrannya senilai £ 36 (sekitar 700,000 rupiah) seminggu. Hal ini menjadi sebuah daya tarik bagi orang-orang yang “putus asa” dari penjuru dunia terutama Timur Tengah dan Afrika yang akan menyeberangi Selat guna mencapai Inggris. Hal ini menjadi sebuah peringatan yang dilontarkan oleh anggota parlemen seperti diberitakan oleh news.sky.com.
Bahkan Walikota Calais, Prancis, Natacha Bouchart melukiskan banyaknya para pendatang yang “siap mati” demi dapat datang ke Inggris. Mereka berupaya memasuki Inggris dengan menyeberang lewat Calais. Pada masa lalu, Bouchart mengancam untuk memblokir pelabuhan Prancis kecuali Inggris dapat lebih mengontrol jumlah migran yang mencoba untuk mendatangi Inggris.
Untuk memberikan bukti kepada Home Affairs Select Committee, Bouchart pun menyebut Inggris sebagai “murah hati” karena membayar £ 36 seminggu untuk para pencari suaka. Jumlah ini dinilai besar bagi mereka yang tidak memiliki apa-apa.
“Kami tidak memiliki pencari suaka di Calais, mereka tidak ingin suaka di Prancis, mereka ingin mendapatkannya di Inggris,” demikian komentar Bouchart. Saat ini ada sekitar 2.500 pendatang ilegal di Calais yang siap menyeberang ke Inggris. Mayoritas mereka berasal dari Eritrean, Ethiopia, Sudan, Suriah, Mesir, Libanon, Iran, dan Irak. Bouchart pun menyerukan agar adanya peraturan baru di Eropa yang akan mengontrol arus migrasi ke Inggris.
Sedangkan Menteri Keterampilan Inggris, Nick Boles mengakui bahwa Inggris memang tidak memiliki kontrol atas para pendatang dan kemungkinannya tidak akan pernah bisa membatasi pergerakan dari Uni Eropa. Boles juga mengatakan bahwa Inggris akan terus melihat “jumlah pendatang yang sangat besar setiap tahunnya” selama Inggris tetap menjadi kekuatan ekonomi terkemuka.
Bouchart juga mengatakan kepada anggota parlemen bahwa perbatasan harus dikembalikan dari Calais ke Dover oleh karena pelabuhan tersebut cenderung tidak dapat menampung populasi pendatang yang semakin banyak. “Orang-orang dari Calais memiliki hak untuk hidup dalam damai,” demikian dikatakan Bouchart. Sedangkan para pendatang tersebut kadang melakukan tindakan-tindakan yang mengusik warga Calais.
Mendengar Presiden Prancis Francois Hollande berencana memindahkan tempat kedatangan para imigran tersebut menjauh dari Calais, Bouchart pun memberikan dukungannya.
Le Touquet Treaty, yang ditandatangani pada tahun 2003, memungkinkan para pejabat perbatasan Inggris untuk ditempatkan di terminal feri di Prancis dan polisi perbatasan Perancis untuk ditempatkan di Dover, Inggris atau di sekitar perbatasan Inggris.
“Saya pikir perbatasan harus pada wilayah Inggris karena itu terserah Anda untuk memutuskan apakah Anda ingin menyambut migran ini atau tidak,” ujar Bouchart.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia