(Business Lounge – Management Tips) Bagi Andre Vincent Wenas, salah satu hal yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah responsiveness atau kecepatan untuk menanggapi apa pun juga.
Kepada businesslounge.co Vibiz Media Network, Direktur Utama PT Permata Tene ini memaparkan responsiveness yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin terutama di dunia bisnis. Sebuah sikap responsif yang timbul dari adanya sebuah kepekaan terhadap banyak hal.
Andre menekankan bahwa seorang pemimpin bisnis harus dapat menangkap adanya sinyal-sinyal perubahan. Ia menyadari bahwa hal ini tidaklah mudah oleh karena sering kali sinyal-sinyal yang ada bersifat sangat halus atau “sublim” demikian istilah yang digunakan oleh Andre. Simulasi yang Andre berikan yaitu seorang pemimpin bisnis memiliki radar bisnis yang cukup peka yang dapat menangkap sinyal yang dikirimkan oleh berbagai jenis gerak perubahan atau dinamika sosial. Sinyal tersebut kemudian ditransmisikan oleh berbagai macam kegiatan sosial atau perubahan teknologi yang terjadi.
Pemimpin perusahaan pabrik gula ini mengutip pemikiran Alvin Toffler, seorang penulis dari Amerika mengenai adanya perubahan yang disebabkan perkembangan teknologi. Adanya penemuan dalam bidang teknologi, adanya inovasi akan membawa perubahan bagaimana seseorang akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Andre memberi contoh bagaimana maraknya teknologi informasi melalui gadget yang hampir dimiliki semua orang sekarang ini. Teknologi gadget telah mengubah cara masyarakat berinteraksi satu dengan yang lain juga mengubah situasi sosial, serta interaksi sosial. “Sehingga sebuah teknologi akan men-drive perubahan sosial,” demikian Andre menyimpulkan.
“Jika perubahan sosial ini dilakukan tiap-tiap hari, maka terjadilah perubahan budaya yang menimbulkan perubahan cara pikir dan paradigma. Level perubahan ini sudah lebih besar,” demikian Andre melanjutkan penjelasannya.
Sebagai contoh, pada waktu yang lampau jika kita ingin berkomunikasi maka pilihannya adalah dengan surat menyurat. Ketika kita mengirimkan sepucuk surat, maka kita berharap akan memperoleh balasannya dalam 2 hingga 3 minggu ke depan. Tetapi jika kita ingin lebih cepat lagi, maka kita dapat menggunakan pos kilat.
Tetapi sekarang, setelah tekonologi terus berkembang, kita dapat mengirimkan pesan lewat Whats App atau BlackBerry Messenger dan kita berharap akan memperoleh respons dalam 5 detik. Jika tidak mendapatkan respons maka kita dapat mencap si penerima pesan tidak responsive. Maka terjadilah perubahan cara memandang dimensi waktu dan cara memandang interaksi dengan orang lain. Juga terjadi perubahan dalam ekspektasi. Jika ekspektasi berubah maka strategi dalam menghadapi kehidupan juga harus diubah dan disesuaikan. Penyesuaian ini akan dapat menimbulkan perubahan sosial yang kemudian sering kali membawa benturan oleh karena adanya ketidaksiapan.
Salah satu contoh yang juga dilontarkan oleh Andre adalah maraknya “curhat” di media sosial yang sering kali menuai reaksi yang negatif. Kemungkinan ini kemudian memicu dibuatnya etika dalam berkomunikasi lewat media sosial. Belum lagi perdagangan yang saat ini dapat berlangsung lewat dunia internet, maka harus ada antisipasi supaya transaksi lewat media ini pun dapat berlangsung dengan seharusnya. Harus ada kesiapan yang dicermati untuk menghindari terjadinya Culture Shock atau gegar budaya oleh karena ketidaksiapan lingkungan untuk menghadapi sebuah perubahan. Oleh karena itu, harus ada kepekaan untuk dapat melihat konsekuensi yang dapat terjadi dari jauh-jauh hari.
Sangat penting untuk membuat sebuah simulasi sehingga apapun kemungkinan yang dapat terjadi, akan dapat diantisipasi. Inilah kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Sebuah ilustrasi yang juga diberikan oleh Andre adalah seorang kiper yang bertugas menjaga gawang akan memiliki sikap untuk mengantisipasi. Walaupun seluruh tim sedang menyerang ke area lawan, seorang kiper yang benar tidak akan santai, melainkan matanya akan selalu melihat arah bola dan menerka di mana kemungkinan bola akan dikirimkan kepadanya. Kemudian ia pun akan melakukan antisipasi dengan tidak hanya terpaku pada satu titik. Ia akan terus mencari posisi yang tepat apakah di kiri atau di kanan. Apakah maju atau mundur.
Sikap antisipatif haruslah dimiliki seorang pemimpin dengan melakukan perubahan-perubahan yang juga bersifat antisipatif. Ini jauh lebih baik dari perubahan yang sifatnya kuratif. Perubahan kuratif sering kali merupakan sebuah perubahan yang sifatnya dipaksa oleh karena adanya kendala yang sudah terjadi.
“Perubahan yang antisipatif akan jauh lebih bernilai dan ini akan didukung oleh 3 hal, yaitu tata nilai yang dimiliki seorang pemimpin, sikap responsive melalui daya antisipasinya, serta adanya keberanian,” demikian Andre menutup pembicaraannya dengan businesslounge.co Vibiz Media Network.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
