Jokowi – Tumbuh Dari Masa Kecil Yang Sederhana

“Sejak masa kecilnya dia sudah harus berpindah pindah tempat tinggal karena keadaan orangtuanya…”

Jokowi dilahirkan di Solo pada tanggal 21 Juni 1961. Sejak masa kecilnya dia sudah harus berpindah-pindah tempat tinggal karena keadaan orangtuanya.  Dia bukan anak yang dibesarkan dalam keadaan yang berlimpah, bahkan  seringkali berkekurangan. Bapaknya adalah penjual kayu yang harus menjual kayu di pinggir jalan.

Dia sendiri tinggal di sekitar bantaran sungai  dan harus berpindah pandah beberapa kali sebelum  akhirnya menempati satu rumah yang memiliki ukuran tujuh kali tigapuluh meter. Rumah itu berdinding tembok serta di bagian depannya penuh dengan perabot kayu dan bambu yang sederhana.

Dengan kondisi ekonomi yang cukup sulit  membuat Jokowi melakukan apa saja supaya dia dapat menabung. Dia tumbuh dengan sikap yang  sederhana dan biasa menghadapi  hidup yang sulit. Supaya dapat mengumpulkan uang untuk ditabung di celengan ayamnya, dia kadang mengojek payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaannya atau melakukan pekerjaan lainnya. Sikapnya yang pantang menyerah sudah dia miliki sejak masa kecilnya.

Sebagai anak tukang kayu yang serba minim, Jokowi  tidak memiliki mainan bagus dan mahal seperti anak-anak yang berkecukupan.  Dia  lebih sering memilih bermain karet, pasir,  benang atau kaleng bekas. Jokowi kecil senang mandi di kali, memancing di Kali Anyar, mencari telur bebek di pinggir kali, bermain layang-layang, dan juga bermain sepak bola.  Tetangganya yang sering bertemu dia mengatakan bahwa dia anaknya pendiam dan tidak pernah meminta apapun dari orang tuanya.

Ketika dia di kelas IV SD, Jokowi bersama ketiga saudara perempuan dan orang tuanya harus pindah rumah lagi, karena rumah keluarganya di gusur oleh pemerintah Surakarta tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.  Ketika itu ada perubahan daerah rumahnya di pasar kayu Gilingan akan dijadikan terminal oleh pemerintah setempat.

Setelah sempat tinggal sebentar di rumah kakak dari ibunya, keluarga Jokowi  pindah ke rumah baru di jalan Ahmad Yani No.331 Solo, bagian barat dari Manahan. Jokowi  lulus SD pada tahun 1974 dan selalu menjadi juara kelas ketika SD. Sejak SD dia berdagang apapun untuk dapat membiayai sendiri akan sekolahnya, dia tidak pernah mau menyusahkan bapaknya.

“Tetapi keinginannya masuk SMA favorit kandas karena memang saat itu untuk masuk ke SMA bukan didasarkan pada hasil ujian nasional….”

Jokowi melanjutkan sekolahnya ke SMP Negeri 1 Surakarta setelah lulus SD di tahun 1974. Ketika SMP Jokowi lebih rajin untuk belajar dan juga sering juara kelas.  Di masa SMP inilah dia mulai menyukai music rock. Baginya ketika dia mendengarkan music rock, seperti membangkitkan motivasi dan semangatnya untuk hidup. Dia rela berjam jam untuk menonton penampilan Setiawan Jodi dan grup music rock lainnya. Ketika SMP dia pulang dan pergi ke sekolah kadang berjalan kaki atau kadang membonceng sepeda bersama temannya.

Setelah lulus dari SMP Negeri  1 Surakarta yang merupakan sekolah favorit ketika itu, banyak teman dekatnya yang  melanjutkan ke  SMA Negeri  1 Solo yang  juga menjadi incararan banyak siswa. Tetapi keinginannya masuk SMA favorit gagal dan akhirnya masuk ke SMA Negeri 6 Solo. SMA 6 adalah SMA Negeri  yang terbaru di Solo pada saat itu yang berlokasi di pinggir kota Solo dan tidak favorit  bagi para pelajar di Solo ketika itu.

Hampir setengah tahun dia murung, mengurung diri di kamar terus dan tidak keluar kamar kecuali harus sekolah.  Selama kelas satu dia tidak selera sekolah,  baru setelah duduk di kelas dua  Jokowi  rajin dan belajar dengan keras.

Kuliah di Fakultas Kehutanan UGM bagi Jokowi merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi dia, mengingat dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang turun temurun menggeluti perkayuan….”

Ibunyalah yang memberikan motivasi untuk Jokowi belajar dengan tekun supaya bisa masuk ke kampus favorit.  Ibunya mengatakan bahwa Jokowi  anak yang  rajin dan dia tidak perlu memaksanya untuk belajar. Jokowi rajin belajar dan membaca buku dengan keinginannya sendiri, serta melakukan semua tugas dengan baik.  Supaya berhasil masuk ke Universitas Gadjah Mada dia termotivasi melakukan yang terbaik dan berusaha menunjukkannya. Sehingga akhirnya dia berhasil lulus dan masuk ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta  Fakultas Kehutanan jurusan Teknologi Kayu.

Semasa kuliahnya Jokowi adalah mahasiswa yang rajin dan memiliki IP yang cukup tinggi. Masa kuliah juga dia jalani dengan amat prihatin, karena tak ada biaya hidup yang cukup. Dia sambil kuliah tetap harus bekerja untuk memenuhi biaya makan, bahkan dia sampai lima kali indekost karena harus mencari biaya kost yang lebih murah. Hidup dengan prihatin ini membuat dia ada dalam  situasi disiplin dan benar benar harus menghitung setiap pengeluaran. Dengan keterbatasan yang ada juga membuat dia berpikir dulu kalau harus mengeluarkan biaya.

Kuliah di Fakultas Kehutanan UGM bagi Jokowi merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi dia, mengingat dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang turun temurun menggeluti perkayuan.

Seringkali banyak orang berpikir bahwa tokoh politik yang  menjadi aktivis pastilah ketika kuliah dia sudah terjun ke dunia politik. Tetapi dalam hal ini pengalaman Jokowi sangat berbeda. Ketika kuliah dulu, Jokowi lebih senang ikut kegiatan-kegiatan minat dan bakat seperti naik gunung dan sebagainya. Kegiatan mahasiswa  yang sering dia lakukan adalah  naik gunung, bertenda bersama teman-temannya dan bermain basket.

Jokowi, tumbuh dari masa kecil yang sederhana dengan ketekunan dan sikapnya yang pantang menyerah menghantarkan dia sekarang menjadi presiden terpilih Indonesia. Selamat bagi pak Jokowi, presiden terpilih Indonesia!

iin3Endah Caratri/Head Research of Vibiz Management Research/VM/BL

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x