Dieng Plateu, Dataran Tertinggi Kedua Dunia Setelah Nepal

(Business Lounge – Travel) – Dieng Plateau berada pada ketinggian 2093 mdpl., terletak di antara dua daerah kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Pemandangannya yang indah dari sejak dulu sudah menjadi pusat perkembangan kebudayaan di Indonesia. Sekitar akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, sudah banyak wisatawan berkunjung dan berwisata ke Dieng Plateau terutama Bangsa Belanda. Hingga kini Dieng Plateau menjadi tujuan wisata paling bergengsi di Indonesia.

Sunrise Dieng yang dapat dilihat dari Bukit Sikunir/ Sonang Elyas
Sunrise Dieng yang dapat dilihat dari Bukit Sikunir/ Sonang Elyas

Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dataran tertinggi di Indonesia dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (“embun racun”) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.

Perkebunan kentang Dieng yang mendapatkan prediket sebagai kentang terbaik di Indonesia/ Sonang Elyas
Perkebunan kentang Dieng yang mendapatkan prediket sebagai kentang terbaik di Indonesia/ Sonang Elyas

Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dahsyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya sampai sekarang masih relatif labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah. Beberapa bukti menunjukan hal tersebut adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.

Candi Dieng/ Sonang Elyas
Candi Dieng/ Sonang Elyas

Dataran tinggi ini adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Hal ini seperti kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.

Telaga Warna, salah satu pesona keindahan kawasan Dieng/ Sonang Elyas
Telaga Warna, salah satu pesona keindahan kawasan Dieng/ Sonang Elyas

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: “di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh. ‘Surga Dieng’ yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan ‘gunung kosmik’ Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.

Salah satu spot terindah melihat kawasan Dieng/ Sonang Elyas
Salah satu spot terindah melihat kawasan Dieng/ Sonang Elyas

Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari : Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.

Kolam permandian air panas Dieng/ Sonang Elyas
Kolam permandian air panas Dieng/ Sonang Elyas

Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata ‘Dieng’ yang dikatakan merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak merusak kehidupan manusia. Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara.

Anak kecil Dieng yang juga dapat dijumpai dengan rambut gimbalnya sedari kecil/ Sonang Elyas
Anak kecil Dieng yang juga dapat dijumpai dengan rambut gimbalnya sedari kecil/ Sonang Elyas

Dieng menjadi pilihan tepat untuk berlibur karena berbagai macam keunikan serta pesona keindahan yang disajikan secara alami.

Sonang Elyas/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x