Pemilu Yang Berlangsung di Afghanistan

(Business Lounge – World News) – Sekalipun pemilihan umum warga Afghanistan berlangsung di bawah ancaman serangan Taliban di beberapa tempat dan manipulasi kertas suara, tapi ternyata mereka datang berbondong-bondong ke bilik suara pada pemilihan umum negara itu untuk memilih penerus Presiden Hamid Karzai.

Jumlah para pemilih begitu tinggi di Kabul dan kota-kota besar lainnya seperti di selatan Afghanistan, Kandahar, dan Mazar-e-Sharif di utara. Sehingga membuat beberapa tempat pemungutan suara (TPS) sampai kehabisan kertas suara menjelang makan siang. Hal ini semakin memperlihatkan kedewasaan dalam berpolitik, kata Yusuf Nuristani warga Afghanistan, kepala Komisi Pemilihan Umum Independen Afghanistan (IEC).

Menurut IEC kira-kira ada sekitar 7 juta orang yang ikut terlibat dalam pemilu kali ini. Ternyata jumlah ini lebih banyak dari awal partisipan pemilu 2009 yang sebanyak 5,6 juta orang, menurut IEC. Angka akhir dalam pemilu itu berkurang jadi ke 4,6 juta orang setelah pengawas pemilu mendiskualifikasi suara-suara palsu.

Akibat dari kurangnya kertas suara ini membuat legitimasi pemilu kali ini diragukan karena banyak pemilih yang tidak bisa memilih. Seperti yang terjadi dii sekolah Paktiakot di timur Kabul, ratusan orang yang tidak bisa memberikan suaranya meluapkan kemarahan saat waktu pemungutan suara selesai.

Jika berhasil, pemilu kali inii akan menjadi transisi kekuasaan demokratis pertama dalam sejarah Afghanistan yang dipenuhi pertikaian. Ada beberapa hal yang bergantung pada hasil pemilu. Pemberian bantuan kemanusiaan, yang sangat diperlukan Afghanistan, akan ditentukan dari pemilu yang terlegitimasi. Apalagi mandat koalisi militer internasional – yang dipimpin Amerika Serikat – habis pada Desember mendatang.

Pemilu 2009 dinodai banyak ketidakjujuran. Pengawas pemilu Afghanistan saat itu mendiskualifikasi lebih dari sejuta suara yang sebagian besar memilih Karzai. IEC menentukan batasan 600 kertas suara di setiap TPS kali ini agar tidak terulang kembali kecurangan tersebut.

Tahun ini, tak satupun dari tiga calon presiden unggulan diperkirakan memperoleh suara mayoritas. Mereka adalah mantan petinggi Bank Dunia, Ashraf Ghani, dan dua mantan menteri luar negeri, Zalmai Rassoul dan Abdullah Abdullah. Hal ini membuka jalan bagi pemilu babak kedua bagi dua peraih suara yang paling banyak, mungkin pada akhir Mei atau awal Juni.

Beberapa serangan bom dan penembakan di Kabul jelang pemilu, telah dilakukan berkali-kali oleh Taliban agar pemilu tidak dapat berlangsung. Tapi aksi kekerasan itu tidak membuat warga berhenti untuk memilih, alaupun serangan dari pemberontak di seluruh Afghanistan terus datang pada Sabtu kemarin. Seperti contohnya Jamil, seorang pria berumur 51 tahun yang berprofesi sebagai pekerja di sebuah hotel, mengatakan bahwa ia tidak takut akan kondisi Pemilu yang ada apapun yang terjadi.

Rut Sinta/VM/BL

Editor : Fanya Jodie

Foto : Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x