Sandal Jepit Di Kaki Pemulung
Anak pemulung seperti sebuah pasukan besar yg mengelilingi kota dari pagi ke pagi silih berganti, pagi subuh bertemu dia , menjelang malam masih dia lagi dan bertemu pagi masih dia lagi dan … Seragamnya pun sama seragam sendal jepit.
Sendal jepit dikaki pamulung seperti mur bertemu dengan baut cocok dan tampak selaras saling mengikat dan kompak, namun sesungguhnya sandal jepit dikaki pemulung adalah seperti cuka yg disiram pada luka terinjak dan teraniaya.
Sesekali pemulung memandang sandal jepitnya sahabat sepanjang hari yang setia
benar..hatinya galau dan bertanya pada sandalnya mau kemana kita pergi sahabat?si sandal diam dan dia tidak dapat menjawab karena dia hanya mengikuti langkah pemulung, walaupun dalam hatinya dia berkata..
“Engkau mengatakan sahabat pada waktu menginjak aku.”
“Engkau katakan sahabat pada waktu menekan aku”
“habis-habisan ah…. “
“dasar si mulut besar !”
Engkau tdk lebih rendah dari aku si sandal jepit, karena engkau hanyalah orang yang berkeliaran sepanjang hari memunguti barang-barang bekas dan yang aku lihat engkau berjalan sambil mengobral janji bahwa besok….
besok…besok…besok
Kita tidak akan memulung lagi… Kita tidak akan memunguti barang-barang bekas lagi … Kita akan jadi orang kaya… Kita akan jadi makmur…
Kita akan.. Kita akan…
Wah, janjimu membuat aku melihat engkau sedang sakit..
sakit mimpi !
Engkau mimpi menjadi orang kaya ..engkau mimpi menjadi seseorang yang terpandang yah.. mimpi…
Sepanjang hari engkau bertemu dan bertemu lagi dengan pemulung-pemulung yang lainnya, dan herannya semua berbicara tentang mimpi sambil mengorek barang bekas disepanjang jalan dan entah mengapa perjumpaan dengan sesama pemulung ini seperti menyimpan bara api kemarahan mengherankan…….
Si sandal yg tertindas berpikir ” pemulung… pemulung engkau tidak lebih baik dari pada aku, engkau hanya seorang pemulung yang berkeliaran di jalanan yg bermimpi ingin menjadi penguasa, engkau tidak lebih miskin dari pada aku atau paling tidak aku lebih jujur ditindas dari pada engkau ingin menjadi seorang penguasa namun engkau tak lebih hanyalah pengumpul barang bekas si penindas dan bukan seperti perkataan janjimu …”
Pemulung… Pemulung aku kasihan padamu namun aku lebih kasihan lagi melihat banyaknya orang yang bukan pemulung namun percaya pada janjimu.
Jackie Ang/VM/BL