(Business Lounge – World News) Untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global, puluhan perusahaan blue-chip Jepang mengatakan bahwa mereka akan menaikkan gaji dasar untuk memperkuat rencana Perdana Menteri Shinzo Abe yang ingin menghentikan deflasi.
Sayangnya, tidak semua perusahaan masih mau mengikuti rencana Abe, banyak perusahaan kecil di Jepang tidak bisa melakukan itu, salah satunya adalah Seki Press. Presiden Seki, Masakatsu Seki, ia sebenarnya sangat ini menaikkan upah para pegawainya, namun hal itu baru bisa terwujud jika perusahaannya mampu mencatat kenaikkan penjualan dan keuntungan.
Tahun lalu, Abe sebenarnya sudah mulai melobi para pemimpin perusahaan untuk menaikkan gaji pegawainya. Langkah itu dianggap mengejutkan sebab jarang dilakukan oleh banyak pemimpin di dunia. Tetapi, hasilnya sangat memuaskan, sebab banyak perusahaan besar Jepang mau melaksanakan rencananya itu.
“Kami menyadari pentingnya peran perusahaan dalam perekonomian. Kami ingin ada menjadi pembuka jalan bagi perusahaan lain agar mau menaikan upah. Untuk Toyota sendiri, kami nakan menaikkan gaji sebesar 2,9 persen pada bulan April,” kata Naoki Miyazaki, direktur sumber daya manusia Toyota.
Hal yang sama juga akan dilakukan oleh Hitachi, di mana perusahaan akan menaikkan gaji pegawai sekitar USD 20 per bulan ditambah bonus. Namun, masih banyak perusahaan yang memasok komponen produk Hitachi belum mampu melakukan itu.
Hiroshi Akatsu, 33, managing director Akatsu Industry Co, yang memasok sekrup, baut, dan pengencang komponen untuk Hitachi, mengatakan perusahaannya tidak akan mampu melakukan kenaikan gaji.
“Jika kami menaikkan gaji dasar, maka kami akan mengalami kesulitan besar. Sebab kita sudah tidak bisa menurunkan gaji lagi,” kata Akatsu.
Di saat masalah kenaikan gaji belum sepenuhnya selesai, salah satu dari tiga rencana utama dari kebijakan ekonomi Abe (Abenomics) yaitu pelonggaran moneter untuk melemahkan rupanya sudah berhasil menaikkan laba banyak perusahaan di Jepang melalui penjualan di luar negeri. Sayangnya, lemahnya yen telah benar-benar merugikan banyak pemasok dari produsen yang membutuhkan banyak bahan baku impor.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Japan Chamber of Commerce and Industry kepada 3.000 perusahaan kecil di Jepang pada bulan Januari menemukan bahwa hanya seperlima perusahaan di Jepang yang merencanakan kenaikkan upah di tahun mendatang.
Hal ini pun menambah kekhawatiran akan kenaikan pajak konsumsi dari 5 persen menjadi 8 persen yang dilaksanakan pada 1 April mendatang dapat mengacaukan pertumbuhan ekonomi Jepang.
Kunio Maezawa, yang memiliki toko pakaian perempuan di pusat kota Hitachi, mengatakan ia berharap bisa melakukan peningkatan gaji bagi para pekerjanya meskipun sedikit.
“Asumsi saya adalah tidak akan ada perubahan sama sekali. Beberapa orang memiliki uang di bank, tetapi mereka tidak menghabiskannya karena ketidakpastian tentang masa depan,” kata Maezawa.
Dalam kebanyakan kasus, Maezawa mengatakan kenaikan gaji pokok dinilai akan banyak merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Karena itu, pengusaha Jepang lebih bersedia untuk menaikkan bonus, yang dapat dihentikan dengan lebih mudah pada saat-saat yang sulit.
Untuk menekan biaya, banyak perusahaan di jepang lebih memilih untuk banyak mempekerjakan tenaga kerja paruh waktu dan pekerja sementara. Sebab mereka tidak selalu mendapatkan kenaikan gaji kontrak.
Untuk mendorong perusahaan agar mau mengangkat upah minimum, Abe bersedia meringankan beban pajak mereka. Tingkat pajak perusahaan disebutkan akan jatuh ke posisi 35,64 persen dari 38,01 persen pada bulan April.
“Kami hanya melakukan hal kecil sebelum memulai rencana yang lebih besar, Perusahaan telah memberi respon yang melampaui harapan saya , ” kata Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari.
Nemi/Journalist VM/VBN
Editor: Rimba Laut
Pic : fukuokanow