Amerika Serikat dan Rusia Masih Perang Urat Syaraf

(Business Lounge – World Today) – Kondisi politik di Ukraina memang kini melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Setiap pihak dari masing-masing negara sepertinya tidak mau mengalah dan menunjukkan kekuatannya masing-masing. Sampai saat ini, Amerika Serikat (AS) masih terlibat perang urat syaraf dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan harapan  ia akan melepaskan Ukraina. Namun, tak ada bukti yang menunjukkan ia mau mengalah.

Vladimir Putin bersikeras menampik tuntutan Barat untuk menarik mundur pasukan. Pasukan Rusia yang menduduki pangkalan udara di Ukraina dilaporkan melepaskan tembakan peringatan pada pihak Ukraina dan menjadi penegas kemantapan niat Moskow.

“Kami berhak melakukan segala cara untuk melindungi” penduduk di kawasan itu, ujar Putin di hadapan wartawan.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengecam tindakan itu. “Ada keyakinan kuat bahwa tindakan Rusia melanggar hukum internasional,” ujarnya. “Presiden Putin sepertinya memiliki jajaran pengacara yang menghasilkan pelbagai penafsiran. Tapi, orang tak termakan [interpretasi itu].”

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dalam kunjungan mendadak ke Kiev menjanjikan bantuan senilai $1 miliar bagi pemerintahan baru Ukaina. Para pemimpin AS dan Eropa pun meningkatkan ancaman pemberian sanksi jika Moskow tak mulai menarik pasukan dari bekas negara sempalan Uni Soviet itu.

Putin mengatakan bahwa Rusia hanya mempertahankan fasilitas militer di Crimea seperti Armada Laut Hitam di tengah pergolakan politik Ukraina.

Ia tak melihat pentingnya mengirim pasukan lebih jauh ke wilayah Ukraina. Namun, menurutnya, Rusia berhak memakai kekuatan untuk melindungi kepentingannya. “Belum saatnya [Rusia mengirim pasukan ke Ukraina]. Namun, kemungkinan itu belum pupus,” ujarnya.

Di pihak lain, Obama menyinggung “pengerahan pasukan di Crimea” sebagai bukti bahwa Putin tak cuma memikirkan warga Rusia yang tinggal di Ukraina. Namun, Putin berupaya menanamkan pengaruhnya ke negara tetangga melalui kekerasan.”

Menurut Putin, pemimpin Ukraina yang baru digulingkan, Presiden Viktor Yanukovych, adalah satu-satunya pemimpin sah negeri itu. Ia menyebut pendudukan Crimea sebagai operasi keamanan yang legal.

Sementara itu, negara-negara Barat berupaya memberikan dukungannya pada pemerintahan sementara Kiev.

Menurut dua orang diplomat Uni Eropa, dikatakan bahwa Uni Eropa siap membekukan aset Yanukovych dan 17 pejabat lain pada hari Kamis.

Di lain pihak, raksasa gas Rusia, OAO Gazprom mengatakan akan menghentikan pengiriman gas berharga miring ke Ukraina mulai awal April. Keputusan itu menurut Putin didorong oleh kegagalan Ukraina melunasi tagihan. Pada saat bersamaan, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev memerintahkan kementerian keuangan Rusia menilik kemungkinan pemberian utang sebesar $2 miliar hingga $3 miliar kepada Ukraina agar negara tersebut dapat melunasi tagihan pengiriman gas.

Pemerintahan Barack Obama siap menjatuhkan sanksi finansial atas para pemimpin, perusahaan, dan pejabat militer Rusia jika Negeri Beruang Merah tak menarik pasukannya. Para pemimpin Eropa pun diminta untuk mengikuti langkah tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Putin mengatakan bahwa “pihak-pihak yang akan menjatuhkan sanksi atas Rusia harus memikirkan konsekuensinya. Saya kira sekarang, di dunia yang kian terhubung dan bergantung satu sama lain, kita bisa saling merusak. Namun, hal tersebut akan merugikan. Itu harus dipikirkan juga.”

(MX/FJ/BL-WSJ)

Foto : Antara