Ledakan Granat Tewaskan Seorang Wanita dan Dua Anak di Thailand

(Business Lounge – World Today) – Di tengah maraknya aksi demonstrasi di Thailand, tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat ledakan yang terjadi. Korban tersebut adalah seorang wanita dan dua orang anak-anak yang masih kecil.

Menurut laporan dari pihak kepolisian, ledakan yang terjadi di kawasan wisata dan perbelanjaan itu diduga berasal dari granat yang dilemparkan ke wilayah perkemahan para demonstran. Ledakan itu menewaskan perempuan berusia 40-an dan dua anak-anak yang masing-masing berumur 4 dan 6 tahun.

Peristiwa ledakan tersebut terjadi sehari setelah sejumlah penyerang tak dikenal yang menumpang pickup menembaki para demonstran di provinsi Trat yang berjarak 300 km dari Bangkok. Mereka melontarkan peledak ke arah kerumunan dan menewaskan seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Letnan polisi Thanabhum Newanit mengatakan serangan bertempat di sebuah pasar distrik Khao Saming.

Kebanyakan korban luka-luka adalah masyarakat yang tidak tergabung dalam aksi demonstrasi, termasuk dua orang anak yang terbunuh, yang salah satunya masih balita. Rekaman siaran televisi menunjukkan bangku-bangku terbalik dekat keranjang belanja, selongsong bertebaran, dan para korban menyesaki rumah sakit setempat.

Penembakan dan serangan bom mewarnai demonstrasi pada beberapa bulan terakhir di Thailand menyusul kian meningkatnya upaya massa memaksa pengunduran diri Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra.

Dengan semakin tuanya Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej–saat ini berusia 86 tahun–dan kian dekatnya ia ke akhir kekuasaan, para pengunjuk rasa mendesak berdirinya dewan non-pilihan untuk berkuasa dan membawa perubahan politik guna menangkal pengaruh Yingluck dan kakaknya, mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.

Kisruh di Thailand sampai  tiga bulan terakhir ini, telah mengakibatkan 18 orang tewas dalam aksi kekerasan. Namun, krisis politik yang berlangsung sepertinya tidak juga membuat Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra menjadi luluh. Yingluck tetap bersikeras menentang upaya pendongkelan dirinya dari kursi perdana menteri. Pada Kamis, ia mempertahankan program subsidi harga beras yang sejauh ini telah merugikan negara sebesar $8 miliar. Dalam pernyataan di akun resmi Facebook, ia mengatakan program itu tidak tersangkut korupsi. Menurutnya, subsidi itu dirancang untuk membuat hidup warga pinggiran menjadi lebih baik.

Banyak pihak mencemaskan reaksi gerakan massa “Kaos Merah” jika Yingluck mundur terutama setelah para demonstran antipemerintah berhasil menghalangi berjalannya pemilihan umum 2 Februari. Tidak jelas bagaimana nasib Thailand nantinya, namun yang jelas, krisis politik yang ada telah membuat kepercayaan bisnis di Thailand kian merosot.

(FJ/FJ/BL-WSJ)

Foto : WSJ

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x