(Business Lounge – World Today) – Demonstrasi Thailand sepertinya terus berlanjut. Para penggerak demonstrasi anti-pemerintah Thailand tengah mencari cara baru guna menyingkirkan Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra. Selasa silam, demonstran mengancam bakal menangkap sang pemimpin Thailand tersebut.
Pemimpin demonstran, Suthep Thaugsuban yang berusia 64 tahun, tampaknya sulit melakukan penahanan atau bahkan mendekati Yingluck. Apalagi, PM Thailand itu dikelilingi keamanan yang ketat. Yingluck, adik mantan PM Thailand terguling, Thaksin Shinawatra, sudah keluar dari rumahnya di luar kota Bangkok dan berpindah-pindah antara beberapa lokasi rahasia.
Oposisi mengancam akan menangkap Yingluck dan sejumlah pejabat, jika mereka tidak mengundurkan diri hingga akhir pekan ini. Ancaman ini menunjukkan penguatan intensitas kampanye demonstran, yang menuntut pembentukan pemerintahan baru. Demonstran terus maju lewat cara-cara yang sulit diduga dan berisiko secara nasional.
Suthep pada Senin menyerukan tuntutan akhir, yakni agar Yingluck mundur dari pemerintahan. Sepanjang hari itu, demonstran memblokir persimpangan di sekitar daerah pusat ekonomi Bangkok. Blokade berubah layaknya karnaval. Pesta jalanan ini bahkan dimeriahkan disc jockey (DJ), penyanyi rap, serta seniman lain.
Puluhan ribu orang bergabung dalam aksi blokade hari Senin. Sebagian besar mengenakan pakaian berwarna merah, putih, dan biru untuk mewakili bendera Thailand. Mereka membunyikan peluit, simbol kampanye lebih dari sebulan ini.
Demonstrasi hari Selasa juga diikuti banyak warga. Mereka mengaku cemas akan pengaruh Thaksin, pebisnis yang sempat memimpin Thailand. Ia dikudeta militer pada 2006. Thaksin kemudian lari dari Thailand, guna menghindari hukuman penjara akibat dakwaan korupsi.
Sebagian warga Thailand yakin bahwa Thaksin masih mengendalikan Bangkok dari tempat pengasingan. Karena itulah, demonstran ingin membentuk pemerintahan sementara untuk memberantas pengaruh klan Shinawatra.
Yingluck, 46 tahun, menampik tuduhan bahwa Thaksin menggunakan dirinya sebagai boneka, termasuk soal kebijakan ekonomi. Menurut Yingluck, kebijakan anggaran pemerintah dirancang untuk meningkatkan belanja konsumen di Thailand. Dengan begitu, ketergantungan Thailand akan ekspor dapat berkurang.
Demonstran beristirahat di jalanan Bangkok, Thailand, 14 Januari 2014.
Yingluck juga kukuh akan menggelar pemilihan umum, yang dijadwalkan 2 Februari mendatang. Berdasarkan hasil sementara jajak pendapat, Pheu Thai Party yang dipimpin Yingluck diperkirakan menang. Ia diprediksi menerima dukungan besar dari utara dan timur laut Thailand. Hasil sementara ini memperlihatkan perbedaan antara opini publik di Bangkok dan sebagian besar Thailand.
“Saya tidak mempertahankan kekuasaan guna menegaskan status quo,” papar Yingluck kepada reporter, Selasa. “Ini semua karena saya berusaha mengamalkan demokrasi yang dimiliki segenap rakyat Thailand.”
Beberapa lembaga konsultan risiko politik, seperti Eurasia Group berbasis New York, memperingatkan potensi penguatan protes dalam beberapa hari mendatang. Unjuk rasa, sebut mereka, “meningkatkan risiko bentrokan dengan kekerasan antara demonstran dan kelompok lain, terutama polisi yang pro-pendukung pemerintah.”
(FJ/FJ/BL-WSJ)
Foto : WSJ