(Business Lounge – World News) – Polisi bentrok dengan pengunjuk rasa di Bangkok. Sekitar 2.000 demonstran berkumpul di sekitar stadion olahraga yang menjadi tempat pengundian nomor kandidat dalam surat suara pemilu Februari mendatang.
Setidaknya 48 orang terluka, termasuk 3 anggota polisi. Pengunjuk rasa melempar batu dan petasan ke arah polisi sebagai upaya memasuki stadion. Sementara polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata. Bentrokan berlangsung selama 7 jam hari Kamis kemarin. Seorang polisi dilaporkan tewas di rumah sakit akibat tembakan di dada.
Pemimpin demonstran, Suthep Thaugsuban, pada Minggu berjanji akan terus mengejar Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra. Bahkan, katanya, hingga Yingluck meninggal atau mundur. Suthep memerintahkan pendukungnya memblokade pendaftaran kandidat Pemilu.
Di ujung tanduk kekalahan dalam Pemilu, Demokrat memutuskan untuk merebut kekuasaan dengan menjadikan Thailand sebagai negeri tak terpimpin. Perilaku ini adalah bentuk ketidaksetiaan oposisi terhadap negara. Demonstran mendeskripsikan pergerakan pengunjuk rasa yang semacam itu sebagai “pemberontakan.”
Di satu sisi, mereka menyerukan reformasi sistem reformasi. Di lain sisi, mereka menuntut kerajaan segera membentuk kepemimpinan baru, dan demokrasi mundur demi kepemimpinan kaum elite.
Komisi pemilu mendesak pemerintah untuk menunda pemilu yang dijadwalkan digelar tanggal 2 Februari. Dalam sebuah pernyataan, komisi mengimbau pemerintah untuk mempertimbangkan “penundaan pemilu,” karena tidak adanya “perdamaian” antara pemerintah dengan pengunjuk rasa.
Demonstran menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur sejak pertengahan Oktober lalu. Para pengunjuk rasa kebanyakan berasal dari warga kelas menengah dan elit Bangkok, serta pendukung oposisi dari bagian selatan Thailand.
Demokrat mengklaim keberadaan mereka untuk mewakili suara rakyat. Namun, pemimpin mereka bertekad merebut kembali kekuasaan, dengan atau tanpa dukungan mayoritas. Jika oposisi bertahan seperti itu, demokrasi Thailand akan terus menderita.
(ic/ic/bl)
Foto: Antara