Pop Culture Marketing
– Understanding and utilizing trendsetter culture
(Business Lounge – Marketing) – Pop culture merupakan gaya, style, ide, perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama ‘mainstream’, khususnya budaya Barat. Pop culture mulai dikenal pada awal abad ke 20. Dengan pengaruh besar dari media massa, maka pop culture ini sanggup menembus kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pop culture dalam marketing merupakan sebuah strategi yang ampuh untuk menarik perhatian dari pelanggan secara luas. Pada masa ini tidak ada yang lebih menarik bagi pelanggan Anda daripada melihat bintang pujaannya yang pada umumnya adalah selebriti / public figure. Mereka melihat bintang pujaannya melalui TV, newspaper, sosial media maupun internet. Semakin banyak pop culture yang kita temui dimasa ini dibandingkan pada waktu-waktu yang lalu. Karena itu maka banyak Brand/ Merek yang memanfaatkan para selebriti untuk mempromosikan produk dan layanan mereka.
Pop Culture is Market Driven
Pada kenyataannya budaya pop atau pop culture menyetir market yang ada pada masa ini. Dimana ada kumpulan manusia, disitu ada pop culture atau budaya pop. Hal ini tidak bisa dipungkiri. Meskipun di setiap tempat ada aspek-aspek yang unik tetapi budaya populer telah memfasilitasi pertumbuhan budaya global dan dapat menyentuh hampir semua kalangan masyarakat, sekolah, dan institusi sosial. Dengan adanya dorongan pasar yang demikian besar maka budaya pop menarik perhatian. Pop culture sebagai satu strategy dalam pemasaran saat ini banyak digunakan oleh para pengusaha untuk mempromosikan Brand mereka.
Target Market Yang Potensial
Seperti pada masa ini munculnya MTV dan Internet hal ini sangat mempengaruhi budaya kaum muda di seluruh dunia. Anak-anak maupun kaum muda merupakan target market yang sangat potensial di dunia ini. Sehingga segmen anak-anak dan anak muda merupakan sasaran / incaran dari semua pengusaha sebab segmen anak-anak dan remaja merupakan segmen pasar yang paling agresif. Segmen ini memiliki lebih banyak pendapatan dan pengaruh pembelian daripada kelompok usia lainnya. Untuk menarik mereka maka para pengusaha menggunakan startegy pop culture. Semua itu dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi nilai-nilai, sikap, dan perilaku mereka dalam mengembangkan loyalitas Brand. Para pengusaha menggunakan riset pasar untuk lebih memahami anak-anak dan kaum muda, sebab segmen ini merupakan segmen yang paling mudah dipengaruhi dibandingkan dengan segmen lainnya.
Selalu Tampil Up Date
Dalam upayanya untuk mempertahankan perhatian segmen anak-anak dan kaum muda, maka pop culture harus selalu tampil up date. Segala sesuatu yang baru dan menarik pada hari ini baik itu gaya, musik, ide, ikon akan menjadi tidak up date esok harinya. Pasar anak-anak dan anak muda dikondisikan untuk mencari segala yang baru dan segar. Untuk itu para pengusaha harus bisa mengidentifikasi nuansa dari budaya populer / pop culture yang unik untuk market / pasar mereka.
Pop Culture Dalam Dunia Fashion
Seperti kita ketahui Paris yang dikenal sebagai pusat Mode dunia dimana designer dari seluruh dunia mencari acuan untuk mode-mode terbaru dari kota Paris. Desainer-desainer top dunia telah sejak lama menemukan inspirasi dalam segala hal, mulai dari tas, pakaian, parfume, asesorie, jam tangan dll yang biasanya dipakai oleh kalangan atas di daerah perkotaan. Lebih mengagumkan lagi dimana para selebriti ataupun bintang Hollywood juga ikut menggunakan produk-produk dari Paris ini dan dampaknya sangat luarbiasa dimana para penggemarnya juga ingin mengikuti penampilan dari bintang pujaan mereka.
Kita dapat melihat contoh Pop culture dalam dunia fashion :
– Tahun 1950 : kaum muda menggandrungi jacket dan dasi dimana mereka melihat artis pujaan mereka menggunakannya yaitu James Dean dan rock star Elvis Presley.
– Tahun 1960 : hippie movement yang menginspirasikan anak-anak muda memiliki rambut panjang, celana dan jaket jeans, pernak-pernik, gelang tangan, dll
– Tahun 1970 bintang TV Charlie’s Angels Farrah Fawcett menciptakan satu model rambut yang disukai oleh anak-anak muda di masa itu yang dikenal sebagai “Farrah hair”.
– Tahun 1980 : MTV meluncurkan / launching pop star baru yaitu Madonna dimana Madonna pada dekade itu menjadi fashion trendsetter
– Tahun 2000 : segala mode yang lama, kuno atau old fashion menjadi baru lagi di tahun 2000 dimana Zooey Dechanel mempopulerkan gaya classic dari tahun 1960 dan 1980an
Pop culture dari industri mobil mewah Rolls Royce
Rolls Royce sering dipakai sebagai satu simbol pop culture dari kelompok high class, seperti :
– Di tahun 1931 artis terkenal Charlie Chaplin dalam filmnya City Lights terlihat mengemudi mobil Rolls Royce
– Sebuah group musik Scorpion menuliskan lirik lagunya, ‘Show me the white Rolls Royce in the rain”
– John Lennon membeli Phantom V berwarna hitam mengkilat pada tahun 1965, karena bosan maka dia merubah cat mobilnya dengan lukisan-lukisan
– Jay-Z seorang pop-superstar memberikan hadiah Rolls Royce seharga $1 milion kepada kekasihnya, Beyonce di ulang tahunnya ke 25
Dari sini kita dapat melihat bahwa untuk meraih pasar yang luas dan mendunia maka tidak ada yang lebih ampuh dibandingkan dengan popular culture marketing.
(Debbie Kusuma/IC/BL)
Debbie Kusuma : Praktisi Marketing dan Kontributor Folder Marketing di Businesslounge