Leaders Figure Series: Matsushita Konosuke, Pemimpin Yang Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan (1)

Business Lounge – Leadership) – Mungkin Anda sudah tau atau pernah mendengar tentang perusahan Matshushita Electric Industrial Company Ltd. Produk-produknya cukup dikenal luas di Indonesia, mulai dari peralatan elektronik rumah tangga hingga baterai. Perusahaan ini telah memiliki beberapa divisi dan produk antara lain, Panasonic, National (komponen elektronik rumah tangga, microchips, automotive, dsb), Quasar (broadcasting, perlengkapan audio video),Technics (perlengkapan audio), Ramsa (perlengkapan audio), dan Rasonic (peralatan elektronik rumah tangga khusus pasar China).

Meskipun pendiri perusahaan ini, Konosuke Matsushita telah meninggal, namun perusahaannya semakin tumbuh dan berkembang pesat. Begitu banyak tantangan dan hambatan yang dialami oleh Matsushita dalam membawa perusahaannya hingga menjadi perusahaan yang disegani saat ini.

Matsushita Electric Industrial Company Ltd (MEI) menempati urutan ke-59 deretan 500 Forbes Global 2007, dan masuk 20 teratas penjual semikonduktor dunia. Dengan pendapatan US$88,9 miliar (Rp801 triliun) dan 328.645 orang pegawai. Januari 2007 , MEI mengumumkan rencana perubahan nama korporat menjadi Panasonic Corporation per 1 Oktober 2007.

Latar Belakang Kehidupan
Konosuke Matsushita lahir pada tanggal 27 November 1894 di desa pertanian Wasa, provinsi Wakayama. Ia adalah anak lelaki ketiga dan yang termuda dari delapan bersaudara keluarga Masakuso, seorang petani penghasil padi dan isterinya Tokuwe, di pedesaan provinsi Wakayama, sebuah daerah sebelah Tenggara Osaka. Ayahnya seorang anggota dewan perwakilan setempat dan untuk sementara waktu pernah bekerja di berbagai kantor pemerintah desa.

Masa muda Konosuke dapat dilalui dengan baik. Dia sebetulnya putra seorang tuan tanah. Namun, harta keluarganya ludes karena keputusan investasi yang kurang cermat dari sang ayah dalam spekulasi perdagangan beras. Kerugian ini mengakibatkan ayahnya menjual semua harta bendanya. Konosuke lalu meninggalkan bangku pendidikan tanpa menyelesaikan bangku pendidikan dasar. Ayahnya lalu membuka sebuah toko alas kaki kayu dan usaha ini berkembang dengan lambat. Dalam usia 9 tahun Konosuke meninggalkan Sekolah Dasar, dan dengan sendirian pergi mencari penghidupan di Osaka. Disana dia menjadi seorang peserta latihan calon pegawai pada sebuah toko pengolah arang. Tahun 1905 dia pindah ketempat penjualan obral sepeda, dan berhasil menamatkan latihan kerja selama 6 tahun. Pada masa itu nasib seorang calon pegawai jauh daripada mudah. Sering kali mereka selama 6 tahun demikian menderita sehingga Konosuke pernah berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya. Tetapi oleh karena ingat kepada impian-impian ayahnya untuk mengembalikan kejayaan keluarga, dia tetap terus bekerja di toko sepeda.

Dalam tahun 1906, sebelum impian mereka menjadi kenyataan, Masakuso meninggal setelah lama menderita sakit. Dalam tahun-tahun sesudah kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tahun 1905, Konosuke ikut menyaksikan perubahan dramatik yang terjadi di kota Osaka. Lampu-lampu listrik jalanan mulai menggantikan lampu-lampu lama gas dan minyak. Gedung-gedung bergaya barat muncul di sana sini sepanjang jalan dan kereta-kereta yang digerakkan oleh tenaga listrik dijejali orang-orang yang bergelayutan sepanjang jalan-jalan utama.

Tertarik Pada Dunia Listrik – Memulai Usaha Sendiri
Perubahan ini menyebabkan Matsushita muda menjadi sangat tertarik dengan dunia listrik. Ia pun kemudian bekerja pada sebuah perusahaan listrik Osaka Electric Light Company. Kecerdasan dan kegigihannya dalam bekerja membuat Matsushita cepat tumbuh maju dan berkembang serta memberikan inovasi-inovasi baru dalam bidang listrik. Matsushita menikah pada 1915 dengan Mumeno Iue, dia lalu mendirikan pabrik peralatan listrik Matsushita tiga tahun kemudian.

Mula-mula, pabrik soket lampu listrik itu hanya diawaki tiga orang: dia sendiri, istri, dan adik iparnya, Toshio Iue. Tertatih-tatih dia membangun bisnis. Sempat nyaris tersungkur, hingga harus menggadaikan kimono sang istri untuk mendapatkan modal segar. “Itu tahun yang mencekam,” kenangnya.

Akhirnya Ia kemudian memutuskan untuk memulai usahanya sendiri di tahun 1917, dan pada tanggal 7 Maret 1918 Matsushita Electric Appliance Factory secara resmi dibuka. Perusahaan ini pun kemudian memproduksi plat-plat insulasi untuk kipas-kipas angin listrik dan juga memulai mengerjakan colokan adaptor untuk penggunaan rumah tangga. Analisanya yang tajam mengenai kebutuhan pasar di tahun 20-an membuatnya tertarik untuk memproduksi lampu sepeda berbaterai.

Di tahun-tahun berikutnya perusahaan Matsushita semakin berkembang dengan mulai memasuki bidang peralatan kabel-kabel, lampu-lampu sepeda, alat-alat pemanas listrik, radio, batu baterai kering dan sebagainya. Penemuan dan Analisanya yang tajam ini diimbangi pula oleh bakatnya berwiraswasta. Umpanya, dalam tahun-tahun yang sulit setelah perang dunia pertama ketika kredit diperketat dan banyak perusahaan menderita kerugian, Konosuke Matsushita memutuskan untuk membangun sebuah pabrik baru. Langkah yang berani ini memberikan motivasi dan ilham kepada karyawannya yang kemudian menghasilkan suatu pertumbuhan produksi yang tidak diduga.

Menjalankan Usaha Dengan Falsafah Yang Kuat
Mungkin Anda pernah mendengar mengenai nilai-nilai atau kredo di beberapa perusahaan yang memiliki budaya perusahaan yang kuat seperti Ritz Carlton , demikian juga MEI memiliki kredo yang merupakan bagian penting dalam meresapi nilai-nilai perusahaan ke dalam jiwa setiap karyawan. Menyakini bahwa kepemimpinan yang kuat setiap saat diperlukan dan dalam usaha menanamkan prinsip-prinsip yang akan menuntun kegiatan sehari-hari serta memberikan dorongan kepada setiap orang di perusahaan itu, dia menciptakan dalam bulan Juli tahun 1933, prinsip di bawah ini :

(1) Semangat pengabdian melalui perusahaan
(2) Semangat bersikap adil
(3) Semangat keselarasan dan kerja sama
(4) Semangat berjuang untuk kemajuan
(5) Semangat kesatria dan kerendahan hati
(6) Semangat persesuaian dengan alam
(7) Semangat bersyukur.

Setiap pagi para karyawan mengucapkan Tujuh Prinsip tersebut. Itulah nilai-nilai perusahaan yang dirumuskan mendiang Matsushita, sang pendiri. Mereka percaya akan kedahsyatan magic power of repetition. Dengan pengucapan setiap hari oleh semua pekerja, nilai-nilai itu diharapkan terjelma menjadi budaya perusahaan.

Matsushita memiliki falsafah usaha yang sungguh mengesankan. Beliau mengatakan ”Misi yang dipikul produsen adalah bagaimana mengatasi kemelaratan, bagaimana membebaskan masyarakat secara keseluruhan dari penderitaan, kemiskinan dan memberikan kepada masyarakat itu kemakmuran. Dunia usaha dan produksi tidak dimaksudkan hanya sekedar untuk memberi kekayaan kepada toko-toko atau kepada pabrik-pabrik milik perusahaan itu saja, tetapi juga membantu seluruh masyarakat. Masyarakat membutuhkan dinamisme dan vitalitas dunia usaha dan dunia industri untuk menunjang kemakmurannya. Hanya dengan persyaratan itulah berbagai usaha dan pabrik akan betul-betul bisa tumbuh.”

Misi sesungguhnya yang dipikul Matsushita Electric tidak lain daripada memproduksi kebutuhan akan barang-barang secara terus menerus dan dengan demikian menciptakan kedamaian serta k emakmuran bagi seluruh negara.

Matsushita tidak bermaksud hanya sekedar mengumumkan misi itu, dia juga menyatakan dua setengah abad mendatang ini akan merupakan masa pelaksanaan misi, dan dia membagi 250 tahun itu ke dalam 10 fase, yang setiap fasenya terdiri dari 25 tahun. Dia menyebutkan 10 tahun pertama dari tiap fase itu sebagai masa pembangunan, dasa warsa kedua sebagai masa penerapan dan 5 tahun terakhir sebagai masa penyempurnaan.

Dia juga mengingatkan kembali kepada karyawannya bahwa fase 25 tahun pertama ini kebetulan bersamaan pula de ngan masa karier mereka. Diapun menyatakan bahwa tanggal 5 Mei 1932 selanjutnya akan dirayakan sebagai hari yang sangat bersejarah bagi Matsushita Electric karena saat ini merupakan awal dari misi perusahaannya dalam mengabdi masyarakat. Oleh karena itu, walaupun perusahaan sesungguhnya didirikan pada tanggal 7 Maret 1918, setiap tahun mereka merayakan ulang tahun pendirian perusahaan pada tanggal 5 Mei. Sejak tanggal 5 Mei 1984 perusahaan memasuki fase ketiga dalam langkahnya menuju penyempurnaan misi kolektif.

Sejak tahun 1932 perusahaan mencapai kedewasaan yang mengesankan. Konosuke Matsushita telah berusaha mengukuhkan rasa kebersamaan dalam memikul misi dikalangan stafnya, dan menjadikan sikap demikian itu suatu unsur kreatif dan permanen di dalam riwayat perjuangan perusahaan.

NS/RP/tml

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x