(themanagerslounge-Inspiration), “Dengan segenap kekuatan yang ada akhirnya sampai juga di pos terakhir sebelum puncak, yaitu Stella Point (never ending road) Kilimanjaro dengan ketinggian 5720 meter. Nafas sudah mulai terasa berat sekali, pandangan mulai berkurang, Saya berpikir, cukup sudah sampai di sini saja. Namun saat itu terdengar seruan rekan saya Djani, “ayo djo, tinggal 200 meter lagi”. Pernyataan Djani membangkitkan saya. Dari kejauhan tampak Uhuru Peak, puncak Kilimanjaro. Suatu kekuatan baru muncul dalam diri saya, “ya itulah puncak yang akan saya tuju, saya pasti bisa mencapainya”
Itulah tekad dan semangat pantang menyerah Rahardjo S. Unggul. Bersama rekan-rekannya Agus Radjani Panjaitan (Djani) dan Nizar, para alumni FE UI angkatan 1978 yang juga anggota Mapala UI, akhirnya mereka berhasil mencapai puncak Gunung Kilimanjaro Uhuru Peak, Tanzania, Afrika, di ketinggian 5.895 meter di atas permukaan laut pada tanggal 22 Oktober 2011.
Sungguh suatu prestasi yang mengagumkan. Ditambah lagi dengan satu kenyataan bahwa mereka adalah tim pendaki Indonesia pertama yang berhasil mencapai pendakian puncak (summit) dari Machame Route yang merupakan salah satu rute pendakian terberat ke Puncak Uhuru. Pencapaian ini dinyatakan oleh biro perjalanan petulangan di Afrika yang bernama Focus in Africa.
Rangkaian perjalanan yang dimulai sejak Jumat, 14 Oktober 2011 tersebut bukan perjalanan yang mudah, tetapi dengan tekad untuk sampai ke puncak maka kesulitan seperti apapun mereka hadapi hingga target dicapai. Terbukti mereka berhasil mencapai puncak sekalipun salah satu rekan mereka, Manogari Siahaan (Manung) terpaksa harus turun dari ketinggian 5013 karena terserang acute mountain sickness (AMS).
Tekad dan Tujuan
Keberhasilan mencapai puncak Gunung Kilimanjaro Uhuru Peak bukan tercapai begitu saja. Ada proses yang menyertai keberhasilan tersebut. Ada tekad untuk terus maju, itulah kuncinya.
Jika kita melihat kembali ke belakang, para pendaki ini adalah pecinta alam yang telah memulai kisah petualangan mereka saat masih kuliah dulu. Setelah lulus, bekerja dan menjadi mapan, mereka pun sepakat untuk naik gunung lagi. Di tahun 2006 mereka memulai kembali aktivitas naik gunung walau hanya yang berada di Indonesia saja dan hanya gunung-gunung tipe weekender seperti gunung Pangrango , gunung Salak atau gunung Gede. Saat itu usia mereka rata-rata mencapai 46 tahun. Tak berhenti disitu, gelora jiwa muda mereka membawa mereka pada satu keputusan berani yaitu pada Oktober 2009 mereka merencanakan perjalanan ke Himalaya-Mount Everest Base Camp yang memiliki ketinggian 1500 meter. Perjalanan mereka berhasil. Dengan jumlah tim sebanyak 10 orang mereka tiba di tujuan dengan selamat.
Maka dari suatu tekad yang kuat inilah dibuat suatu fokus tujuan yaitu mencapai puncak Gunung Kilimanjaro Uhuru Peak, Tanzania, Afrika, dengan ketinggian 5.895 meter.
Bertambahnya usia bukan menjadi halangan untuk maju. Justru mereka menyadari betapa pentingnya memiliki kesehatan dan kebugaran, sekalipun usia sudah mencapai setengah abad lebih. Dengan melakukan exercise yang rutin, menjaga pola hidup harian yang sehat dan pola makan yang benar, terus dilakukan, karena bagi mereka hal itulah yang menjadi persiapan dasar mereka melakukan aktifitas hidup apapun termasuk pendakian gunung.
Persiapan Penting : Mental dan Pikiran
Adalah baik mempersiapkan diri, khususnya dalam proses pendakian gunung tinggi sangat memerlukan ketahanan fisik yang prima. Namun hal tersebut dapat dilatih dan disiapkan dengan latihan dan menjaga pola makan yang sehat. Jadi memang persiapan fisik sangat penting. Namun bagi para pendaki gunung, ada satu hal yang ternyata sangat penting yaitu petingnya memiliki kekuatan mental.
Kembali Djani mencontohkan, jika Rahardjo berhenti dan menyerah pada saat mencapai Stella Point (never ending road) Kilimanjaro, maka pasti tidak akan mencapai puncak. Tapi kekuatan mental dan pikiran menimbulkan kekuatan fisik baru untuk mencapai tujuan.
Dengan kata lain jika Rahardjo berpikir dia berhenti saja dan tidak meneruskan, maka hanya sampai di situ saja. Tapi saat Rahardjo berpikir pasti akan bisa sampai ke puncak, maka keberhasilan terjadi. “Latihan rutin memang harus dilakukan tapi menyiapkan kondisi batin serta menguasai pikiran untuk tetap fokus pada target adalah kunci keberhasilan”, Rahardjo menambahkan.
Siapapun Bisa
“Kalau kami bisa, maka siapapun bisa mencapai puncak Kilimanjaro”, Rahardjo dan Djani sepakat akan hal itu.Kembali mereka menekankan dengan memiliki tekad dan tujuan, ditambah dengan persiapan yang matang baik fisik dan mental, maka siapapun bisa melakukannya.
Dalam pengalaman mereka mendaki puncak gunung, pernah mereka bertemu dengan rombongan ibu-ibu tua atau oma-oma yang juga melakukan pendakian. Artinya siapapun melakukannya pasti bisa.
Apalagi bagi generasi muda. Justru dengan motto mereka “Fit at Fifty”, mereka hendak membagikan bahwa sekalipun usia mereka sudah menjelang senja namun dengan semangat dan latihan yang terus menerus serta kesiapan mental maka puncak gunung setinggi apapun dapat ditaklukan.
(The Manager’s Lounge-AS/IK/TML)