(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Sektor outsourcing di India, yang pernah menjadi daya tarik bagi investor, kelihatannya akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan yang lemah di Amerika Serikat, dimana merupakan tempat industri ini mayoritas melakukan bisnisnya, dan juga perlambatan pertumbuhan ekonomi global, telah menurunkan jumlah pemesanan ke angka yang sangat kecil.
Namun, N. Chandrasekaran, chief executive dan sekaligus managing director dari Tata Consultancy Services Ltd., perusahaan outsource terbesar di India berdasarkan nilai penjualan, memiliki pendapat yang cukup berlawanan dan mengemukakan bahwa bisnis ini baik-baik saja. Perusahaan ini yang merupakan anak perusahaan konglomerat Tata Group, membukukan pendapatan sebesar $10,17 milyar, atau naik sekitar 24% dari tahun sebelumnya, dengan laba bersih sekitar $2,2 milyar, atau naik 16%.
CEO yang telah berumur 48 tahun ini berbincang dengan Mega Bahree di Mumbai mengenai apa strategi selanjutnya dari TCS, mengapa dia berpendapat akan terjadi bullish di Amerika Serikat dan Eropa, dan bagaimana dia menjaga dirinya sendiri dan karyawannya agar tetap fit.
WSJ : TCS adalah perusahaan India pertama yang bergerak di sektor informasi teknologi yang berhasil menembus angka penjualan sebesar $10 milyar. Apa yang akan menjadi penggerak pertumbuhan perusahaan di masa mendatang?
Mr. Chandrasekaran : Di satu sisi, ini merupakan tonggak yang cukup besar bagi kami, sebuah prestasi yang sangat baik. Namun bila kita melihat pada skala industri secara keseluruhan, pencapaian ini masih tetap kecil. Industri ini sangatlah besar, lebih dari satu triliun dolar yang dihabiskan, jadi meskipun $10 milyar kelihatannya merupakan angka yang besar, namun dari sudut pandang market share angka tersebut masihlah kecil. Kami memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan. Kami beroperasi di banyak pasar dan adopsi teknologi di setiap pasar tersebut juga sedang bertumbuh.
WSJ : Pasar mana sajakah yang berkinerja baik dan dimana Anda meilhat tantangannya?
Mr. Chandrasekaran : Pasar seperti Amerika Serikat dan Inggris selalu berkinerja baik. Eropa bergerak cukup mixed, namun mulai menunjukkan tanda pertumbuhan. Di Asia, Australia selalu berkinerja baik. Kami sekarang sedang berinvestasi pada banyak pasar yang tidak berbicara dalam bahasa Inggris untuk beberapa tahun. Kita ambil contoh Amerika Latin. Pasar ini meyumbang $300 juta untuk bisnis kami. Kami telah banyak melakukan kerja keras, kami telah meninggalkan jejak kaki yang besar sekarang. Kami beroperasi di delapan negara, memiliki 8.000 pekerja lokal. Jadi sekarang kami akan memulai pertumbuhan di sana.
WSJ : Yang mana yang merupakan pasar yang paling menantang?
Mr. Chandrasekaran : China adalah negara yang sulit untuk ditembus. Ini karena kendala bahasa dan bisnis model yang kurang tepat. Ketika kami masuk ke China, kami mencari tiga hal – dari sudut pandang multinasional, karena semua klien multinasional kami ingin berekpansi ke Asia dan China, sehingga kami harus memberikan dukungan kepada mereka; China yang merupakan platform alternatif bagi India; dan China untuk China. Dalam kategori yang terakhir, kami hanya membuat sedikit kemajuan dan ini karena natur dari pasar itu sendiri, yang berarti struktur biaya dan basis sumber daya. China bukanlah sebuah pasar tunggal. Ada banyak sekali provinsi yang berbeda-beda, orang-orang tidak akan berpindah dengan sangat mudah. India, di sisi lain, adalah sebuah pasar tunggal. China juga memiliki pengeluaran pemerintah yang lebih besar pada perusahaan negara dibandingkan dengan perusahaan swasta.
WSJ : Kompetitor Anda berpendapat bahwa ada perlambatan yang terjadi di Amerika Serikat. Bagaimana Anda melihat ini?
Mr. Chandrasekaran : Jika Anda melihat pada perspektif tahunan, kami memiliki kinerja yang baik di Amerika Serikat, dan bila dilihat pada perspektif kuartalan, kami melakukannya bahkan dengan lebih baik. Di Eropa, juga, buku pemesanan dan tanda tangan persetujuan sangat baik pada sembilan bulan terakhir. Dan kita sedang mengarah pada tanda tangan kontrak yang lebih banyak lagi dalam kuartal berikutnya di Amerika Serikat maupun Eropa. Perhatian utama kita tentunya adalah apakah Amerika Serikat atau Eropa akan mengering? Jawaban saya adalah tidak.
WSJ : Rekan Anda mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang mengalami masalah. Anda berkata bahwa tidak ada perlambatan. Bagaimana mungkin Anda tidak mampu melihat hal tersebut?
Mr. Chandrasekaran : Setiap orang mengerti bahwa ada masalah secara makro. Dan jika hal itu situasinya, orang-orang tetap saja harus berfungsi. Klien saya adalah sama seperti saya – semua bisnis mencoba untuk mengoptimisasi diri mereka dan mencoba untuk bertumbuh dan rencana tersebut harus dilakukan dalam konteks ketidakpastian secara makro. Pertandingan ini telah dimainkan, pitch-nya cukup buruk, namun permainan ini tetap berlanjut. Anda pergi kesana dan bermain dengan berbeda ketika Anda tahu bahwa situasinya sedang buruk.
WSJ : Ada sebuah impresi di Amerika Serikat bahwa pekerja IT asal India sedang mengambil alih pekerjaan orang Amerika, dan salah satu respon politis terhadap hal tersebut adalah dengan menaikkan ongkos untuk persetujuan kerja, yang dikenal sebagai visa H1-B; yang lain mungkin akan melewati proses yang lebih rumit lagi. Dengan semakin dekatnya pemilihan umun di Amerika Serikat, apakah anda memperhatikan bahwa pertanyaan retoris seputar visa H1-B akan menjadi semakin ramai?
Mr. Chandrasekaran : Apakah Anda menyebutnya retoris atau apakah Anda menyebutnya sebagai sebuah kesulitan untuk mendapatkan visa atau Anda menyebutnya sebagai antisentiment, hal ini sudah ada sebelumnya, dan alasan fundamental dibaliknya adalah tingkat pengangguran di Amerika Serikat. Sepanjang jumlah pengangguran semakin meningkat, Anda akan tetap melihat reaksi setiap orang dalam bentuk ini. Merupakan keinginan setiap orang untuk bekerja. Setiap orang harus mealakukan usaha itu untuk generasi pekerja, termasuk juga kita.
WSJ : Berapa banyak pendapatan Anda yang berasal dari Asia?
Mr. Chandrasekaran : India sebesar 8,5% dan negara-negara Asia lainnya sebesar 7,7%. Masalah yang sering saya hadapi di negara-negara berkembang adalah proporsi diskresioner dari pendapatan jumlahnya lebih tinggi dari proporsinya secara anuitas. Saya perlu mendapatkan campuran tersebut dengan tepat dan hal tersebut hanya akan terjadi dalam satu skala ukuran. Artinya, agar mampu bertumbuh tahun depan dalam area yang sama, saya harus bekerja dengan keras. Masalahnya adalah proses adopsi IT di Asia terjadi lebih terlambat. Klien tidak akan berkomitmen dalam jangka waktu yang lama, mereka ingin mencoba proyek untuk dimulai.
WSJ : Apakah Anda secara mencari perusahaan untuk diakuisisi?
Mr. Chandrasekaran : Kami akan membeli, namun tidak murni untuk tujuan pendapatan. Kami akan membeli untuk tujuan yang strategis, dalam sebuah sektor datau sebuah pasar. Kami tidak begitu tertarik membeli perusahaan di pasar yang kecil. Kami mencari perusahaan di Eropa dan Jepang, dan pada industri-industri seperti produk kesehatan dan area-area teknologi terbaru seperti smart mobile dan data cloud.
WSJ : Apa yang Anda lakukan ketika sedang tidak bekerja?
Mr. Chandrasekaran : Saya ikut berlari pada Boston Marathon pada tanggal 17 April. Saya telah terlatih untuk berlari pada suhu 10 derajat celcius, namun kenyataannya di lapangan pada saai itu adalah 30 derajat celcius, dan hal tersebut sangat membuat saya dehidrasi. Saya memulai sebuah program di TCS yang dikenal dengan Fit For Life. Empat sampai dengan lima orang di perusahaan akan membentuk sebuah tim dan berkomitmen untuk berlari dengan jarak tertentu, dengan dilengkapi teknologi canggih untuk mengukurnya. Target mula-mula adalah berlari 1,5 juta mil dan kami akan menyumbangkan uang tersebut untuk amal. Setiap orang di perusahaan ini pasti berlari. Saya melakukan lari maraton di New York, Chicago, Bombay, Boston. Saya akan melakukannya di London tahun depan, saya juga berencana untuk mendaki Himalaya. Saya memiliki beberapa teman, dan saya berpergian dengan mereka dan juga dengan istri saya, dan anak lelaki saya yang berumur 14 tahun.
Editor’s Notes :
Hal yang menarik dari diri CEO TCS, Mr. Chandrasekaran ini adalah tidak terpaku dengan kondisi yang ada dan terbawa oleh kondisi tersebut. Mr. Chandrasekaran mengatakan bahwa perusahaannya tetap bertumbuh di tengah situasi kondisi makro global yang semakin memburuk tidak lain dan tidak bukan adalah karena mereka melakukan bisnis ini dengan berbeda sehingga tidak terbawa arus mainstream kondisi ekonomi global. Menurutnya, industri ini adalah selayaknya sebuah permainan yang telah berlangsung buruk, dan tidak ada kesempatan untuk menghentikannya, sehingga salah satu cara agar mampu bertahan adalah memainkannya dengan berbeda.
(Darwin Huang/AA/TML)