(Business Lounge Journal – Finance)
Tagihan kartu kredit biasanya datang di akhir Januari. Dan di situlah momen yang sering membuat panik dimulai. Belanja hadiah mendadak, makan malam yang “sekali-sekali saja”, hingga belanja online tanpa terasa—semuanya menumpuk menjadi angka yang bikin kaget.
Jika kamu mengalaminya, kamu tidak sendirian.
Survei terbaru menunjukkan hampir setengah orang yang berbelanja di musim liburan harus berutang, dan sebagian besar mengandalkan kartu kredit. Bahkan, lebih dari separuh mengaku tidak bisa langsung melunasi tagihan, dan sebagian lainnya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membayarnya. Situasi ini umum terjadi, bukan kegagalan pribadi.
Jalan keluar dari utang liburan tidak selalu dimulai dari tabel anggaran, tetapi dari pola pikir tentang uang. Berikut tujuh cara sederhana untuk mengatur ulang mindset keuangan setelah musim liburan.
1. Jangan menghindari tagihan
Mengabaikan tagihan adalah kesalahan terbesar. Bunga akan terus berjalan, dan masalah akan membesar tanpa disadari.
Hadapi angka-angkanya sekarang. Buka laporan kartu kredit atau rekening bank, hitung total utang, lalu buat rencana pembayaran sesegera mungkin. Semakin cepat kamu mulai, semakin kecil bunga yang harus dibayar.
2. Buat progres yang bisa dilihat
Utang terasa berat karena tidak terlihat ujungnya. Coba ubah proses pelunasan menjadi sesuatu yang visual. Misalnya, buat grafik sederhana atau “termometer utang” yang bisa diwarnai setiap kali saldo berkurang. Libatkan pasangan atau keluarga agar prosesnya terasa seperti proyek bersama, bukan beban pribadi.
3. Ubah cara pandang terhadap utang
Daripada melihat pembayaran utang sebagai hukuman, hubungkan dengan hal positif yang pernah kamu dapatkan. Setiap cicilan bisa diingat sebagai biaya dari kebersamaan, hadiah bermakna, atau pengalaman berharga. Ini bukan berarti pemborosan dibenarkan, tetapi cara ini membantu membuat proses pelunasan terasa lebih manusiawi dan berkelanjutan.
4. Buat “rencana iya”, bukan sekadar anggaran
Kata “anggaran” sering terdengar membatasi, seperti diet yang penuh larangan. Sebagai gantinya, buat rencana iya. Tentukan hal-hal keuangan yang ingin kamu setujui: melunasi kartu kredit, menabung dana darurat, atau menyiapkan dana liburan tanpa utang. Saat tergoda belanja, tanyakan pada diri sendiri: apakah ini termasuk rencana iya saya?
Dengan begitu, mengatakan “tidak” pada hal lain terasa lebih mudah.
5. Mulai menabung untuk liburan dari sekarang
Banyak orang memperlakukan liburan seperti kejutan mendadak, padahal seharusnya direncanakan jauh-jauh hari. Jika liburan penting bagimu, buat tabungan khusus sejak Januari. Tentukan target belanja akhir tahun, lalu bagi ke dalam tabungan bulanan. Nominal kecil tapi rutin jauh lebih efektif dibanding panik di bulan Desember.
6. Tinjau ulang tradisi dengan sadar
Tidak semua tradisi harus dipertahankan apa adanya. Membicarakan kondisi keuangan secara jujur justru bisa mendekatkan keluarga. Pertimbangkan merayakan dengan pengalaman bersama, surat tulisan tangan, hadiah buatan sendiri, atau waktu berkualitas—bukan selalu barang. Ingat, mengatakan “tidak” itu sah, dan kamu tetap bisa hadir tanpa harus memaksakan diri secara finansial.
Ingat: utang bukan kondisi permanen
Keluar dari siklus utang membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi. Kamu bisa mencari partner akuntabilitas, berdiskusi terbuka dengan pasangan, atau bahkan berkonsultasi dengan ahli keuangan jika perlu. Yang terpenting, kondisi keuangan hari ini bukan akhir cerita. Kamu punya kendali, punya pilihan, dan keadaan bisa berubah jika kamu mulai melangkah dengan sadar.

