(Business Lounge – Global News) Sebuah ledakan roket SpaceX pada Januari lalu membuka kembali pertanyaan lama tentang bagaimana industri peluncuran luar angkasa yang berkembang pesat berinteraksi dengan keselamatan penerbangan sipil. Dalam insiden tersebut, setidaknya tiga pesawat komersial dilaporkan terbang melintasi wilayah larangan terbang sementara ketika pengendali lalu lintas udara berupaya cepat mengalihkan jalur pesawat untuk menghindari potensi bahaya dari puing roket. Peristiwa ini terjadi di tengah keputusan otoritas federal AS untuk menghentikan peninjauan internal terkait risiko jatuhnya puing peluncuran terhadap penerbangan.
Ledakan itu terjadi tak lama setelah roket SpaceX mengalami kegagalan dalam salah satu fase penerbangannya. Puing-puing dilaporkan jatuh di area luas, memicu aktivasi zona larangan terbang sementara yang biasanya digunakan untuk melindungi pesawat sipil dari risiko tabrakan dengan serpihan berkecepatan tinggi. Namun, dalam praktiknya, penerapan zona tersebut tidak sepenuhnya steril. Tiga pesawat diketahui tetap melintas di wilayah itu, sebuah fakta yang menyoroti betapa tipisnya margin keselamatan ketika lalu lintas udara dan aktivitas peluncuran roket berbagi ruang udara yang sama.
Pengendali lalu lintas udara berada di garis depan respons darurat tersebut. Dalam hitungan menit, mereka harus menilai ancaman yang belum sepenuhnya jelas, menentukan jalur alternatif, dan berkomunikasi dengan pilot yang mengoperasikan pesawat penuh penumpang. Meski tidak ada laporan cedera atau kerusakan pesawat, insiden ini dipandang sebagai peringatan keras mengenai kompleksitas koordinasi antara industri antariksa dan sistem penerbangan sipil yang sudah padat.
Yang memperumit situasi adalah keputusan pejabat federal untuk menghentikan sebuah tinjauan internal yang sebelumnya ditujukan untuk menilai risiko puing roket terhadap penerbangan komersial. Peninjauan tersebut seharusnya menjadi dasar pembaruan protokol keselamatan, terutama mengingat frekuensi peluncuran yang meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. SpaceX, sebagai pemain dominan dengan jadwal peluncuran yang sangat agresif, berada di pusat perhatian dalam perdebatan ini.
Dalam satu dekade terakhir, jumlah peluncuran roket dari wilayah AS melonjak tajam, didorong oleh permintaan satelit komunikasi, layanan internet orbit rendah, dan misi eksplorasi. Setiap peluncuran membawa potensi risiko kegagalan, dan ketika kegagalan terjadi, puing dapat tersebar di area yang sulit diprediksi. Bagi regulator penerbangan, tantangannya adalah menyeimbangkan dukungan terhadap inovasi teknologi dengan kewajiban menjaga keselamatan jutaan penumpang udara.
Kritik terhadap penghentian tinjauan internal muncul dari kalangan analis keselamatan dan mantan pejabat penerbangan. Mereka menilai bahwa menghentikan evaluasi justru memperbesar celah dalam pemahaman risiko, terutama saat lalu lintas udara global terus pulih dan tumbuh pascapandemi. Dalam konteks ini, satu insiden tanpa korban tidak serta-merta berarti sistem bekerja sempurna, melainkan bisa menjadi keberuntungan semata.
SpaceX sendiri memiliki rekam jejak inovasi yang mengesankan, termasuk pengembangan roket yang dapat digunakan kembali dan penurunan biaya peluncuran secara signifikan. Namun, kecepatan inovasi sering kali melampaui kerangka regulasi yang ada. Ledakan Januari itu menunjukkan bahwa integrasi antara jadwal peluncuran roket dan manajemen ruang udara masih menyisakan ruang perbaikan yang substansial.
Bagi industri penerbangan, insiden ini mempertegas pentingnya transparansi dan koordinasi lintas lembaga. Informasi tentang lintasan puing, probabilitas kegagalan, dan waktu respons harus dibagikan secara real time agar pengendali lalu lintas udara dapat mengambil keputusan yang tepat. Tanpa mekanisme ini, setiap peluncuran berisiko menciptakan titik buta dalam sistem keselamatan penerbangan.
Peristiwa tersebut juga berpotensi memengaruhi persepsi publik. Kepercayaan penumpang terhadap keselamatan penerbangan sipil merupakan aset yang dibangun selama puluhan tahun melalui standar ketat dan pengawasan berlapis. Setiap indikasi bahwa pesawat komersial berada dalam bahaya akibat aktivitas lain di ruang udara dapat memicu kekhawatiran yang lebih luas, bahkan jika probabilitas kejadiannya rendah.
Ledakan roket SpaceX di Januari bukan sekadar kegagalan teknis, melainkan cermin dari tantangan struktural yang muncul ketika dua industri berisiko tinggi beroperasi dalam ruang yang sama. Tanpa pembaruan kebijakan berbasis data dan evaluasi risiko yang berkelanjutan, ketegangan antara dorongan inovasi dan tuntutan keselamatan berpotensi semakin tajam seiring meningkatnya ambisi manusia menembus batas angkasa.

