KKR

KKR Tumbuh di Tengah Lesunya Industri Private Equity Global

(Business Lounge – Global News) Perusahaan investasi global KKR & Co. berhasil membukukan hasil yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal ketiga, sekaligus menantang tren pelemahan yang melanda industri private equity secara global. Di saat banyak manajer dana menghadapi kesulitan dalam menggalang modal baru akibat suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi, KKR justru mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas investasi dan nilai aset kelolaan.

Seperti dilaporkan Bloomberg dan The Wall Street Journal, total aset kelolaan (AUM) KKR naik menjadi lebih dari $580 miliar, didorong oleh arus masuk dana baru senilai sekitar $20 miliar dalam tiga bulan terakhir. Kenaikan ini menandai keberhasilan KKR dalam menarik minat investor institusional besar seperti dana pensiun dan sovereign wealth fund, yang melihat peluang jangka panjang di tengah gejolak pasar.

Dalam pernyataan resminya, Co-CEO Joseph Bae menyebut bahwa hasil kuartal ketiga “mencerminkan ketahanan model bisnis KKR di berbagai siklus pasar.” Ia menambahkan bahwa perusahaan berhasil menjaga momentum di sektor-sektor nontradisional seperti kredit swasta, infrastruktur, dan real estate, yang kini menjadi pilar utama pertumbuhan setelah pembiayaan leveraged buyout (LBO) melambat tajam.

Menurut analisis Financial Times, keberhasilan KKR juga menunjukkan pergeseran strategi yang lebih terukur dibandingkan masa lalu. Jika sebelumnya private equity dikenal karena akuisisi besar dengan pembiayaan utang tinggi, kini banyak perusahaan investasi besar seperti KKR mengandalkan diversifikasi portofolio dan pengelolaan aset jangka panjang. “Mereka tidak lagi sekadar pembeli bisnis,” tulis FT, “tetapi pengelola aset global dengan pendekatan seperti perusahaan investasi multifaset.”

KKR melaporkan laba bersih sebesar $792 juta pada kuartal ketiga, naik 9% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh unit kredit dan asuransi, yang menunjukkan peningkatan permintaan dari investor yang mencari imbal hasil tetap di tengah volatilitas pasar saham.

Sementara itu, rekan-rekan industrinya seperti Blackstone dan Apollo Global Management melaporkan perlambatan penggalangan dana. Menurut data Preqin, total dana private equity global yang berhasil dihimpun pada tahun ini turun sekitar 28% dibanding tahun lalu—level terendah sejak 2017. Namun KKR tampak menjadi pengecualian, dengan kepercayaan investor tetap tinggi berkat reputasi manajemen yang disiplin dan transparansi kinerja yang kuat.

Analis dari Reuters menilai bahwa strategi KKR untuk memperluas eksposur pada investasi alternatif—terutama infrastruktur energi dan digital—memberikan keuntungan kompetitif. Pada kuartal ini, perusahaan menutup kesepakatan investasi senilai $2,3 miliar di sektor pusat data di Asia dan $1,5 miliar dalam proyek energi terbarukan di Eropa. Langkah ini tidak hanya memperkuat portofolio berkelanjutan, tetapi juga memanfaatkan tren pertumbuhan jangka panjang di sektor teknologi dan transisi energi.

KKR juga memperkuat kemitraan dengan lembaga asuransi melalui Global Atlantic Financial Group, unit yang mereka akuisisi pada 2021. Unit tersebut kini menyumbang lebih dari seperempat laba KKR dan berfungsi sebagai sumber modal stabil di tengah ketidakpastian pembiayaan eksternal. Menurut CNBC, keberhasilan ini membuat KKR memiliki “benteng likuiditas” yang memungkinkan mereka berinvestasi ketika pesaing justru berhati-hati.

Co-Founder Henry Kravis dan George Roberts, yang kini menjabat sebagai Executive Chairmen, menyebut bahwa keunggulan KKR terletak pada kemampuan membaca siklus pasar lebih cepat dari pesaing. Dalam surat kepada pemegang saham, mereka menulis, “Kami membangun KKR bukan untuk dekade yang tenang, tetapi untuk dekade yang berubah cepat. Fleksibilitas dan fokus jangka panjang kami adalah alasan mengapa kami tetap tumbuh ketika yang lain berhenti.”

Saham KKR naik lebih dari 5% setelah laporan keuangan dirilis, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan. Meski demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa kondisi makroekonomi masih dapat menjadi hambatan. Kenaikan suku bunga yang berkepanjangan dan ketatnya pembiayaan perbankan berpotensi menahan aktivitas merger dan akuisisi, yang tetap menjadi bagian penting dari bisnis inti KKR.

Namun di tengah lanskap yang berubah, KKR tampak siap beradaptasi. Dengan strategi investasi yang semakin luas—dari kredit swasta hingga infrastruktur digital—perusahaan ini menunjukkan bahwa model private equity tidak harus bergantung pada leverage tinggi untuk tumbuh. Seperti disimpulkan The Wall Street Journal, “KKR bukan hanya bertahan di tengah badai industri private equity, tetapi berhasil berlayar melawannya dengan arah baru.”