Newmont Corp

Kinerja Newmont Melesat Berkat Lonjakan Harga Emas Global

(Business Lounge – News Insight) Produsen emas terbesar di dunia, Newmont Corp., mencatat lonjakan pendapatan dan laba bersih yang signifikan pada kuartal ketiga 2025, seiring dengan meningkatnya harga emas ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Laporan keuangan yang dirilis pada pekan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil memanfaatkan momentum pasar komoditas yang sedang menguntungkan, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan meningkatnya permintaan terhadap aset lindung nilai. Seperti dilaporkan Bloomberg, kinerja kuat ini menegaskan posisi Newmont sebagai pemain utama yang diuntungkan dari gejolak geopolitik dan tren pengetatan moneter global.

Pendapatan Newmont pada kuartal ketiga naik menjadi 4,1 miliar dolar AS, meningkat sekitar 14% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih juga melonjak menjadi 1,06 miliar dolar AS, hampir dua kali lipat dari 550 juta dolar AS pada tahun sebelumnya. Perusahaan mengaitkan peningkatan tersebut dengan harga rata-rata emas yang naik hingga lebih dari 2.400 dolar AS per ons, rekor baru yang dipicu oleh permintaan investor institusional, pembelian bank sentral, serta kekhawatiran terhadap stabilitas pasar obligasi. Reuters mencatat bahwa selama periode tersebut, Newmont juga berhasil menekan biaya produksi rata-rata menjadi sekitar 1.180 dolar per ons, memperlebar margin keuntungannya secara substansial.

Tom Palmer, CEO Newmont, mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa hasil ini mencerminkan kombinasi manajemen biaya yang disiplin dan eksposur strategis terhadap pasar yang sedang bullish. “Kami melihat momentum luar biasa di pasar emas, dan strategi kami untuk mempertahankan operasi efisien di seluruh lokasi tambang utama mulai menunjukkan hasil yang konkret,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa perusahaan tetap berhati-hati dalam mengantisipasi volatilitas harga di kuartal mendatang, tetapi optimistis bahwa kondisi makro masih mendukung emas sebagai aset lindung nilai utama.

Lonjakan harga emas tahun ini terutama didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, pelemahan dolar AS, dan ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga. Bloomberg mencatat bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut mendorong arus dana besar ke dalam instrumen logam mulia, dengan dana ETF berbasis emas mencatat arus masuk terbesar sejak 2020. Dalam konteks itu, Newmont, yang beroperasi di Amerika Utara, Australia, Afrika, dan Amerika Selatan, menjadi salah satu penerima manfaat terbesar.

Selain harga emas yang menguat, kinerja Newmont juga terbantu oleh peningkatan produksi setelah penyelesaian akuisisi Newcrest Mining pada akhir 2024. Integrasi aset Newcrest di Australia dan Papua Nugini telah meningkatkan total output Newmont menjadi lebih dari 1,8 juta ons emas per kuartal. Menurut Reuters, sinergi operasional dari akuisisi tersebut menghasilkan efisiensi biaya tahunan sebesar 400 juta dolar AS, sebagian besar dari optimalisasi rantai pasok dan konsolidasi fasilitas pemrosesan bijih. Palmer menegaskan bahwa integrasi berjalan lebih cepat dari jadwal, dan kontribusi aset Newcrest sudah mulai memperkuat profitabilitas global.

Namun, di balik hasil yang gemilang, Newmont masih menghadapi tantangan struktural dalam industri pertambangan. Biaya energi dan logistik yang meningkat, terutama di wilayah Afrika Barat, serta tekanan sosial di beberapa lokasi tambang Amerika Latin menjadi risiko yang perlu diwaspadai. The Wall Street Journal menulis bahwa perusahaan sedang meninjau kembali rencana investasinya di Ghana dan Suriname, dua lokasi dengan biaya tinggi dan risiko politik yang relatif besar. Meski demikian, manajemen memastikan tidak ada rencana penutupan tambang dalam waktu dekat, melainkan optimalisasi operasi agar tetap efisien di tengah ketidakpastian global.

Analis di Bloomberg Intelligence menilai bahwa kinerja Newmont pada kuartal ketiga ini mencerminkan pergeseran struktural dalam pasar emas. “Harga emas yang bertahan di atas 2.300 dolar per ons bukan hanya reaksi sementara terhadap geopolitik, tetapi tanda adanya permintaan jangka panjang dari sektor publik, terutama bank sentral di Asia dan Timur Tengah,” tulis laporan tersebut. Dengan demikian, prospek jangka menengah bagi perusahaan seperti Newmont dinilai tetap kuat, terutama jika bank sentral global memperpanjang siklus pelonggaran kebijakan moneter.

Sementara itu, para investor menyambut baik hasil kuartalan Newmont. Saham perusahaan naik hampir 7% setelah laporan keuangan dipublikasikan, menjadikannya salah satu saham tambang dengan performa terbaik di indeks S&P 500 pekan ini. Reuters melaporkan bahwa minat investor terhadap saham tambang emas kembali meningkat setelah sempat lesu sepanjang 2023 karena suku bunga tinggi dan biaya operasional yang melonjak. Kini, dengan ekspektasi bahwa inflasi akan kembali melandai, margin keuntungan Newmont berpotensi melebar lebih jauh.

Selain meningkatkan kinerja finansial, Newmont juga memperkuat inisiatif keberlanjutan yang menjadi sorotan investor ESG. Dalam laporan keberlanjutan terbarunya, perusahaan menegaskan komitmen untuk mengurangi emisi karbon hingga 30% pada 2030 dibandingkan tingkat 2019, dengan target jangka panjang mencapai netral karbon pada 2050. Bloomberg menulis bahwa Newmont mulai menguji penggunaan kendaraan listrik di tambang Boddington, Australia, serta sistem tenaga surya di Nevada, AS. Langkah ini tidak hanya menekan biaya energi tetapi juga memperkuat citra perusahaan di pasar modal berkelanjutan.

Namun, tidak semua analis sepenuhnya optimistis. The Wall Street Journal mencatat bahwa reli harga emas yang mendukung kinerja Newmont bisa saja bersifat sementara jika kondisi geopolitik membaik atau jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga. Selain itu, beberapa investor khawatir bahwa perusahaan bisa menghadapi tekanan dari sisi tenaga kerja dan lingkungan di tahun mendatang, terutama di wilayah operasi yang sensitif secara sosial. “Tantangan terbesar bagi Newmont adalah menjaga keseimbangan antara ekspansi produksi dan keberlanjutan sosial-lingkungan,” tulis laporan tersebut.

Terlepas dari itu, Newmont tampaknya berada dalam posisi keuangan yang lebih kuat dibandingkan dua tahun lalu. Kas dan setara kas perusahaan kini mencapai 4,8 miliar dolar AS, sementara rasio utang terhadap ekuitas turun menjadi 0,37—terendah dalam lima tahun terakhir. Manajemen menyatakan bahwa sebagian dana akan digunakan untuk mempercepat pembayaran utang dan memperluas eksplorasi di wilayah Amerika Selatan, termasuk proyek-proyek baru di Peru dan Suriname yang dianggap memiliki cadangan potensial tinggi. Reuters menyebut bahwa Newmont telah menambah anggaran eksplorasi sebesar 10% untuk 2026 sebagai bagian dari strategi pertumbuhan berkelanjutan.

Selain faktor fundamental, peningkatan nilai saham Newmont juga mencerminkan kepercayaan investor terhadap sektor emas sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global. Lonjakan harga minyak, risiko geopolitik, serta volatilitas pasar saham membuat permintaan terhadap logam mulia kembali meningkat. Dalam konteks itu, Newmont bukan hanya menjadi produsen, tetapi juga indikator kepercayaan pasar terhadap masa depan emas itu sendiri. Bloomberg menilai bahwa dengan kombinasi produksi besar, efisiensi biaya, dan diversifikasi geografis, Newmont tetap menjadi tolok ukur industri emas global.

Dalam jangka pendek, fokus perusahaan akan tertuju pada stabilisasi produksi pasca integrasi Newcrest dan peningkatan keandalan rantai pasok. Manajemen menargetkan output tahunan mencapai 7,5 juta ons emas pada 2026, dengan margin operasional di atas 30%. Palmer menegaskan bahwa strategi Newmont bukan sekadar mengejar volume, tetapi memastikan profitabilitas berkelanjutan di seluruh wilayah operasi. “Kami ingin memastikan bahwa setiap ons emas yang kami hasilkan memiliki nilai ekonomi dan sosial yang maksimal,” ujarnya kepada The Wall Street Journal.

Dengan harga emas yang terus bertahan di level tinggi dan fundamental perusahaan yang menguat, Newmont kini berada di posisi strategis untuk memimpin gelombang baru industri tambang global. Keberhasilan kuartal ketiga ini tidak hanya mencerminkan momentum pasar, tetapi juga hasil dari strategi jangka panjang yang disiplin dan terukur. Dalam pandangan banyak analis, Newmont kini bukan sekadar perusahaan tambang, melainkan simbol stabilitas di tengah dunia yang semakin tidak pasti.