(Business Lounge – Automotive) Rivian Automotive sedang menyiapkan langkah besar di tengah gejolak industri kendaraan listrik global. Perusahaan asal California ini memastikan rencana pembangunan pabrik barunya di negara bagian Georgia, Amerika Serikat, meski pasar kendaraan listrik sedang mengalami perlambatan permintaan. Menurut laporan Bloomberg dan Wall Street Journal, fasilitas produksi tersebut dijadwalkan mulai beroperasi pada 2028 dan akan menjadi pusat produksi utama bagi dua model terbaru Rivian, yakni SUV R2 dan crossover kompak R3.
Langkah ini menyoroti ambisi Rivian untuk memperluas skala bisnis dan memperkuat posisi di pasar mobil listrik, meskipun tantangan makro dan kompetisi ketat semakin nyata. Industri kendaraan listrik dalam dua tahun terakhir menghadapi kombinasi faktor menekan, termasuk melambatnya pertumbuhan penjualan di Amerika Utara dan Eropa, biaya produksi yang tinggi, serta kebijakan subsidi pemerintah yang semakin selektif.
Rivian memilih Georgia bukan tanpa alasan. Negara bagian ini gencar menawarkan insentif fiskal dan dukungan infrastruktur untuk menarik investasi manufaktur otomotif, termasuk proyek-proyek kendaraan listrik. Pabrik baru Rivian diproyeksikan menjadi salah satu investasi otomotif terbesar di kawasan Tenggara AS, dengan potensi menciptakan puluhan ribu lapangan kerja langsung dan tidak langsung. Dukungan dari pemerintah negara bagian juga memberi Rivian landasan kuat untuk mempercepat ekspansi, sekaligus merespons persaingan dengan Tesla, Ford, dan General Motors yang sudah lebih dulu memiliki kapasitas produksi besar.
Menurut analisis Financial Times, strategi Rivian membangun pabrik di tengah kelesuan permintaan menunjukkan pendekatan jangka panjang. Perusahaan tampaknya menilai bahwa perlambatan pasar bersifat siklus dan bahwa permintaan kendaraan listrik akan kembali tumbuh seiring penurunan harga baterai, peningkatan infrastruktur pengisian, dan dorongan kebijakan hijau di berbagai negara. Dengan mempersiapkan kapasitas sekarang, Rivian berharap dapat memetik hasil pada dekade berikutnya.
Model R2 dan R3 yang akan diproduksi di Georgia dirancang untuk menjangkau segmen konsumen yang lebih luas dibandingkan model andalan sebelumnya, R1T dan R1S. R2 akan hadir sebagai SUV dengan harga lebih terjangkau, sementara R3 diposisikan sebagai crossover kompak yang kompetitif di pasar global. Kedua model ini diharapkan mampu memperluas basis pelanggan Rivian, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di Eropa dan Asia.
Namun, tantangan tetap besar. Biaya produksi kendaraan listrik masih tinggi, dan Rivian sejauh ini terus membukukan kerugian bersih yang signifikan. Meski perusahaan mencatat peningkatan produksi dan pengiriman, tekanan profitabilitas tetap menjadi sorotan utama investor. Menurut laporan Reuters, Rivian masih mengandalkan pendanaan dari pasar modal dan kemitraan strategis, termasuk dengan Amazon yang menjadi salah satu pemegang saham utama sekaligus pembeli besar van listrik Rivian.
Dari sisi industri, persaingan juga semakin ketat. Tesla masih mendominasi pangsa pasar dengan skala ekonomi yang sulit ditandingi pesaing baru. Sementara itu, produsen otomotif tradisional terus memperluas lini kendaraan listrik dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang sudah mapan. Rivian, sebagai pemain yang relatif muda, harus mengandalkan diferensiasi produk dan strategi branding untuk mempertahankan relevansi.
Meski demikian, langkah Rivian membangun pabrik Georgia dinilai sebagian analis sebagai taruhan berani namun potensial. Jika perusahaan berhasil menekan biaya produksi melalui fasilitas baru, memperluas portofolio produk ke segmen lebih terjangkau, serta menjaga kualitas dan pengalaman pelanggan, peluang menjadi salah satu pilar utama industri EV tetap terbuka.
Bagi Georgia, proyek ini menambah daftar panjang investasi manufaktur kendaraan listrik yang masuk dalam beberapa tahun terakhir. Negara bagian ini telah berhasil menarik Hyundai, Kia, dan sejumlah pemasok baterai global, menjadikannya pusat penting dalam rantai pasok kendaraan listrik Amerika Serikat. Kehadiran Rivian diperkirakan akan semakin memperkuat ekosistem tersebut.
Dengan pabrik Georgia yang dijadwalkan beroperasi pada 2028, Rivian menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang bertaruh pada masa depan kendaraan listrik, meskipun kondisi pasar saat ini penuh ketidakpastian. Pertanyaan besar yang tersisa adalah apakah konsumen akan kembali berbondong-bondong ke pasar EV ketika fasilitas tersebut siap beroperasi. Jika jawabannya ya, Rivian bisa menjadi salah satu pemain yang paling siap menyambut gelombang pertumbuhan berikutnya.