The British attack on Fort McHenry, Baltimore in 1814

Jejak Panjang “The Star-Spangled Banner” Amerika

(Business Lounge – Do You Know?) Di seluruh dunia, setiap negara memiliki lagu kebangsaan yang menyuarakan semangat kolektif bangsanya. Namun, tak banyak yang memiliki asal-usul seunik The Star-Spangled Banner milik Amerika Serikat. Lagu ini bukan hanya menyimpan sejarah panjang perjuangan militer, tetapi juga menunjukkan transformasi dramatis dari sebuah lagu minum-minum asal Inggris menjadi simbol patriotisme Amerika yang mendalam.

Dari puisi yang ditulis dengan semangat berkobar oleh Francis Scott Key di tengah kobaran perang, hingga melodi tinggi dan rumit yang diambil dari sebuah lagu pesta di London abad ke-18, kisah The Star-Spangled Banner adalah perpaduan sejarah, seni, dan identitas nasional. Artikel ini menyusuri jejak lahirnya lagu kebangsaan Amerika tersebut—sebuah perjalanan yang melibatkan meriam, pelabuhan, syair, dan suara-suara rakyat yang menginginkan pengingat abadi tentang keteguhan dan kebebasan.

Sebuah Malam yang Mengubah Segalanya

Pada 13 September 1814, Fort McHenry di Baltimore berdiri sebagai salah satu pertahanan penting Amerika Serikat dalam War of 1812, sebuah konflik besar antara AS dan Kekaisaran Inggris yang berlangsung dari tahun 1812 hingga 1815. Perang ini sendiri dipicu oleh berbagai sebab, gangguan Inggris terhadap kapal-kapal dagang Amerika, pemaksaan warga negara AS ke dalam angkatan laut Inggris, serta ambisi teritorial Amerika terhadap Kanada.

Pada malam itu, angkatan laut Inggris meluncurkan serangan selama 25 jam terhadap benteng tersebut. Francis Scott Key, seorang pengacara asal Maryland yang dikenal sebagai tokoh masyarakat religius, tidak sengaja menjadi saksi langsung peristiwa bersejarah tersebut. Ia sedang berada di kapal musuh sebagai bagian dari negosiasi pembebasan seorang dokter Amerika yang ditawan. Namun setelah perundingan berhasil, ia tidak diizinkan langsung kembali karena telah menyaksikan rencana serangan Inggris. Maka, ia pun ditahan di kapal Inggris sepanjang malam pengeboman Fort McHenry.

Bayangkan keadaan pada malam itu, dentuman meriam tiada henti, kilatan cahaya dari ledakan yang mencabik langit malam, asap mengepul dari pelabuhan. Semua tampak suram, dan nasib benteng pun tidak pasti. Namun saat fajar menyingsing, Key menyaksikan bendera besar Amerika, berukuran 30 kaki kali 42 kaki, masih berkibar megah di atas benteng. Pemandangan itu begitu menggugah dan menggetarkan hatinya.

Momen heroik itu tidak dibiarkannya berlalu. Ia pun segera menulis puisi bertajuk Defence of Fort M’Henry—empat bait panjang yang melukiskan perasaan haru, kemenangan, dan penghormatan terhadap bendera Amerika. Puisi tersebut adalah refleksi spontan dari apa yang ia lihat dan rasakan—bahwa dalam kegelapan dan kekacauan, masih ada harapan, dan bahwa simbol bangsa itu tetap tegak berdiri.

Lagu dari Dunia yang Sama Sekali Berbeda

Namun puisi saja tidak cukup untuk menjadi lagu nasional. Yang menjadikannya abadi adalah melodi yang menyertainya. Anehnya, bukan nada-nada militer yang diambil, melainkan lagu populer dari kalangan sosialita Inggris yang gemar bersantap dan berpesta.

Lagu tersebut adalah To Anacreon in Heaven, sebuah komposisi dari tahun 1770-an yang diciptakan oleh John Stafford Smith untuk Anacreontic Society di London—sebuah klub pria yang didedikasikan untuk menghormati penyair Yunani kuno Anacreon, yang dikenal karena puisi-puisi bertemakan cinta, anggur, dan pesta. Melodi ini dikenal memiliki struktur yang rumit, dengan rentang nada yang sangat luas (sekitar satu setengah oktaf), menjadikannya sangat menantang untuk dinyanyikan oleh orang biasa—terutama dalam suasana formal.

Namun justru tantangan itu memberi energi baru pada puisi Key. Dalam waktu singkat, puisinya disesuaikan dengan melodi tersebut, dan diedarkan dalam bentuk selebaran oleh seorang penerbit di Baltimore. Lagu ini dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, dinyanyikan dalam upacara-upacara militer dan perayaan publik. Perlahan tapi pasti, The Star-Spangled Banner mulai diadopsi secara informal sebagai lagu kebangsaan, bahkan sebelum pemerintah menetapkannya secara resmi.

Dari Tradisi Lisan Menuju Status Resmi

Selama hampir satu abad, The Star-Spangled Banner digunakan dalam berbagai kesempatan resmi—mulai dari upacara bendera, peringatan Hari Kemerdekaan, hingga pertandingan olahraga. Namun statusnya tetap tidak resmi. Beberapa lagu lain bahkan juga diajukan sebagai calon lagu kebangsaan, termasuk America the Beautiful dan My Country, ‘Tis of Thee.

Namun pada awal abad ke-20, dorongan untuk memberikan status resmi pada lagu tersebut semakin kuat. Terutama setelah Perang Dunia I, keinginan rakyat Amerika untuk memiliki simbol nasional yang jelas semakin menguat. Kampanye pun dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk veteran perang, pemimpin komunitas, dan musisi. Salah satu momen penting adalah ketika militer Amerika mulai menggunakan The Star-Spangled Banner dalam upacara resmi dan penghormatan kepada para tentara yang gugur.

Akhirnya, pada 3 Maret 1931, Presiden Herbert Hoover menandatangani undang-undang yang menetapkan The Star-Spangled Banner sebagai lagu kebangsaan resmi Amerika Serikat. Proses panjang ini mencerminkan bagaimana sebuah simbol budaya bisa tumbuh secara organik, bukan lewat keputusan elite politik semata, tetapi dari suara dan keyakinan masyarakat luas.

Lagu Patriotik yang Penuh Kontroversi

Meskipun telah resmi menjadi lagu kebangsaan, The Star-Spangled Banner tidak luput dari kritik. Melodi yang sulit dinyanyikan dianggap tidak cocok untuk semua orang, dan liriknya yang penuh metafora militer dipandang terlalu berfokus pada peperangan. Bahkan, beberapa orang merasa bahwa lagu tersebut terlalu eksklusif dalam makna historisnya dan tidak merepresentasikan seluruh pengalaman rakyat Amerika.

Kontroversi lainnya muncul dari bait ketiga lagu tersebut, yang jarang dinyanyikan dalam acara publik. Bait itu mengandung frasa yang bisa ditafsirkan sebagai perayaan atas kematian tentara bayaran dan budak yang memihak Inggris dalam perang. Hal ini membuat sebagian kalangan mempertanyakan relevansi lagu tersebut di era modern, terutama dalam konteks keadilan sosial dan rasial.

Namun di sisi lain, banyak yang membela lagu ini sebagai warisan sejarah yang otentik. Mereka melihatnya sebagai cermin dari masa lalu yang kompleks dan bukti bahwa identitas nasional dibangun dari berbagai lapisan pengalaman, bukan dari kesempurnaan moral semata.

Simbol yang Melampaui Waktu

Hingga hari ini, The Star-Spangled Banner tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan publik di Amerika. Dari stadion olahraga hingga peringatan kenegaraan, lagu ini dinyanyikan dengan berdiri tegak dan tangan di dada, atau bahkan dengan air mata di mata.

Bendera yang dilihat Francis Scott Key saat fajar menyingsing pada 1814 kini disimpan di Smithsonian Institution di Washington, D.C. Meski telah mengalami kerusakan akibat waktu dan cuaca, kain itu tetap menjadi saksi bisu dari sejarah yang menginspirasi.

Lagu ini bukan sekadar pengingat akan kemenangan militer. Ia juga adalah pengingat bahwa dalam masa tergelap pun, simbol harapan tetap bisa terlihat. Lagu ini mengajarkan bahwa kebebasan harus dijaga dengan perjuangan, dan bahwa patriotisme bisa datang dari rasa kagum yang jujur—bahkan dalam keadaan yang tidak terduga.

Dari Suara Meriam ke Nada Kemenangan

Perjalanan The Star-Spangled Banner dari sebuah puisi dadakan menjadi lagu kebangsaan resmi menggambarkan dinamika budaya dan politik Amerika yang penuh warna. Ia dimulai dari suara ledakan dan asap mesiu, ditulis oleh mata yang menyaksikan secara langsung keberanian dan pengorbanan, lalu diangkat oleh melodi pesta yang tak pernah dirancang untuk menjadi simbol kenegaraan.

Namun seperti sejarah itu sendiri, sesuatu yang sederhana bisa berubah menjadi sakral. Lagu ini, yang dulunya hanya hasil pengamatan seorang pria dari kapal musuh, kini berkumandang di seluruh pelosok Amerika sebagai tanda hormat, kesetiaan, dan tekad bersama. Sebuah transformasi yang luar biasa dari lagu mabuk menjadi lagu yang membangkitkan air mata, semangat, dan harapan.